Sabtu, 03 Oktober 2015

DARK SHADOWS (ONESHOOT SEQUEL DARK QUEEN)

Title                : Dark Shadows
Author            : Valleria Russel/Heni Kurniyasari
Cast                : -   Kim Yoon Hye as Kang Yoonhye
-          Jeon Jungkook as himself
-          Kim Soo Eun as Kang Mi Hi
-          Park Seul as Lee Thalia
-          Kim Seok Jin as himself
-          Park Jimin as himself
-          Park So Ra as Cho Liorra
Genre             : Fantasy, Sequel, Drama, Action, Alternate Universe
Length            : Oneshoot
Rated              : Teens-15
WARNING!!!
OKEYLAH.. INI SEQUEL LAGI DARI SERI DARK PRINCESS YA HAHAHA MUMPUNG ADA IDE LEWAT JADI DIKERJAIN AJA :) MAAP KALO GAJE BIN AJAIB :’) MASIH AMATIRAN HEHE :) SEBELUM BACA YANG INI BACA YG à DARK PRINCESS SAMA DARK QUEEN DULU YA KARENA INI SEQUELNYA :) MAAF JIKA BANYAK TYPOSNYA DAN SELAMAT MEMBACA :)





—Sihir diibaratkan seperti elemen yang saling berdampingan di dalam tubuh, berbentuk emosi yang dilambangkan dengan berbagai macam warna.








“Tidak bisa, Yoonhye! Kau harusnya mengerti, meminta bantuan pada kaum blackwitch adalah saran yang sama sekali tidak bisa diterima oleh kami,” tegas Wooyun.
Dasar hakim idiot! Bisa-bisanya dia tidak mempercayaiku. Apa dia sudah lupa siapa aku dan apa kedudukanku? Aku bahkan bisa memenggal kepalanya detik ini juga.
Tersenyum semanis madu padanya, aku beranjak berdiri dari kursiku, berjalan dengan anggun mengitari mejanya.
“Kupikir kau sudah mengenalku dengan baik, Wooyun, tapi ternyata tidak. Kau pikir kita harus meminta bantuan siapa untuk bisa menghadapi para Shadows itu kalau bukan mereka? Apa kau pikir dengan mengumpulkan semua whitewitch terbaik dari seluruh dunia akan bisa membantu kita menang di medan tempur hah? Kau bodoh! Idiot! Dan tolol! Seorang pemimpin pemerintahan seharusnya berpikir dengan pikiran terbuka, tidak hanya memikirkan harga diri dan egomu sendiri saja! Dunia ini sedang dipertaruhkan dan kau masih sempat-sempatnya memikirkan harga diri dan egomu,” cercahku.
Menarik napas kembali sebelum melanjutkan ocehanku. “Aku adalah bagian dari dua  sisi dunia kita, Wooyun. Jangan pernah lupakan jika di dalam diriku, aku memiliki sebagian kekuatan bangsa blackwitch! Nenekku sudah berjuang selama hidupnya untuk mendamaikan sisi berlawanan yang terjadi pada dunia kita. Mungkin inilah tujuannya, mungkin karena dia tahu suatu saat nanti, kita semua harus bersatu untuk mempertahankan dunia kita tetap aman dari para pemburu. Kedudukanmu lebih tinggi dariku, Wooyun, tapi aku bisa melakukan sesuatu yang akan membuatmu mau tidak mau menuruti semua perintahku,” tekanku padanya.
Mataku menghitam. Sekilas aku melihat ketakutan melintas di matanya. Sisi gelapku tersenyum dengan angkuh.
“Apa yang akan kau lakukan? Aku peringatkan padamu untuk tidak macam-macam padaku, Yoonhye. Kau baru seratus tahun menjabat sebagai Dark Queen, ingat itu baik-baik!” ancamnya.
Kekehan geli keluar dariku begitu mendengar ancaman bodohnya. “Mengancamku uh? Aku bisa melenyapkanmu saat ini juga, Wooyun. Jangan pernah bermain-main dengan emosi serta kesabaranku atau kau akan mati. Sekarang kau hanya memiliki dua pilihan, mati di tanganku atau pergi menghadap ke kerajaan Jung Ho Seok dan sampaikan permintaanku padanya,” tegasku lagi sebelum merapal mantra dan kembali ke istanaku.

