Selasa, 14 Juli 2015

INTO HIS WORLD BAB 10

WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran disana-sini. Happy Reading!






BAB 10



Gelap. Hanya itu yang saat ini selalu menemaniku, tidak ada siapapun, sendiri, sepi, sunyi. Aku tidak tahu apakah aku masih berada di bumi atau tidak. Kakiku melangkah di dalam kegelapan meraba-raba berusaha untuk keluar dari tempat ini. Aku takut, aku tidak mau berada di tempat gelap ini selamanya. Tolong, siapapun, adakah yang bisa mendengarku.
Aku tak tahu sudah berapa lama aku ada di sini, satu hari, dua hari, tiga hari, entahlah. Yang jelas, aku tak kunjung menemukan jalan keluarnya. Aku butuh untuk keluar dari sini. Tempat ini sangat mengerikan. Aku tidak mau jika harus sendirian di sini selamanya. Jung. Apa dia tidak mencariku? Apa dia sudah tidak peduli padaku lagi?
Tidak ada perkembangan yang mengesankan dari keadaan gadis ini. Dia bisa mendengar semua yang kita bicarakan, tapi dia tidak memiliki alasan untuk kembali, semangat hidupnya sudah hilang,
Tapi, Dok. Adakah yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkannya?
Entahlah, kami sudah melakukan yang terbaik, sekarang semua keputusan ada ditangan Tuhan dan diri gadis itu sendiri. Aku permisi dulu,”
“Baik, terima kasih, Dok,”
Suara siapa itu? Aku bisa mendengarnya, tapi mereka bicara dalam bahasa yang tidak kumengerti. Tidak ada Jung, dia benar-benar tidak ada. Aku lelah dengan semua drama yang terjadi dihidupku. Aku ingin pergi dari sini, aku ingin menemui ibuku. Aku ingin melupakan semua rasa sakit dan memulai yang baru. Untuk apa aku bertahan toh semua alasan yang menguatkanku untuk melanjutkan hidup sudah pergi meninggalkanku.
Yoora, Honey, dengarkan suaraku. Honey, berjalanlah, ikuti suaraku.
Aku tersentak dari sudut kegelapan. Itu adalah suara seorang wanita, suaranya lembut dan merdu. Apa itu ibuku? Ya, dia pasti adalah ibuku. “Honey, ikuti suaraku.
Aku tersenyum lebar dan kembali melangkah mengikuti suaranya. Setelah kembali menelusuri kegelapan untuk yang kesekian kalinya, akhirnya aku menemukan setitik cahaya di ujung sana, suara itu berasal dari tempat terang itu. Akhirnya, kurasa, aku akan segera sampai di surga sekarang.
Semakin aku mendekat pada cahaya itu semakin cahaya itu seakan memelukku, hingga langkah kakiku membawaku menuju tempat yang begitu terang. Sekarang, aku baru bisa melihat kembali, entah sejak kapan aku mengenakan gaun putih panjang yang dengan cantik membungkus tubuhku ini.
“Yoora, kemarilah!” Aku kembali mendengar suara itu memanggilku. Kaki telanjangku melangkah kembali diatas rerumputan hijau yang hangat, angin kencang yang menangkan menerbangkan helaian rambutku. Senyuman lebar menghiasi wajahku begitu aku menemukan seorang wanita dengan gaun yang sama sepertiku terduduk dengan anggun diatas sebuah kursi panjang berwarna putih.
Aku memperhatikan sekelilingku dan baru menyadari jika tempat ini seperti mimpi, begitu tidak nyata. Apa aku sekarang sedang bermimpi? Dengan pelan, aku kembali melangkah mendekati sosok itu. Dia bercahaya, sungguh dia seperti sebuah sihir.
