WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam
proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca
yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran
disana-sini. Happy Reading!
BAB 10
Gelap.
Hanya itu yang saat ini selalu menemaniku, tidak ada siapapun, sendiri, sepi,
sunyi. Aku tidak tahu apakah aku masih berada di bumi atau tidak. Kakiku
melangkah di dalam kegelapan meraba-raba berusaha untuk keluar dari tempat ini.
Aku takut, aku tidak mau berada di tempat gelap ini selamanya. Tolong,
siapapun, adakah yang bisa mendengarku.
Aku
tak tahu sudah berapa lama aku ada di sini, satu hari, dua hari, tiga hari,
entahlah. Yang jelas, aku tak kunjung menemukan jalan keluarnya. Aku butuh
untuk keluar dari sini. Tempat ini sangat mengerikan. Aku tidak mau jika harus
sendirian di sini selamanya. Jung.
Apa dia tidak mencariku? Apa dia sudah tidak peduli padaku lagi?
“Tidak ada perkembangan yang mengesankan dari
keadaan gadis ini. Dia bisa mendengar semua yang kita bicarakan, tapi dia tidak
memiliki alasan untuk kembali, semangat hidupnya sudah hilang,”
“Tapi, Dok. Adakah yang bisa kita lakukan
untuk menyelamatkannya?”
“Entahlah, kami sudah melakukan yang terbaik,
sekarang semua keputusan ada ditangan Tuhan dan diri gadis itu sendiri. Aku
permisi dulu,”
“Baik, terima kasih, Dok,”
Suara
siapa itu? Aku bisa mendengarnya, tapi mereka bicara dalam bahasa yang tidak
kumengerti. Tidak ada Jung, dia benar-benar tidak ada. Aku lelah dengan semua
drama yang terjadi dihidupku. Aku ingin pergi dari sini, aku ingin menemui
ibuku. Aku ingin melupakan semua rasa sakit dan memulai yang baru. Untuk apa
aku bertahan toh semua alasan yang menguatkanku untuk melanjutkan hidup sudah
pergi meninggalkanku.
“Yoora, Honey, dengarkan suaraku. Honey,
berjalanlah, ikuti suaraku.”
Aku
tersentak dari sudut kegelapan. Itu adalah suara seorang wanita, suaranya
lembut dan merdu. Apa itu ibuku? Ya, dia pasti adalah ibuku. “Honey, ikuti suaraku.”
Aku
tersenyum lebar dan kembali melangkah mengikuti suaranya. Setelah kembali
menelusuri kegelapan untuk yang kesekian kalinya, akhirnya aku menemukan
setitik cahaya di ujung sana, suara itu berasal dari tempat terang itu.
Akhirnya, kurasa, aku akan segera sampai di surga sekarang.
Semakin
aku mendekat pada cahaya itu semakin cahaya itu seakan memelukku, hingga
langkah kakiku membawaku menuju tempat yang begitu terang. Sekarang, aku baru
bisa melihat kembali, entah sejak kapan aku mengenakan gaun putih panjang yang
dengan cantik membungkus tubuhku ini.
“Yoora,
kemarilah!” Aku kembali mendengar suara itu memanggilku. Kaki telanjangku
melangkah kembali diatas rerumputan hijau yang hangat, angin kencang yang
menangkan menerbangkan helaian rambutku. Senyuman lebar menghiasi wajahku begitu
aku menemukan seorang wanita dengan gaun yang sama sepertiku terduduk dengan
anggun diatas sebuah kursi panjang berwarna putih.
Aku
memperhatikan sekelilingku dan baru menyadari jika tempat ini seperti mimpi,
begitu tidak nyata. Apa aku sekarang sedang bermimpi? Dengan pelan, aku kembali
melangkah mendekati sosok itu. Dia bercahaya, sungguh dia seperti sebuah sihir.
“Duduklah
disampingku, Honey.”
Dengan
pelan, aku duduk tepat disampingnya, dia duduk di ujung kursi dan aku duduk di
ujung lainnya. Aku menoleh memperhatikan wajahnya, tidak salah lagi, dia adalah
sosok wanita yang selama ini hanya kulihat difoto saja. Ibuku, dia terlihat
luar biasa, wajahnya bersinar bahagia.
“Aku
sengaja menemuimu di sini. Sebenarnya aku sudah lama ingin menemuimu tapi tidak
pernah sempat dan sekarang adalah waktu yang paling tepat. Aku sudah tahu
tentang apa yang sudah terjadi di hidupmu akhir-akhir ini. Dan itu semua adalah
kesalahanku. Karena aku, kau harus menanggung derita seperti ini. Maafkan aku
untuk semua kekacauan yang telah terjadi dalam hidupmu. Aku memang seseorang
yang tidak pantas untuk menjadi ibumu. Aku seorang wanita yang hina. Tapi Joanne
merawatmu dengan sangat baik, Honey. Aku harus berterima kasih banyak padanya
karena sudah merawat putriku menjadi gadis yang kuat, menjadi gadis yang
tangguh, dan penuh dengan cinta dan kasih sayang.”