Seratus tahun sudah berlalu sejak hari pengangkatanku menjadi pemimpin tertinggi dunia sihir bersama Jungkook. Ini adalah masalah pertama yang harus kuhadapi. Satu bulan yang lalu, Thalia memberitahuku jika sekelompok besar pengacau akan menembus sihir pertahanan dan membatai dunia sihir tanpa ampun.
Setelah mendapat kabar itu dari Thalia aku langsung pergi ke perpustakaan mencoba menemukan sumber yang bisa membantuku mengetahui siapa sekelompok pengacau yang Thalia lihat dalam mimpinya. Sebuah buku dengan judul Dark Shadows berhasil kutemukan setelah menyebutkan berbagai macam kata sandi untuk membuat buku itu datang menghampiriku.
Aku membaca buku tua usang yang kuyakini sudah ada saat nenekku masih hidup. Atau m           ungkin juga diturunkan langsung dari para leluhur Kang.
Mereka dikenal dengan banyak nama. Setiap bangsa yang ada dan hidup memiliki sekelompok pemburu yang akan terus memburu hingga ke akar-akarnya demi mengejar berkah dari Lucifer, pemimpin para Dark Shadows. Dunia sihir sudah mengenal dengan baik kelompok pemburu yang tidak bisa mati ini. Kakekku bahkan meninggal saat menghadapi mereka dan nenekku ikut melepaskan diri dari tanggung jawabnya.
Bangsa vampire memiliki kelompok musuh yang diberi nama Dark Hunter, mereka juga bertugas untuk membasmi bangsa vampire hingga tak ada lagi yang tersisa demi sesuatu yang disebut Red Diamond yang dipegang oleh pemimpin mereka Asmodeus.
Kelompok-kelompok pemburu itu merupakan titisan langsung dari sembilan penguasa neraka, mereka dianugerahi kekuatan yang luar biasa, hingga rasanya mustahil untuk bisa menghadapi mereka.
Bangsa werewolf juga memiliki musuhnya, juga pixy, peri, mermaid, warlock, demon, immortal, dan lain sebagainya. Mereka semua memiliki musuh yang harus dihadapi karena kelompok itu dapat menyerang kapanpun mereka mau.
Untuk dunia yang sudah kupasang mantra perlindungan tingkat satu dan rasanya sangat sulit untuk dipercaya jika mereka bisa menembusnya pun bisa mereka tembus. Wooyun sudah menjelaskannya padaku di pertemuan tadi.
Kepalaku berdenyut memikirkan apa yang harus kulakukan untuk menyelesaikan masalah ini.
“Bae, kau baik-baik saja?”
Lengan kekar Jungkook melingkar di pinggangku, pria itu meletakkan dagunya di atas pundakku.
“My Lord, mereka akan segera datang. Thalia bisa merasakan pergerakan mereka semakin dekat. Ini adalah untuk yang pertama kalinya aku merasa tidak yakin pada kemampuanku sendiri. Sekalipun aku tahu aku adalah penyihir paling kuat, aku tetap merasa tidak yakin pada diriku sendiri kali ini. Kau sudah membaca sendiri buku tua itu, My Lord. Kau tahu seberapa berbahayanya mereka bagi dunia ini dan kita semua,” desisku.
Jungkook mendaratkan kecupan lembut di lekukan leherku. “Mungkin sudah saatnya kau mencoba menggunakan tongkat peninggalan nenekmu itu, My Mistress. Aku yakin kita akan menang dalam pertempuran jika kau menguasai tingkatan sihir sampai ke yang tertinggi. Baik itu yang putih dan juga yang hitam. Biarkan aku yang mengatur pasukan, kita akan mengepung kelompok pemburu itu dari semua arah, tapi untuk itu kita tentu membutuhkan dua orang lagi untuk bisa memimpin pasukan,” jelasnya.
Erangan lepas dari mulutku saat dia menggigit kecil telingaku. “Aku sudah memerintahkan si Wooyun idiot itu untuk menghadap ke kerajaan Ho Seok dan mungkin nanti setelah mencapai keputusan barulah aku bisa menunjuk yang lainnya. Ho Seok adalah blackwitch terbaik di kelasnya. Kau tahukan,” bisikku.
“Tentu, aku setuju pada pilihanmu, lebih baik kita lupakan sejenak masalah persiapan perang ini dan mengambil waktu kita untuk bersenang-senang. Kurasa Kang Mi Hi menginginkan kehadiran seorang adik,” bisik Jungkook di telingaku.
Ah aku lupa pada Mi Hi, dia adalah keturunan murniku melalui Jungkook. Gadis itu sekarang sedang melatih sihirnya bersama Yoon Gi dan Thalia. Yoon Gi adalah pelatih perang di istanaku. Dia sangat bersemangat, sama sepertiku. Dia adalah perwujutanku dalam umur yang lebih muda.
Saat mendengar tentang perang, Mi Hi mati-matian berlatih siang dan malam demi membantuku melawan musuh di medan tempur di umurnya yang keseratus, aku sudah menceritakan semua hal tentangku padanya dan juga pengetahuan lain tentang rahasia keluarga padanya. Dia menerima semua ceritaku, dia juga memiliki hobi mempermainkan hati para pangeran sepertiku dulu.
Aku dan Mi Hi lebih seperti adik dan kakak ketimbang ibu dan anak. Thalia lebih seperti ibu untuknya dibandingkan denganku. Gadis itu sangat menyayangi Mi Hi. Suami Thalia, Kim Seok Jin, kakaknya Taehyung yang sudah kubunuh juga sangat menyayangi Mi Hi.
Mungkin akan lebih baik jika aku menempatkan Mi Hi sebagai pemimpin pasukan jika dia sudah berhasil menguasai sihirnya dengan baik.
Lenguhan nikmat keluar dari mulutku dan Jungkook begitu kami sampai pada puncak untuk yang kesekian kalinya. Pria ini tidak pernah membuatku bosan. Mencintaiku dan membuatku merasa jika cintanya adalah satu-satunya alasanku untuk tetap hidup di dunia ini.
“Kita harus beristirahat dulu sebelum memulai sesi selanjutnya,” bisiknya di dekat telingaku. Aku terkikik senang. Entah ini adalah sesi bercinta kami yang keberapa setelah menikah seratus tahun yang lalu dan aku tidak pernah bosan dengan itu. Dia adalah satu-satunya pria yang tidak pernah membuatku bosan. Priaku, cintaku, hidupku.
“Apa menurutmu ketika mereka datang Mi Hi sudah siap untuk tugas pertamanya?”
Jungkook menarikku, memposisikanku di atasnya lalu memeluk pinggangku dengan erat. Kami saling berpandangan. “Tentu saja, dia adalah keturunanmu, penerusmu. Dia sama sepertimu, cepat belajar, bahkan dia sudah menguasai tahap tiga di umur delapan puluhnya, tahap dua ketika dia sembilan puluh tahun dan tahap satu akan dia kuasai sebentar lagi. Percaya padaku! Pengacau-pengcau itu tidak akan bisa mengusik ketenangan dunia kita selama kau memimpin. Tongkat itu! Dia pasti akan sangat berguna untuk kita,” tegas Jungkook.
Tongkat yang dibicarakan olehnya adalah tongkat sihir peninggalan nenekku. Tongkat itu tersimpan di peti perak agar tidak ada yang bisa menyentuhnya kecuali aku dan Mi Hi. Aku hanya pernah melihat tongkat itu saja, tanpa pernah menyentuhnya atau mempelajari apapun tentang kegunaannya. Apa dia bisa membantu? Aku masih belum tahu dan sama sekali belum mengambil keputusan.
Masalah kali ini, aku seperti menghadapi ujian Negara saja. Kepalaku bahkan terasa nyeri karena terus-terusan memikirkannya.