“Duduklah disampingku, Honey.”
Dengan pelan, aku duduk tepat disampingnya, dia duduk di ujung kursi dan aku duduk di ujung lainnya. Aku menoleh memperhatikan wajahnya, tidak salah lagi, dia adalah sosok wanita yang selama ini hanya kulihat difoto saja. Ibuku, dia terlihat luar biasa, wajahnya bersinar bahagia.
“Aku sengaja menemuimu di sini. Sebenarnya aku sudah lama ingin menemuimu tapi tidak pernah sempat dan sekarang adalah waktu yang paling tepat. Aku sudah tahu tentang apa yang sudah terjadi di hidupmu akhir-akhir ini. Dan itu semua adalah kesalahanku. Karena aku, kau harus menanggung derita seperti ini. Maafkan aku untuk semua kekacauan yang telah terjadi dalam hidupmu. Aku memang seseorang yang tidak pantas untuk menjadi ibumu. Aku seorang wanita yang hina. Tapi Joanne merawatmu dengan sangat baik, Honey. Aku harus berterima kasih banyak padanya karena sudah merawat putriku menjadi gadis yang kuat, menjadi gadis yang tangguh, dan penuh dengan cinta dan kasih sayang.”
“Jangan bicara seperti itu, Bu. Aku selalu menerimamu sebagai ibuku dan aku tak peduli pada apa yang dunia katakan tentang dirimu,” ujarku pelan.
Akhirnya dia mengalihkan tatapannya padaku. Tersenyum hangat, tangannya merangkul pundakku, membimbingku untuk berbaring di pangkuannya. Tubuhku meringkuk, begini rasanya, terbaring dipangkuan seorang ibu. Seumur hidupku, aku belum pernah merasakan perasaan sedamai ini. Tak ada beban apapun lagi yang menghalangiku sekarang.
“Aku senang mendengarnya. Kau tahu, ada hal yang ingin kuberitahu padamu. Kau telah kehilangan segala hal yang menjadi semangatmu untuk menjalani hidup, tapi Tuhan mendatangkan seseorang yang baru, yang membutuhkanmu, yang menginginkanmu di hidupnya. Dia menunggumu sekarang. Kau harus memulai sesuatu yang baru dan menutup lembaran lama di hidupmu. Menjadikan itu hal yang berharga dan sebenarnya kau juga bisa memberi pelajaran pada pria egois itu agar dia sadar jika menyakiti orang-orang yang ada di sekelilingnya yang seharusnya ia sayangi itu adalah hal yang salah, jika tidak membuatnya sadar maka dia akan terus melakukan kesahalan itu selama hidupnya. Apa kau mengerti, Honey?”
Aku mengangguk merespon ucapannya, menikmati tangannya yang mengelus kepalaku dengan lembut, membuatku mengantuk.
“Apa aku tak bisa ikut denganmu, Ibu?”
“Tidak, kau tidak bisa ikut denganku. Kau memiliki sesuatu yang harus kau selesaikan di duniamu sendiri, dunia yang sekarang kutinggali tidaklah semenyenangkan seperti yang kau pikirkan. Kau memiliki duniamu sendiri, Honey. Kembalilah dan temui dia. Kau harus ingat jika kau sudah berjanji untuk berjalan bersamanya kan maka dari itu kau tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Nikmatilah hidupmu dan kau harus selalu ingat pesanku, jangan pernah kehilangan kepercayaanmu akan apapun, jadilah seseorang yang baik dan ingatlah selalu kalau aku menyayangimu.”
Hemm, nyanyikanlah sesuatu untukku, Bu. Aku tidak pernah dinyanyikan lagu tidur oleh bibi Joan.” Aku merasakan senyumannya.
“Tentu, sekarang tidurlah.”