“Jangan
bicara seperti itu, Bu. Aku selalu menerimamu sebagai ibuku dan aku tak peduli
pada apa yang dunia katakan tentang dirimu,” ujarku pelan.
Akhirnya
dia mengalihkan tatapannya padaku. Tersenyum hangat, tangannya merangkul
pundakku, membimbingku untuk berbaring di pangkuannya. Tubuhku meringkuk,
begini rasanya, terbaring dipangkuan seorang ibu. Seumur hidupku, aku belum
pernah merasakan perasaan sedamai ini. Tak ada beban apapun lagi yang
menghalangiku sekarang.
“Aku
senang mendengarnya. Kau tahu, ada hal yang ingin kuberitahu padamu. Kau telah
kehilangan segala hal yang menjadi semangatmu untuk menjalani hidup, tapi Tuhan
mendatangkan seseorang yang baru, yang membutuhkanmu, yang menginginkanmu di
hidupnya. Dia menunggumu sekarang. Kau harus memulai sesuatu yang baru dan
menutup lembaran lama di hidupmu. Menjadikan itu hal yang berharga dan
sebenarnya kau juga bisa memberi pelajaran pada pria egois itu agar dia sadar
jika menyakiti orang-orang yang ada di sekelilingnya yang seharusnya ia sayangi
itu adalah hal yang salah, jika tidak membuatnya sadar maka dia akan terus
melakukan kesahalan itu selama hidupnya. Apa kau mengerti, Honey?”
Aku
mengangguk merespon ucapannya, menikmati tangannya yang mengelus kepalaku
dengan lembut, membuatku mengantuk.
“Apa
aku tak bisa ikut denganmu, Ibu?”
“Tidak,
kau tidak bisa ikut denganku. Kau memiliki sesuatu yang harus kau selesaikan di
duniamu sendiri, dunia yang sekarang kutinggali tidaklah semenyenangkan seperti
yang kau pikirkan. Kau memiliki duniamu sendiri, Honey. Kembalilah dan temui
dia. Kau harus ingat jika kau sudah berjanji untuk berjalan bersamanya kan maka
dari itu kau tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Nikmatilah hidupmu dan kau
harus selalu ingat pesanku, jangan pernah kehilangan kepercayaanmu akan apapun,
jadilah seseorang yang baik dan ingatlah selalu kalau aku menyayangimu.”
“Hemm, nyanyikanlah sesuatu untukku, Bu.
Aku tidak pernah dinyanyikan lagu tidur oleh bibi Joan.” Aku merasakan
senyumannya.
“Tentu,
sekarang tidurlah.”
*****
Perlahan,
aku berusaha untuk membuka mataku. Mengapa membuka mata saja menjadi begitu
sulit untukku? Ah benar, dimana aku sekarang? Setelah berusaha dengan sekuat
tenaga akhirnya mataku terbuka perlahan, aku kembali menutupnya saat ribuan
cahaya masuk ke mataku dan itu luar biasa silau. Setelah yakin bisa
menyesuaikan diri, aku kembali membuka mataku perlahan dan semuanya terlihat
asing. Ruangan ini putih, aku mendengar monitor yang mendeteksi detak
jantungku, selang oksigen terpasang di hidungku, dan ada selang lagi yang terpasang
di mulutku. Ini adalah selang yang langsung menuju ke lambungku. Jarum infuse tertanam di tanganku, dahiku
dibungkus oleh perban, dan aku merasakan nyeri yang luar biasa di punggungku.
Aku bahkan tidak bisa bergerak karena jika bergerak maka selang yang langsung
menuju ke lambungku ini akan menimbulkan rasa sakit luar biasa untuk tubuhku.
Sepertinya,
ini adalah ruang ICU, tidak ada orang lain di sini selain aku. Sekarang, aku
harus membiasakan diri untuk hidup sendiri. Jung.
Hatiku berdenyut saat menyebutkan namanya dalam pikiranku. Bagaimana bisa dia
tidak ada di sini? Aku benar-benar membutuhkan kehadirannya saat ini. Aku
membutuhkan dia untuk menguatkanku.
Aku
mendengar suara pintu dibuka dan seorang pria dengan pakaian steril khusus
untuk ruangan ini melangkah mendekatiku. Dahiku berkerut, siapa dia?
“Astaga,
kau sudah sadar! Syukurlah, kau tunggu di sini, aku akan memanggilkan dokter. Oke.”
Pria
itu kembali menghilang dari ruangan ini dan kembali lagi satu menit kemudian
bersama dua orang berseragam putih serta tiga orang perawat. Kedua dokter itu
memeriksaku. Sedang perawat-perawat itu, menyuntikan sesuatu di selang infuse-ku.