Setelah memikirkannya berulang kali akhirnya, aku memutuskan  untuk mengikuti saran suamiku itu. Mungkin saja tongkat itu benar bisa membantuku untuk melindungi dunia ini. Sekejam apapun aku, aku tetap menyadari kodratku. Keturunan Kang sudah dianugerahi kekuatan luar biasa dengan takdir yang sama menakjubkannya. Kami istimewa, maka dari itu kami terpilih. Hanya yang istimewalah yang akan terpilih untuk menghadapi ujian.
“Ibu, apa yang akan kita lakukan di sini?”
Aku menatap Mi Hi dengan pandangan beku, dia juga memandangku seperti itu. Setiap melihatnya di depanku, aku seperti melihat diriku sendiri sedang berbicara padaku. Meski Mi Hi memiliki mata dan hidung ayahnya.
“Kita akan menuruti saran ayahmu untuk mencaritahu cara memakai tongkat ini juga kegunaannya. Jika benar benda ini bisa membantu kita memenangkan perang maka kita harus mempelajarinya secepat mungkin dan memanfaatkan situasi sebelum para Shadows sampai di sini,” jelasku.
Mi Hi berjalan mendekatiku, ikut memandang benda kokoh dengan ukiran-ukiran kuno yang tidak kumengerti. Tersimpan dengan anggun di dalam peti perak ini, bersamaan dengan sihir perlindungan yang hanya bisa ditembus olehku dan Mi Hi saja bahkan Jungkook tidak bisa memusnahkan sihir pelindungnya.
Setelah penyerangan Taehyung dulu kepadanya, aku sering memintanya untuk berlatih denganku, Jungkook ternyata memiliki kemampuan yang kurang baik dalam hal pertahanan diri, maka aku mengajarkannya banyak hal yang kutahu. Sekarang, dia sudah berubah menjadi raja penuh karisma dan semua putri yang ada di dunia ini bahkan dengan bodohnya masih mengharapkannya padahal jelas-jelas seorang Jeon Jungkook hanya akan menjadi milik Kang Yoonhye saja. Tidak akan ada yang bisa merampas Jungkook dariku.
“Kurasa, ada sesuatu yang bisa membantu kita, ibu. Mungkin sebuah catatan, buku, jurnal, atau pesan.”
“Itulah masalahnya, Mi Hi. Aku tidak bisa menemukan apapun yang bisa membantu kita untuk dapat menggunakan benda ini. Jika aku mematahkan sihir pelindungnya sekarang maka akan berbahaya untuk kita. Akan ada banyak bangsawan yang gelap mata dan berusaha untuk merebut tongkat ini dariku,” jelasku.
“Mungkin kita bisa meminta bantuan paman Seok Jin. Dia bisa menghubungi penyihir yang sudah mati, Ibu. Kau tahu sendiri, hanya paman Seok Jin saja yang memiliki kekuatan seperti itu. Jika dia mau membantu kita menghubungi nenek, kemungkinan besar masalah kita akan terselesaikan,” cetus Mi Hi.
Ya ampun, bagaimana aku bisa melupakannya! Seok Jin, suami Thalia, kakaknya Taehyung pasti bisa membantu menyelesaikan masalah ini. Dia sudah tahu semuanya, Thalia sudah menjelaskan pada Seok Jin tentang diriku dan juga pembunuhan yang sudah kulakukan pada kedua adiknya, Taehyung dan Yoora seratus tahun yang lalu.
Pada akhirnya, pria itu menerima semuanya dan dia menyayangi putriku seperti Mi Hi adalah putrinya sendiri karena selama mereka menikah, Seok Jin dan Thalia belum juga dikaruniai keturunan.
“Ide yang sangat bagus, Mi Hi. Kau bicaralah pada Seok Jin, dengan cara apapun buat dia mau melakukannya. Ini untuk keselamatan semua penyihir. Tekankan hal itu padanya, kalau perlu bicaralah di depan Thalia juga. Aku mempercayakan hal ini padamu, Honey.”
Mi Hi membungkuk hormat lalu meninggalkanku sendiri masih termenung menatap tongkat sihir ini.
Cukup aneh, setahuku selama ini belum pernah ada satupun penyihir yang memiliki tongkat. Sihir diibaratkan seperti elemen yang saling berdampingan di dalam tubuh, berbentuk emosi yang dilambangkan dengan berbagai macam warna. Setiap elemen itu saling melengkapi satu sama lainnya, berada pada titik-titik yang sama dan seimbang. Jika ada satu dari emosi itu yang tidak stabil maka sihirnya juga tidak akan bagus, bisa berakibat buruk.
Dalam literatur kuno, seorang penyihir dilarang membunuh sesamanya karena itu merupakan dosa besar dan aku sudah melakukan hal itu berulang kali untuk memuaskan napsu amarahku.
Jika ada satu saja emosi yang tidak stabil maka sihir itu akan melenyapkan musuhnya tanpa ampun, apalagi untuk kelasan sepertiku, Jungkook, Thalia, dan deretan penyihir terbaik lainnya, bisa merubah tubuh musuhnya menjadi abu, membakarnya, atau mencairkannya. Dan itu pernah terjadi padaku dulu, aku melenyapkan Taehyung menjadi debu. Itu adalah yang pertama dan terakhir kalinya aku kehilangan kendali diriku hingga emosi dalam diriku meletup dengan kerasnya.

Besoknya, Seok Jin dan Wooyun menemuiku di ruang sidang istana. Aku meminta mereka untuk kemari karena aku sedang malas untuk mengunjungi kementrian.
Mereka berdiri dengan tegang. Aku yakin Mi Hi sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik, dan Wooyun jika dia berani macam-macam denganku maka aku akan benar-benar memenggal kepalanya hari ini.
“Jadi, Wooyun, apa yang ingin kau bicarakan?”
Pria ini menatapku tidak suka. “Lord Ho Seok, bersedia membantu dan katanya dia akan mengumpulkan pasukan sebanyak mungkin untuk membantu mempertahankan dunia kita, My Mistress.”
Senyuman mencongak terukir di wajahku. “Bagus, aku senang mendengarnya. Kau atur semuanya, Wooyun. Dan sekarang, giliranmu, My Lord. Apa kau sudah memutuskan untuk membantuku? Membantu semua orang?”
“Aku melakukan semua ini karena aku menyayangi Mi Hi,” ujar Seok Jin kesal. Dia belum sepenuhnya menerima kenyataan jika aku adalah pembunuh kedua adiknya.
“Aku tahu kau sangat menyayangi putriku itu, My Lord. Wooyun, aku ingin kau urus semua persiapan sekarang. Perintahkan pada Yoon Gi untuk menambah jam latihan semua pasukan mulai hari ini, semua pasukan tanpa terkecuali,” titahku.
Aku bisa merasakannya saat hakim idiot itu memutar bola matanya di belakangku. Jika saja aku tidak membutuhkannya, aku pasti sudah mengakhiri eksistensinya sejak dulu. Perhatianku kembali pada Seok Jin. Menatapnya dengan dingin.
“Aku ingin kau menghubungi Dark Queen I, My Lord. Kita memerlukan bantuannya,” kataku.
“Untuk apa kita menghubunginya, Yoonhye? Aku tidak tahu apakah aku sanggup memanggilnya karena ini tentang pengendalian roh, bisa saja kita mendatangkan orang lain dan itu bisa menimbulkan masalah baru lagi,” jelasnya.
“Kau adalah satu-satunya penyihir yang mampu mengendalikan roh, tidak ada pilihan lain, My Lord. Bagaimanapun caranya kau harus memanggil nenekku,” tekanku.
Pria ini terlihat berusaha dengan keras untuk menahan emosinya. “Baik, kita akan menghubungi nenekmu, tapi jika sesuatu yang nanti datang bukanlah nenekmu, kau harus menanggung sendiri akibatnya.”
“Aku akan menanggung semuanya, My Lord. Kau tidak perlu khawatir.”
Seok Jin berdiri dari kursinya. Keadaan berubah hening. Aku tetap diam, mengusahakan napasku setenang mungkin. Dia memusatkan konsentrasinya, aku bisa merasakan ada begitu banyak emosi yang mengelilingiku. Mata Seok Jin bersinar, dia sedang mengendalikan rohnya untuk bisa mengirim sinyal pada seseorang yang ingin kami hubungi.
Aku tahu tentang betapa langkanya kekuatan yang dimiliki oleh suami Thalia ini. Pengendalian roh adalah sesuatu yang istimewa dan sekaligus berbahaya. Jika kau tidak berhasil, kau akan kehilangan nyawamu, tapi Seok Jin sudah hidup dengan keunggulannya ini sejak lama, aku percaya padanya. Dia akan mengusahakan yang terbaik untuk dunia ini.
Kang Jiyeon. Aku menghubungimu, cucumu ingin bertemu denganmu. Datanglah, Persepone sudah mengizinkanmu untuk kemari. Tunjukkan dirimu, My Mistress.
Lingkaran hitam muncul di hadapan Seok Jin begitu saja, emosi-emosi kian kuat mengelilingiku. Seorang wanita muncul dari portal asing itu dan portal itu hilang bersamaan dengan sihir-sihir yang mulai mereda dan keadaan kembali sama lagi.
Wanita ini memiliki aura yang sama denganku. Dia mengenakan gaun hitam, rambutnya di sanggul dengan anggun. Dia melangkah menghampiriku.
“Senang bisa bertemu denganmu,” katanya.
“Nenek, aku…”
“Jangan katakan apapun, Kang Yoonhye. Aku tahu jika saat-saat seperti ini akan datang lagi. Bangsa Shadows tahu jika dunia kita sudah kembali dipimpin oleh keturunan murniku, maka dari itu mereka akan segera melancarkan perang dalam waktu dekat ini. Aku hanya memiliki waktu lima menit untuk menjelaskan semuanya padamu agar kau tidak terlalu buta nanti. Kau tahu penjaga pintu portal itu adalah seorang wanita paling licik di dunia ini. Sementara aku berada di sini, roh pria itulah yang menggantikanku di sana sebagai jaminan. Jadi, dengarkan aku baik-baik. Bangsa Shadows tidak bisa mati, mereka sudah diberi berkah dari Lucifer. Sebelum menyelesaikan tugasnya mereka tidak akan mati. Tapi yang mereka tidak tahu adalah tidak bisa mati bukan berarti mereka tidak bisa dilenyapkan. Dengan tongkat itu, kau bisa menghubungi portal pemisah dunia, Yoonhye. Kau bisa membuat portal dengan tongkat itu dan mengirim mereka ke Persepone. Dengan begitu mereka tidak akan bisa muncul lagi. Diperang pertama ketika aku memimpin, aku tidak sempat memakainya karena mereka mengetahui kelamahanku, kakekmu. Dan mereka juga mengetahui jika suamimu adalah kelemahanmu, jadi kusarankan padamu, perintahkan Mi Hi untuk memimpin pasukan bersama dengan Jungkook karena gadis itu bisa diandalkan. Kau harus menggunakan tongkat itu dan mempelajari mantranya dari papyrus peninggalanku yang disimpan di bawah petinya. Selamat bertugas, Yoonhye. Jangan lari dari tanggung jawabmu, seperti aku. Aku dan leluhur kita mempercayakan semua ini padamu. Selamat tinggal.” Wanita itu tersenyum dingin sebelum portal itu kembali menelannya.
Mataku teralih menatap Seok Jin, sinar di matanya menghilang dan tubuhnya yang kaku kembali bisa di gerakkan.
Dia memandangku setelah mendapatkan kembali kesadarannya. “Bagaimana? Apakah berhasil?”
Aku mengangguk saja. “Kerja bagus, My Lord. Sekarang aku harus pergi, ada sesuatu yang harus kuselesaikan,” kataku dingin. Setelah merapal mantra, aku menghilang tiba di ruangan tempat peti perak itu tersimpan.
  