*****


Perlahan, aku berusaha untuk membuka mataku. Mengapa membuka mata saja menjadi begitu sulit untukku? Ah benar, dimana aku sekarang? Setelah berusaha dengan sekuat tenaga akhirnya mataku terbuka perlahan, aku kembali menutupnya saat ribuan cahaya masuk ke mataku dan itu luar biasa silau. Setelah yakin bisa menyesuaikan diri, aku kembali membuka mataku perlahan dan semuanya terlihat asing. Ruangan ini putih, aku mendengar monitor yang mendeteksi detak jantungku, selang oksigen terpasang di hidungku, dan ada selang lagi yang terpasang di mulutku. Ini adalah selang yang langsung menuju ke lambungku. Jarum infuse tertanam di tanganku, dahiku dibungkus oleh perban, dan aku merasakan nyeri yang luar biasa di punggungku. Aku bahkan tidak bisa bergerak karena jika bergerak maka selang yang langsung menuju ke lambungku ini akan menimbulkan rasa sakit luar biasa untuk tubuhku.
Sepertinya, ini adalah ruang ICU, tidak ada orang lain di sini selain aku. Sekarang, aku harus membiasakan diri untuk hidup sendiri. Jung. Hatiku berdenyut saat menyebutkan namanya dalam pikiranku. Bagaimana bisa dia tidak ada di sini? Aku benar-benar membutuhkan kehadirannya saat ini. Aku membutuhkan dia untuk menguatkanku.
Aku mendengar suara pintu dibuka dan seorang pria dengan pakaian steril khusus untuk ruangan ini melangkah mendekatiku. Dahiku berkerut, siapa dia?
“Astaga, kau sudah sadar! Syukurlah, kau tunggu di sini, aku akan memanggilkan dokter. Oke.”
Pria itu kembali menghilang dari ruangan ini dan kembali lagi satu menit kemudian bersama dua orang berseragam putih serta tiga orang perawat. Kedua dokter itu memeriksaku. Sedang perawat-perawat itu, menyuntikan sesuatu di selang infuse-ku.
“Bagus, dia sudah berhasil melewati masa kritisnya. Kita bisa memindahkannya ke ruang rawat biasa setelah kita melepaskan semua alat yang melekat di tubuhnya saat ini. Nona, aku senang kau berhasil menemukan semangatmu untuk kembali hidup.” Dokter itu mengatakan sesuatu dalam bahasa korea dan aku sama sekali tak mengerti apa yang dia katakan.
“Kita akan membiusnya sekarang dan melepaskan alat-alat ini dari tubuhnya sebelum dipindahkan ke ruang rawat. Dia akan sadar setelah satu jam. Kau harus tetap bersamanya saat dia kembali sadar. Kau pria yang beruntung, dia adalah gadis yang kuat.” Pria asing itu tersenyum sopan pada si dokter dan mereka saling membungkuk. Itu adalah bayangan yang kulihat sebelum pengelihatanku kabur dan kegelapan kembali menyelimutiku.

Mataku kembali terbuka saat rasa sakit menyerangku bertubi-tubi. Ya Tuhan, sakit sekali!
“Hey, kau sudah sadar? Apa kau perlu sesuatu? Apa kau merasa sakit?”
Mataku bertemu dengan lensa hitam milik pria asing yang sama, yang ada di ruang ICU tadi. “Siapa kau?”
“Kau tidak mengenalku? Kau serius?”
Aku menggelengkan kepala menjawab pertanyaan, lalu sengatan nyeri di punggungku membuatku meringis. Sial, kenapa sakit sekali sih?
“Aku Kyung Soo. Siapa namamu?”
“Yoora, aku Yoora Fletcher.” Tidak, aku tidak akan mengenakan marga Kim lagi mulai sekarang, nama ibuku akan membuatku merasa lebih baik.
“Kau tidak bisa bicara dalam bahasa Korea?”
“Tidak, aku tidak bisa. Sial, ini sakit sekali,” ringisku dan itu membuat pria ini meringis juga.
“Apa perlu kupanggilkan dokter? Mereka bilang kau mengalami cedera di punggungmu yang membuatmu harus terbaring di sini selama dua minggu.”
“Dan berapa lama aku sudah berada di sini?”
“Selama lima hari ini kau mengalami koma. Dan setelah sadar kau harus menjalani perawatan penuh selama dua minggu,” ujarnya.
“Apa ini hari kelima?”
“Ya, ini hari kelima kau dirawat di sini. Aku benar-benar minta maaf, atas kecerobohanku kau jadi harus merasakan sakit seperti itu. Aku benar-benar minta maaf, aku akan bertanggung jawab hingga kau benar-benar sembuh, apalagi kau adalah pacar dari temanku.”
“Kau? Kau temannya Jung?”
“Ya, hari dimana aku menabrakmu waktu itu, sambungan telepon kalian belum terputus dan aku melihat nama Jungkook tertera di layar ponselmu. Dunia ini memang sempit. Aku tak menyangka kalau gadis cantik dengan tubuh mungil yang kutabrak adalah kekasih dari temanku sendiri. Hari ini, dia kembali dari Jepang kan? Kau tenang saja, aku selalu memberitahu perkembanganmu padanya dan dia juga sudah tahu kalau kau sudah melewati masa kritismu sekarang.”
“Harusnya kau menabrakku lebih keras lagi dan membunuhku di tempat. Itu akan lebih baik dibanding harus merasakan sakit yang luar biasa ini.” Aku mengomel padanya dan dia menatapku merasa bersalah.
“Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf.”
“Apa tidak ada orang lain yang kau hubungi selain Jung?”
“Tidak ada. Aku hanya menghubungi dia.” Aku mengangguk padanya.
“Sekarang akan lebih baik kalau kau kembali tidur. Itu akan membuatmu lebih cepat pulih.”
“Kau gila hah! Aku sudah tertidur selama lima hari dan sekarang aku harus tidur lagi.” Dia terkekeh mendengar ucapanku.
“Baik, terserah padamu.”
“Mana ponselku? Aku ingin menelpon pria itu! Dia benar-benar keterlaluan! Kalau saja aku mati kemarin apa dia masih lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan nyawa pacarnya.” Kyung Soo tertawa mendengar ocehanku. Dia menyerahkan ponselku setelahnya.
Aku menekan speed dial nomor satu dan itu langsung menghubungkanku ke nomor ponsel Jung. Dia mengangkat  teleponku didering pertama seperti biasa, katanya, dia tidak pernah meninggalkan ponselnya karena dia harus selalu mengetahui bagaimana keadaanku di sini selama dia pergi ke luar negeri.
Hyung, ada apa? Semuanya baik-baik sajakan?”
“Maaf, aku tak mengerti apa yang kau katakan, ini aku Yoora.”
“Ya Tuhan, syukurlah! Kau sudah membuatku sulit bernapas akhir-akhir ini, Babe.”
“Bohong! Kau benar-benar jahat. Aku terbaring koma selama lima hari di sini, tapi kau sama sekali tidak mendampingiku, tapi malah menyuruh pria tampan lain untuk menjagaku. Kau akan menyesal jika ketika kau kembali nanti, aku sudah memutuskan untuk berkencan dengannya,” omelku.
“Maaf, aku sudah ada di pesawat sekarang, begitu aku tiba di Seoul aku akan langsung ke rumah sakit. Kau tahu, ini juga sulit untukku. Aku selalu berharap semua yang ada di sini selesai agar aku bisa cepat menemuimu. Aku ingin menjadi orang pertama yang kau lihat saat kau sadar. Kau tahu, aku nyaris mati setiap menerima telepon dari Kyung Soo Hyung menantikan perkembanganmu. Lima hari ini sudah menjadi hari paling buruk selama aku hidup,” bisiknya pelan. Hatiku bergetar mendengar suaranya diujung sana. Mana bisa aku marah padanya lama-lama. Dia tahu bagaimana caranya supaya dia lolos dari amukanku selalu seperti itukan.