Semua kerajaan sudah mempersiapkan pasukan terbaik mereka yang tergabung dalam empat tim inti, dan lima tim cadangan. Mi Hi dan Jungkook memimpin pasukan pertama, aku memimpin pasukan kedua, Ho Seok memimpin pasukan ketiga dan pasukan terakhir dipimpin oleh Park Jimin, aku pernah mengatakan jika dia adalah salah satu dari sekian banyak mantan kekasihku.
Thalia dan Seok Jin akan mendampingiku di pasukan ke dua. Semua persiapan sudah dilakukan. Thalia juga sudah mengabarkan padaku jika kelompok pemburu itu sudah berhasil membobol sihir pelindung yang kupasang.
Aku sudah mempelajari cara menggunakan tongkat itu dan ternyata sihir pada tongkat itu menguras habis tenagaku dalam satu kali membuka portal dan menutupnya. Aku akan menggunakan tongkat di waktu yang tepat dan Thalia sudah kutugaskan untuk membuat tongkat itu tidak kasat mata karena tidak ada yang boleh tahu, jika keberadaan tongkat pemusnah itu diketahui oleh kelompok pemburu maka mereka akan memanggil pemimpin mereka langsung dari nereka.
Napasku memburu saat Jungkook memperdalam ciumannya. Setelah lepas dari semua tentang perang, Jungkook berhasil mengalihkanku dari rasa lelahku dengan mudahnya.
“My Lord, kau tahu kan, jika aku sangat mencintaimu,” bisikku.
“Dan di hatiku, hanya ada kau saja, My Mistress. Hanya kau seorang,” balasnya lalu melanjutkan serangannya di leherku. Tangannya hinggap di mana-mana. Gairah meletup-letup dengan dahsyatnya dari tubuhku bercampur panas dari tubuh Rajaku ini.
“Satu hal yang harus kau ingat, My Lord. Jangan pernah berada jauh dari Mi Hi. Para Shadows tahu jika kelemahan seorang Dark Queen adalah rajanya, maka dari itu, kau harus tetap berada di dekat Mi Hi selama peperangan, Thalia bilang, setelah purnama malam ini, mereka akan menerobos masuk ke dunia kita,” jelasku.
“Aku mengerti. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, My Mistress. Purnama? Itu artinya tinggal beberapa jam lagi,” ujarnya pelan.
Mengecupnya lagi, aku memutar tubuhku, menindihnya, menatapnya dalam. “Ya, Beberapa jam lagi, My Lord. Kekuatan mereka meningkat setelah purnama. Seandainya ada sesuatu yang buruk terjadi, kumohon, tetaplah hidup untuk Mi Hi, My Lord. Aku mencintaimu,” desisku. Mengecupnya keras, berusaha mengalihkan kebingungannya.

Purnama berlalu, semua pasukan sudah siap di tempat mereka masing-masing. Aku, Thalia, dan Seok Jin  membawa pasukan pertama bersama kami berhadapan dengan mata merah para Shadows terkutuk itu. Sedang pasukan yang lain akan mengepung mereka dari semua arah.
Para Shadows itu memiliki mata semerah darah, kulit seputih kertas namun mereka tidak bertaring sekilas mereka agak mirip dengan bangsa vampire. Cho Liorra, gadis itu menatapku dengan pandangan lapar.

Mataku menggelap, kemarahan meluap dalam diriku. Angin berhembus dengan kencangnya di lapangan yang sudah kubekukan, tidak akan ada api. Mereka semua tidak akan menemukan api di tempat ini.
“Sekarang, My Mistress. Sekarang!”
Thalia berteriak dengan kerasnya. Semua pasukanku merapal mantra membuat tubuh mereka tak terlihat dan lantas muncul di hadapan pasukan Liorra. Mantra-mantra sihir berterbangan di udara, cahaya-cahayanya membuat lapangan beku ini terang benderang.
Seok Jin sibuk bertempur. Aku dan Thalia masih meluncurkan tatapan dingin pada Liorra. Setelah mataku berubah sepenuhnya, aku merapal mantra untuk menyerangnya, gadis itu mengelak, menimbulkan ledakan di belakangnya, mengubah beberapa pasukanku menjadi abu dan pasukannya menjadi makhluk dengan api. Api adalah elemen utama para Shadows. Sihirku terlalu kuat hingga bisa meledak menjadi api.
Gadis itu berlari cepat menghampiriku, aku memukulnya begitu dia tiba di hadapanku, kami terlibat adu pukul sampai aku mendengar Thalia kembali berteriak, pasukan-pasukan lainnya muncul, mengepung para Shadows.
Mereka mengeluarkan pedang perak, senjata utama mereka, untuk menghadapi pasukanku, penyihir akan mati dengan pedang perak  jika pedang itu langsung ditancapkan pada jantungnya.
“Senang bisa melihatmu, Queen. Semuanya akan musnah malam ini. Tidak akan ada lagi, dunia sihir. Aku akan melaksanakan kutukannya.” Senyuman licik terukir di wajahnya. Kedua tangannya menyentuh dadaku menekannya dengan keras.
Teriakanku muncul saat panas luar biasa masuk ke tubuhku. Tawa Liorra menggelegar hingga menghasilkan petir.
Thalia menyerangnya dalam sedetik menghilangkan tawa di wajahnya, membuat gadis itu tenggelam dalam air buatan Thalia. Gadis itu berusaha menahan kekuatannya agar air itu tetap menyelubungi Liorra.
“Cepat ambil tongkatnya, My Mistress! Cepat!”
Mataku terpejam, merapal mantra, tongkat pemusnah muncul di genggamanku. Semua energiku terpusat, semua emosi, semua elemen yang kukuasai, sihir putih dan hitam berputar-putar keluar melalui ujung-ujung jemariku mengelilingi tongkat ini, aku merasakan tubuhku terangkat, petir menyambar-nyambar, langit merah itu menghitam, portal muncul dari tongkat pemusnah ini, seorang wanita yang kuyakini bernama Persepone itu melambai dengan senang di wajahnya.
“Ambil semua jiwa terkutuk itu! Ambil semua keturunan Lucifer dan kurung mereka selama-lamanya di duniamu. Ambil mereka, Persepone. Ambil mereka!”
Teriakanku menambah kekuatanku. Portalnya terbentuk dengan sempurna, segera setelah itu semua Shadows melayang dari tempat mereka berpijak, teriakan marah, rintihan sakit, erangan memilukan memenuhi telingaku.
“Terkutuk kau, Yoonhye! Matilah kau!” teriak Liorra.
Tubuhku yang terangkat jatuh terhempas ke tanah begitu saja saat merasakan sesuatu menembus jantungku. Ketika mataku terbuka, semua orang berkumpul mengelilingku. Jungkook memangkuku, memelukku dalam pelukannya. Dia meraung pada Thalia.
“Sembuhkan dia, Thalia! Kumohon, sembuhkan dia. Aku tidak akan bisa hidup tanpanya, kumohon, kumohon.”
Mataku menangkap pedang perak milik Liorra yang tertancap di jantungku. Rasa sakit yang sangat menyiksa membuat air mataku mengalir, ini adalah yang kedua kalinya aku menangis.
“Tidak bisa, My Lord. Aku hanya bisa menahannya untuk tidak menyebrang, tapi tidak bisa mengembalikan rohnya ke tubuhnya, kemampuan menyembuhkanku tidak akan berfungsi jika pedang inilah yang bekerja.”
“Jadi, apa yang harus kulakukan untuk mengembalikannya!” teriak Jungkook.
Aku merasakan air matanya jatuh di pipiku. Tangannya memelukku dengan erat.
“Kutukannya, ayah. Kau harus menghampus kutukannya. Untuk menghapus kutukan, kau harus pergi ke tempat seseorang bernama Nam Joon. Di literatur sejarah kita, seseorang bernama Nam Joon itu adalah penyihir yang mampu menghapus kutukan dan menukar roh, hanya dia satu-satunya yang bisa membantu ibu.” Mi Hi, darimana dia bisa mengetahui hal itu.
Tubuhku kian lemas, rasa sakit itu merenggut semua energiku. Tidak lama aku merasakan tubuhku diselimuti oleh air. Tidak lagi merasakan pelukan dengan berbagai macam emosi dari Jungkook. Ini sihir Thalia.
“Air ini, akan membuatnya bertahan, My Lord. Temukan seseorang bernama Nam Joon dan kita akan selamatkan sahabatku.”
“Dimana kita bisa menemukannya?” tanya Jungkook.
“Aku tahu dimana kita bisa menemukannya, Jungkook. Tapi kita harus menyebrangi perbatasan.” Itu suara Park Jimin.
“Ayah, kita tidak punya banyak waktu! Temui Nam Joon dan selamatkan ibu atau relakan ibu bertemu dengan Persepone,” tekan Mi Hi.
“Baik! Kita cari orang bernama Nam Joon itu sekarang juga!”

Akan ada seorang Shadow bernama Cho Liorra, dia adalah keturunan Cho Gyu Ri, wanita yang mengutuk aku dan keturunanku, ketika seorang Dark Queen jatuh cinta maka saat itu pulalah kematian akan menghampirinya. Kutukan itu, karena aku sudah merebut kekasihnya Gyu Ri  dan membunuhnya, itulah kenapa Cho Gyu Ri mengutuk aku dan keturunanku. Persepone, Yoonhye. Hanya dia yang bisa membantumu, wanita penjaga alam kematian itu tahu benar akan tugasnya. Panggilah portalnya dan musnahkan mereka.
Perkataan terakhir nenekku sebelum dia menghilang bersamaan dengan portalnya ketika Seok Jin memanggilnya. Inilah kutukan yang dia maksud.







TAMAT~


DARK QUEEN (ONESHOOT SEQUEL DARK PRINCESS)

Title                : Dark Queen
Author            : Valleria Russel/Heni Kurniyasari
Cast                : -   Kim Yoon Hye as Kang Yoonhye
-          Jeon Jungkook as himself
-          Park Seul as Lee Thalia
-          Kim Taehyung as himself
Genre             : Fantasy, Sequel, Drama, Alternate Universe
Length            : Oneshoot
Rated              : Teens-15
WARNING!! 
BAD WORD! BAD PLOT! AMATIR! MAAFKAN UNTUK TYPOS YANG BERTEBARAN DI SANASINI! MAKLUM :) SELAMAT MEMBACA :)



Kembali, My Lord. Aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk pergi dariku, kembalilah. Aku mencintaimu,