“Aku merindukanmu, Jung.”
“Aku bahkan lebih merindukanmu, Ms Amerika.”
“Cepatlah pulang, aku akan menghajarmu nanti.” Dia tertawa mendengar ucapanku. Dan aku tak bisa menahan untuk tidak tersenyum.
“Sekarang, aku harus memutuskan sambungannya. Sampai jumpa nanti, Babe. Aku mencintaimu.”
“Aku juga mencintaimu, Pria es-ku!” Aku merasakannya saat dia cemberut di sana dan aku terkekeh membayangkannya. Lalu sambungan terputus begitu saja.
“Ah jadi sekarang aku benar-benar bisa melihatnya. Kalian berdua adalah pasangan yang sangat serasi.”
Aku menatap Kyung Soo yang sedari tadi mendengarkan percakapanku dengan Jung. Wajahku bersemu saat dia menatapku dengan tatapan menggodanya. Mengapa sekarang hidupku dipenuhi dengan pria-pria tampan? Sangat menyebalkan sekali! Apalagi sekarang aku harus pandai-pandai menjaga tatapan mataku, tapi tetap saja pria es yang super menyebalkan itu sudah memegang hatiku dan dia sudah memenjarakannya di suatu tempat. Tak ada satu orangpun yang tahu tempat itu.
“Jadi, sudah berapa lama kalian berteman?”
“Cukup lama, sejak tiga tahun yang lalu. Kami bertemu di sebuah pesta. Dia adalah sosok yang dingin memang, kaku awalnya, tapi kami memiliki selera musik yang sama. Aku juga mengenal Taehyung dan Jimin. Mereka adalah yang paling menyenangkan,” ujarnya.
Aku mengangguk setuju padanya. “Kau benar sekali, aku setuju, Taehyung Oppa dan Jimin Oppa memang sangat menyenangkan, pada awalnya kupikir aku menyukai Taehyung Oppa, tapi ternyata Jung sudah mencuri hatiku lebih dulu.”
Kyung Soo tertawa renyah. “Dia adalah maknae yang bisa melakukan apa saja.”
Dahiku berkerut tak mengerti. “Apa maksudnya maknae?”
Dia tertawa lagi. “Logatmu aneh sekali ketika mengatakannya. Kata itu berarti seseorang yang paling muda diantara teman-temannya.”
“Ah, ya, aku mengerti. Percayalah, kau bukan orang pertama yang menertawakan logatku dalam berbicara menggunakan bahasa kalian.” Aku mengangguk padanya.
“Kau dan Jung sudah berapa lama menjalin hubungan?”
Dia duduk dengan anggun di kursi di samping bankarku. Dan aku baru sadar jika dia memiliki gaya yang sangat maskulin. “Aku baru mengenalnya selama dua minggu jalan tiga minggu dan kami baru berpacaran seminggu, waktu yang sangat singkat, tapi siapa yang peduli, cinta bisa datang dimana saja dan kapan saja.”
“Ya, kau benar sekali. Awalnya saat melihat wajahmu kupikir aku juga sudah jatuh cinta padamu. Jika kau bukan pacar Jung, aku sudah berpikir akan menculikmu dan menjauhkanmu dari kekasihmu dan membuatmu jatuh cinta padaku.”
Aku tertawa mendengar ucapannya konyolnya. “Kau gila!”
Kami tertawa bersama dan satu lagi, aku menemukan makhluk tampan nan menyenangkan ini. Aku yakin semua gadis akan merasa iri padaku karena aku dikelilingi oleh tipe-tipe pria yang menjadi pria idaman semua gadis. Silakan, kalian semua boleh iri padaku.[]





Yoora :)

Kyung Soo :)

Jungkookie :*

5 komentar:

  1. Yeay! Ada Kyungsoo! Itu apa ga ada yang nyariin Yoora? Ah,baguslah. Aku pengennya Yoora jadi orang korea aja. Tinggal bareng bapak dan kakaknya dan hidup rukun... *aku berubah pikiran ternyata* Ohoho,dia anak presiden. Semangat nulisnya ya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkwk😄 okok.. maaciw udah sempetin baca dan ngomen chingu.. bab selanjutnya kemungkinan besok atau udah lebaran wkwwkw😄

      Hapus
  2. Siip, kapanpun itu, aku tetep baca ko~

    BalasHapus
  3. Yaa.. Bakalan lama donk ga baca kelanjutannya..
    Tp bagus baguss baguss.. 👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhhh.. maaciw udah sempetin baca dan komen ya chingu😚 iya kalo besok nggak sempet post.. berarti abis lebaran heheh😚

      Hapus