Lonceng istana berdenting dengan kerasnya tanda akan ada pengumuman besar hari ini. Setelah kesedihan menyelimuti Winterland, akhirnya hari ini tiba juga ketika aku tidak perlu lagi berpura-pura untuk merasa berkabung karena kematian dari adik kesayangan mantan kekasihku Kim Taehyung di mana akulah yang menjadi penyebab kematiannya. Semua rakyat ayahku berkumpul di istana menanti-nanti ada pengumuman apa pagi hari ini karena biasanya ketika lonceng besar itu dibunyikan pastilah akan ada berita penting yang ingin disampaikan raja kepada mereka.
Hari ini gaun yang kukenakan berwarna merah muda, warna yang mengandung banyak arti. Mungkin semua orang akan bingung melihat warnanya karena sebelum-sebelum ini aku selalu memakai warna-warna gelap kecuali ketika pesta dansa tahunan tiga bulan lalu aku memakai gaun berwarna ungu muda. Malam itu adalah awal perkenalanku dengan Jeon Jungkook, pria yang mampu mengalihkan semua perhatianku, juga berhasil mempesonaku sedemikian rupa.
Berdiri ditengah-tengah ayah dan ibuku, aku memberikan wajah sumringahku pada semua rakyat ayahku yang tidak lama lagi akan segera menjadi rakyatku karena setelah aku menikah nanti, aku akan dinobatkan menjadi ratu dan rajaku adalah Jeon Jungkook, tentu saja.
Selama tiga bulan ini, kami menjalin hubungan diam-diam karena suasana berkabung itu jadi kami harus bisa sebaik mungkin menyembunyikan kebahagiaan yang melingkupi kami berdua. Anggota pelacak kementrian sudah berhasil menemukan siapa pelaku pembunuhan Kim Yoora, tapi karena mereka sudah tahu siapa aku dan bagaimana kekuatanku maka mereka merahasiakan kebenarannya dari keluarga Kim dengan mengalaskan jika kematian Kim Yoora kemungkinan karena gadis itu diserang oleh kerajaan blackwitch yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan ini.
Selama berabad-abad setelah masa kejayaan Dark Queen I, baru kali ini kementrian berani memunculkan dugaan dengan mengaitkan bangsa blackwitch yang berbahaya. Alasannya karena aku adalah keturunan murni Dark Queen dimana itu berarti aku akan menjadi Dark Queen II. Bangsa blackwitch tidak dapat berkutik saat berhasil menyelidiki pihak kementrian yang dengan berani mengaitkan mereka padahal mereka bisa menghabisi semua anggota kementrian jika mereka mau.
Ayahku mengangkat tangannya dan sihirnya menyebar ke semua rakyatnya, membuat rakyatnya diam dan siap mendengarkan.
“Pagi ini, aku akan menyampaikan dua pengumuman penting pada kalian semua. Kami sudah merundingkan ini dengan pihak kementrian dan mereka sudah menyetujuinya. Istana akan mengadakan pesta besar dan mengundang semua orang tanpa terkecuali untuk datang karena ini adalah pesta pernikahan putri Yoonhye dengan pangeran dari Hunterland, Jeon Jungkook. Dan setelah pernikahan, Putriku akan menjabat sebagai pemimpin tertinggi menggantikanku dengan istriku.”
Aku bisa mendengar dengan jelas suara orang-orang lemah ini tersendat karena keterkejutan luar biasa saat mendengar jika yang akan menjadi calon raja mereka adalah Jeon Jungkook yang seharusnya menikah tiga bulan lalu bersama putri dari keturunan Kim. Aku merapal mantra dan menghembuskannya lewat napasku untuk mengunci mulut siapa saja mereka yang mulai berbisik-bisik tak percaya.

“Tidakkah ini terlalu cepat, Yoonhye? Aku yakin kau pasti tahu betapa kerasnya usaha Taehyung untuk menemukan siapa pemunuh adiknya yang sebenarnya. Aku, aku takut jika nanti pada akhirnya Taehyung berhasil menemukan bukti yang mengaitkan dirimu dan mungkin juga dia akan merasa ada sesuatu yang aneh pada pernikahanmu dengan Jungkook nantinya karena ini baru tiga bulan, harusnya seorang pangeran merasa berkabung lebih lama dari itu jika dia memang mencintai kekasihnya.”
Menatap tajam Thalia melalui cermin riasku. Aku menunjuk wajahnya. “Kekasihnya katamu? Aku adalah kekasihnya, Thalia. Aku mungkin berterima kasih padamu karena kau sudah mengenalkanku pada Jungkook, tapi bukan berarti kau bisa berbicara seenakmu. Aku bisa membunuhmu detik ini juga jika kau tidak menjaga sikapmu di depanku,” tekanku.
 “Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk lancang. Aku tahu kau mencintai Jungkook. Aku senang pada akhirnya temanku menemukan belahan jiwanya,” ujar Thalia tersenyum manis padaku.
Memutar bola mataku, aku kembali sibuk mematut diriku di depan cermin rias baru yang dibuat oleh pemahat istana. Malam ini, Jungkook akan datang mengunjungiku dan kami akan keliling dengan naganya. Biasanya ketika kami bertemu diam-diam, yang kami lakukan adalah bercumbu dengan panas. Dia adalah pria pertama yang membuatku merasa begitu bergairah hanya dengan memikirkannya saja.
“Mencintainya, katamu? Tidak ada cinta dalam diriku, Thalia, kukira kau sudah mengenalku dengan baik. Cinta, kasih sayang, semuanya tidak pernah ada dalam diriku. Aku hanyalah bentuk tubuh sempurna dengan kecantikan yang terperangkap dalam nafsu jahat yang mengerikan. Nenekku tidak pernah jatuh cinta pada kakekku, dia hidup seperti aku hidup sampai pada akhirnya mati karena harus mati,” jelasku.
“Tidak, Yoonhye. Kau salah. Nenekmu mencintai kakekmu hanya saja dia mencintainya dengan caranya sendiri. Perasaan-perasaan aneh yang kau miliki pada Jungkook adalah rasa cintamu padanya dan yang perlu kau lakukan adalah mencintainya dengan caramu sendiri. Kurasa kau harus mencaritahu kenapa nenekmu mengakhiri masa eksistensinya, Yoonhye. Itu adalah saranku.”
Aku termenung mendengar perkataan Thalia sampai seseorang melompat masuk ke kamarku melalui jendela besar itu. Senyuman lebar tersungging di wajahku saat melihat Jungkook dengan jubah kerajaannya berjalan menghampiriku.
“Baiklah, aku tidak akan mengganggu kalian, tapi sebelum kalian pergi aku ingin memberitahu kalian jika Taehyung sangat agresif sekarang untuk menemukan pembunuh adiknya.”
Thalia menghilang dari kamarku setelah mengucapkan sederetan kalimat peringatannya. Dia memiliki kemampuan mendengar yang luar biasa dan terkadang itu juga sangat menguntungkan untukku. Jika dia telah memperingati untuk berhati-hati, maka itu artinya aku harus berhati-hati.
“Aku merindukanmu,” desisnya menarikku dalam dekapan nyamannya.
Lagi, begitu kontak fisik terjadi antara aku dan pria ini gairahku langsung naik sampai keubun-ubun. Dia mengecup bibirku dengan rakus. Mengangkat tubuhku hingga kakiku melingkar dipinggangnya dan merasakan betapa kerasnya dia di bawah sana. Selama tiga bulan ini, sudah sering dia nyaris kehilangan kontrol, tapi aku selalu berhasil menghentikannya mencubitnya dengan sihir tentu saja, jika tidak dengan sihir dia akan kembali menerkamku seperti singa kelaparan.
Dalam sekejab, dia menjatuhkanku keatas tempat tidur. Tubuhnya menindihku dan seperti biasa dia selalu menekan selangkanganku untuk menggodaku. Erangan cukup keras keluar dari mulutku. Tanganku menarik rambutnya keras, membuat wajahnya menjauh dariku dengan jarak setipis kertas.
“Jangan menghentikanku, My Mistress. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi atau aku akan gila,” desisnya. Ketika dia mengucapkannya bibirnya menyentuh bibirku dengan sengaja untuk menggodaku.
“A a, tidak, My Lord. Kau harus menunggu sampai malam pernikahan kita, kau harus bersabar dan bukankah rencananya kita akan berkeliling dengan nagamu dan bukan bermesraan seperti ini?”
“Sebenarnya aku lebih memilih bermesraan di sini denganmu, My Mistress,” bisiknya.
Aku terkikik senang mendengar rayuannya, mengecupnya keras, lalu melepaskannya dan mendorong tubuhnya kesamping. Bangkit dari tempat tidurku, aku melompat naik ke naganya dengan cengiran lebarku.
Wajah Jungkook sangat kusut saat dia ikut naik denganku, duduk di belakangku. Memelukku, meletakkan kepalanya di atas pundakku.
Naga ini melesat tinggi membelah langit kemerahan malam ini.
Dunia sihir adalah dunia yang luas, terdiri dari pulau-pulau dengan satu kastil atau istana yang memimpinnya. Dunia sihir ada dua, satu yang terdiri dari dua. Yang putih dan yang hitam.
Putih dan hitam selamanya tidak akan pernah bisa menyatu, tapi di masa kepemimpinan nenekku, beliau berhasil mendamaikan yang putih dan yang hitam. Keberhasilan itu membuatnya dihadiahi sebagian kekuatan sihir hitam yang membuatnya tidak terkalahkan. Semua kekuatan nenekku turun padaku.
Ketika aku lahir ke dunia ini, anggota kementrian sudah mengetahuinya, jika aku akan menjadi penerus Dark Queen. Ditubuhku mengalir dua jenis sihir yang tidak menyatu, tetap terpisah namun saling berdampingan.
Putih dan hitam terpisah oleh dinding tak kasat mata yang berisikan berbagai macam jenis mantra dari yang baik ataupun yang jahat, sejenis sihir pelindung dan yang bisa menembus dinding itu hanyalah Dark Queen serta keturunannnya juga anggota kementrian.
Tubuhku menegang begitu melihat siapa yang datang, Jungkook juga sama terkejutnya denganku. Taehyung dengan naga hitamnya dan beberapa pasukannya. Mataku menajam saat menangkap ada kemarahan di matanya.
Dalam sekejab mataku menggelap, kemarahan melingkupiku, sinyal-sinyal peringatan bisa kurasakan saat denyut sihir dalam darahku menjadi sangat tinggi.
“Pengkhianat kau, Jeon Jungkook! Dan kau, Kang Yoonhye. Kalian berdua adalah makhluk paling hina di dunia ini,” teriakannya menghasilkan sambaran petir yang berhasil kualihkan melalui letupan sihirku yang meningkat begitu saja.
Berani sekali kau, Kim Taehyung. Kau belum tahu berhadapan dengan siapa kau saat ini!
Geraman marah keluar dari mulutku, mataku semakin menghitam. Aku melompat berdiri di atas naga Jungkook. Kilatan-kilatan ungu dan hijau bermunculan di jari-jariku.
Merapal mantra, aku membuat awan merah menggumpal keras dan siap membawaku kemanapun aku mau. Aku menyingkir dari naga Jungkook dan naik keawan terbang yang kubuat.
“Apa kau tidak tahu jika sekarang kau sedang menjemput ajalmu, My Lord?” desisku tajam.
“Yoonhye, kita cuma berdua, apa kau yakin?” teriak Jungkook.
Senyuman bengis terukir di wajahku. “Kau tahu, My Lord. Bahkan aku tidak membutuhkanmu sama sekali untuk menghadapi pengecut-pengecut ini.”
“Dasar jalang! Kau adalah pembunuh adikku. Aku tidak menyangka jika aku pernah menjalin kasih dengan seorang iblis seperti dirimu.”
Cahaya keunguan bercampur dengan hijau terang dari tanganku menyambar prajurit-prajurit yang dia bawa bersamanya, membuat mereka semua berjatuhan ke bawah dan mayat-mayat mereka berubah keunguan sama seperti yang kulakukan pada adiknya.
Tawa bahagiaku muncul begitu saja. “Kau lihat nasip mereka, Kim Taehyung? Bilur-bilur keunguan di tubuh mereka? Apa kau merasa familiar?”
“Jadi, benar dugaanku selama ini,” lirihnya.
Aku tertawa lagi mendengar ucapannya. “Kau sudah berani membangunkan iblis yang sedang tertidur, Kim Taehyung. Untuk itu kau harus menerima akibatnya,” desisku tajam.
Kekuatanku mengepul dengan luar biasa, kemarahan yang melingkupiku makin tinggi. Merapal mantra kembali dan ketika aku akan mengarahkan sihirku padanya. Pria itu mengarahkan sihirnya pada seseorang di belakangku.
Aku mendengar teriakan Jeon Jungkook di belakangku karena terkejut akan serangan dadakan itu. Sihirku lepas kendali dan mengenai jantung Taehyung dengan ledakan luar biasa, membuat tubuhnya hancur menjadi serpihan-serpihan kecil yang berhamburan di udara.
Dengan cepat aku mengarahkan awan ini menangkap Jungkook yang terjatuh kebawah. Kebahagiaan yang seharusnya kurasakan setelah kemarahan luar biasa tadi hilang lenyap entah kemana.
Ada sesuatu yang asing menarik sebagian jiwaku dengan paksa saat melihat matanya terpejam. Tidak, dia tidak boleh meninggalkanku. Tidak, dia tidak bisa meninggalkanku seperti ini. Aku tidak mengizinkannya untuk meninggalkanku.
Naga Jungkook berhasil menangkap Jungkook lebih dulu dan aku melompat ke punggung naganya dan memeluk Jungkook dengan erat, membiarkan awan-awan buatanku itu mencair dan lenyap. Aku mengarahkan naga ini kembali ke kamarku.

Ayah…
Aku berteriak dengan keras hingga burung-burung yang bertengger di lonceng besar berterbangan karena tekejut. Dalam sedetik, ayah dan ibuku muncul di kamarku.
Aku tidak pernah menangis seumur hidupku dan ini adalah untuk yang pertama kalinya aku tahu jika aku juga memiliki air mata yang kini mengalir dengan sendirinya membasahi pipiku. Menyentuh wajahku yang basah, mendadak kemarahan melingkupiku lagi.
“Jika kalian tidak bisa mengembalikannya padaku, maka aku akan menyusulnya. Itu berarti kalian akan menyaksikan kehancuran dunia ini, ayah, ibu.”
“Panggil Thalia, Yoonhye, dia pasti tahu bagaimana menyembuhkan pangeran,” ujar ibuku dengan lembut.
“Bagaimana hal ini bisa terjadi, Yoonhye?”
Aku mengabaikan pertanyaan bodoh ayahku dan merapal mantra untuk memanggil Thalia. Dia memiliki kekuatan untuk menyembuhkan penyihir yang terluka, benar, dia harus bisa mengembalikan Jungkook padaku. Jika tidak aku akan melenyapkan semua eksistensi penyihir hingga tidak akan ada lagi penyihir yang tersisa di muka bumi ini.
“Ada apa memanggilku, Yoonhye?” Thalia tersendat saat melihat keadaanku dan juga Jungkook.
Dalam sekejab dia tiba di hadapanku, di sisi Jungkook yang lain berhadapan denganku. “Tolong aku, Thalia. Kembalikan dia padaku. Kau harus mengembalikannya padaku!” Aku berteriak padanya.
“Tenanglah, Nak. Dia pasti akan baik-baik saja.” Ibuku memelukku dengan penuh kasih sayang.
“Aku akan berusaha semampuku, Yoonhye,” lirih Thalia.
Aku sama sekali tidak bisa merasakan jantungku berdetak sejak tadi. Tubuhku gemetar karena menahan sesuatu yang asing, yang selama ini belum pernah kurasakan dalam hidupku.
Ada apa denganku? Aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Sejenis perasaan takut. Tidak, aku tidak pernah takut pada apapun, tidak ada hal di dunia ini yang mampu untuk membuatku takut, tapi hari ini, detik ini ketakutan luar biasa menghampiriku saat melihat tubuh Jungkook terbujur kaku di hadapanku. Apa artinya semua ini?
Thalia mengeluarkan sihir penyembuhannya, sinar berwarna cream lembut tepat mengenai jantungnya. “Genggam tangannya dengan erat, Yoonhye.”
Aku menuruti ucapan Thalia. Meraih tangan Jungkook dan menggenggamnya dengan erat. Kau harus kembali padaku. Ingat, kau adalah milikku dan kau tidak akan pernah kubiarkan pergi meninggalkanku sampai kapanpun.
“Bisikan permohonanmu didekat telinganya, Yoonhye. Beri dia alasan untuk kembali. Cepat sebelum dia menyebrang,” tekan Thalia.
Melepaskan diri dari ibuku, aku menunduk hingga mulutku tepat berada di samping telinga pangeranku. “Kembali, My Lord. Aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk pergi dariku, kembalilah. Aku mencintaimu,” bisikku.
Tidak lama setelah itu, mata cokelat gelapnya terbuka, Jungkook terduduk di atas tempat tidurku dan memuntahkan darah hijau kental akibat serangan Taehyung tadi. Jika dia sudah memuntahkan sihirnya, itu berarti Thalia berhasil menggunakan kemampuannya untuk menyelamatkan pangeranku.
Begitu dia menemukanku duduk di sampingnya, tangannya meraihku, menenggelamkanku ke dekapan hangatnya. Saat ini, aku kembali bisa merasakan jika jantungku kembali berdetak dengan normal.
Aku mencintaimu, My Lord.

Malam pernikahan kami tiba juga, ritual-ritual bodoh itu sudah terlewati dan berjalan dengan sempurna. Semua pangeran yang pernah berkencan denganku datang dan memberiku ucapan selamat. Jungkook tidak merasa terkejut melihat betapa banyak pria yang takluk pada pesonaku, padahal yang tidak dia tahu jika di sana juga ada sihir yang kugunakan.
Semua orang tampak berbahagia. Bangsa blackwitch mengirimiku ucapan selamat dan aku membalasnya dengan mengirim bunga mawar hitam yang menjadi kebanggaan mereka. Penobatanku sebagai ratu akan dilakukan besok dan mahkota nenekku yang tersegel dengan rapi di balai kementrian akan dibuka besok. Ayahku langsung akan memakaikan benda itu padaku. Sedang mahkota Jungkook, akan di datangkan langsung dari Hunterland.
“Tidak ada lagi batasan di antara kita dan kau tidak boleh menolakku lagi, My Mistress.” Jungkook menarikku dengan keras menabraknya dan seketika mengunciku dalam pelukan posesifnya.
Aku bahkan sudah merasakan bagian bawahnya mengeras. “Jadi, kau sudah sangat terangsang ya, My Lord.” Aku tersenyum nakal padanya.
“Aku sudah menunggu saat-saat ini sejak lama, My Mistress.”
“Jangan pernah mencoba untuk meninggalkanku lagi, oke?”
“Tidak, aku tidak pernah berpikir untuk meninggalkanmu sekalipun kau memintaku untuk melakukannya.”
Dia mengecup bibirku dengan keras dan tidak ada lagi yang mampu menahan gairah kami. Jungkook menjatuhkan tubuh kami ke atas tempat tidurku yang sudah dihias sedemikian rupa. Tangannya hinggap di mana-mana. Lidahnya melilit lidahku, berdansa dengan gerakan yang membuat bagian bawahku basah karena gairah.
Aku menggeram, merobek pakaiannya. Dia melakukan hal yang sama denganku dan malam itu menjadi saksi jika aku telah memiliki Jeon Jungkook dan mengikatnya denganku selamanya.

“Aku sudah membaca kisah hidup nenekku,” ujarku pada Thalia.
“Jadi?”
“Ketika seorang Dark Queen jatuh cinta, maka satu-satunya yang menjadi kelemahannya adalah orang yang dicintainya. Nenekku mengakhiri masa eksistensinya tepat beberapa detik setelah kakekku terenggut oleh kekuatan asing yang sampai saat ini belum diketahui apa,” jelasku.
“Itu berarti, suamimu adalah kelemahanmu, Yoonhye, kau harus menjaganya baik-baik. Jika sampai ada yang tahu tentang ini, maka nyawa Jungkook akan ada dalam bahaya.”
Aku menangguk pada Thalia. Gadis itu melenggang meninggalkanku di kamarku. Jungkook sedang kembali ke Hunterland untuk mengurus kepindahannya dan nanti malam adalah penobatan kami berdua.
Mahkota-mahkota yang sebentar lagi akan bertengger di kepala kami sudah siap di balai kementrian. Upacara ritual sudah dilakukan sejak tadi pagi dan sekarang hari sudah petang, tak berapa lama lagi, gelar baruku akan segera diresmikan.
“Merindukanku, My Mistress.” Seseorang memelukku dari belakang dan mengecup leherku.
“Aku selalu merindukanmu setiap saat, My Lord.”
“Bersiaplah untuk hari besar kita,” desisnya. Aku tersenyum tipis dan berjalan meninggalkannya untuk membersihkan diriku.

Para bangsawan datang beramai-ramai di balai kementrian tertinggi dunia sihir untuk melihat penobatanku dan Jungkook. Senyuman manis terukir di wajahku, senyuman manis dengan aura seram yang selalu kubanggakan.
Orang-orang penting dikementrian membacakan banyak hal dan aku mendengarkan semuanya dengan baik. Peraturan khusus untuk seorang Dark Queen. Tidak lama kemudian, lonceng besar kementrian berdenting tanda jika waktu penobatanku sudah tiba.
Mahkota berlapiskan emas itu bertengger di kepalaku. Ayahku tersenyum dengan bangga dan ibuku memelukku penuh kasih. Jungkook juga memeluk ibunya.
“Untuk itu, kunyatakan mulai hari ini, kepemimpinan tertinggi di pegang oleh Dark Queen II bersama dengan suaminya.”
Semua bangsawan bertepuk tangan dengan elegan dan tersenyum seadanya sebagai bentuk formalitas. Mereka harus berhati-hati, karena mulai detik ini, yang memimpin mereka adalah seorang ratu dengan jiwa iblis di dalam dirinya.



TAMAT~