“Bagus,
dia sudah berhasil melewati masa kritisnya. Kita bisa memindahkannya ke ruang
rawat biasa setelah kita melepaskan semua alat yang melekat di tubuhnya saat
ini. Nona, aku senang kau berhasil menemukan semangatmu untuk kembali hidup.”
Dokter itu mengatakan sesuatu dalam bahasa korea dan aku sama sekali tak
mengerti apa yang dia katakan.
“Kita
akan membiusnya sekarang dan melepaskan alat-alat ini dari tubuhnya sebelum
dipindahkan ke ruang rawat. Dia akan sadar setelah satu jam. Kau harus tetap
bersamanya saat dia kembali sadar. Kau pria yang beruntung, dia adalah gadis
yang kuat.” Pria asing itu tersenyum sopan pada si dokter dan mereka saling
membungkuk. Itu adalah bayangan yang kulihat sebelum pengelihatanku kabur dan
kegelapan kembali menyelimutiku.
Mataku
kembali terbuka saat rasa sakit menyerangku bertubi-tubi. Ya Tuhan, sakit
sekali!
“Hey,
kau sudah sadar? Apa kau perlu sesuatu? Apa kau merasa sakit?”
Mataku
bertemu dengan lensa hitam milik pria asing yang sama, yang ada di ruang ICU
tadi. “Siapa kau?”
“Kau
tidak mengenalku? Kau serius?”
Aku
menggelengkan kepala menjawab pertanyaan, lalu sengatan nyeri di punggungku
membuatku meringis. Sial, kenapa sakit sekali sih?
“Aku
Kyung Soo. Siapa namamu?”
“Yoora,
aku Yoora Fletcher.” Tidak, aku tidak akan mengenakan marga Kim lagi mulai
sekarang, nama ibuku akan membuatku merasa lebih baik.
“Kau
tidak bisa bicara dalam bahasa Korea?”
“Tidak,
aku tidak bisa. Sial, ini sakit sekali,” ringisku dan itu membuat pria ini
meringis juga.
“Apa
perlu kupanggilkan dokter? Mereka bilang kau mengalami cedera di punggungmu
yang membuatmu harus terbaring di sini selama dua minggu.”
“Dan
berapa lama aku sudah berada di sini?”
“Selama
lima hari ini kau mengalami koma. Dan setelah sadar kau harus menjalani
perawatan penuh selama dua minggu,” ujarnya.
“Apa
ini hari kelima?”
“Ya,
ini hari kelima kau dirawat di sini. Aku benar-benar minta maaf, atas
kecerobohanku kau jadi harus merasakan sakit seperti itu. Aku benar-benar minta
maaf, aku akan bertanggung jawab hingga kau benar-benar sembuh, apalagi kau
adalah pacar dari temanku.”
“Kau?
Kau temannya Jung?”
“Ya,
hari dimana aku menabrakmu waktu itu, sambungan telepon kalian belum terputus
dan aku melihat nama Jungkook tertera di layar ponselmu. Dunia ini memang
sempit. Aku tak menyangka kalau gadis cantik dengan tubuh mungil yang kutabrak
adalah kekasih dari temanku sendiri. Hari ini, dia kembali dari Jepang kan? Kau
tenang saja, aku selalu memberitahu perkembanganmu padanya dan dia juga sudah
tahu kalau kau sudah melewati masa kritismu sekarang.”
“Harusnya
kau menabrakku lebih keras lagi dan membunuhku di tempat. Itu akan lebih baik
dibanding harus merasakan sakit yang luar biasa ini.” Aku mengomel padanya dan
dia menatapku merasa bersalah.
“Maafkan
aku, aku benar-benar minta maaf.”
“Apa
tidak ada orang lain yang kau hubungi selain Jung?”
“Tidak
ada. Aku hanya menghubungi dia.” Aku mengangguk padanya.
“Sekarang
akan lebih baik kalau kau kembali tidur. Itu akan membuatmu lebih cepat pulih.”
“Kau
gila hah! Aku sudah tertidur selama lima hari dan sekarang aku harus tidur
lagi.” Dia terkekeh mendengar ucapanku.
“Baik,
terserah padamu.”
“Mana
ponselku? Aku ingin menelpon pria itu! Dia benar-benar keterlaluan! Kalau saja
aku mati kemarin apa dia masih lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan
nyawa pacarnya.” Kyung Soo tertawa mendengar ocehanku. Dia menyerahkan ponselku
setelahnya.
Aku
menekan speed dial nomor satu dan itu
langsung menghubungkanku ke nomor ponsel Jung. Dia mengangkat teleponku didering pertama seperti biasa,
katanya, dia tidak pernah meninggalkan ponselnya karena dia harus selalu
mengetahui bagaimana keadaanku di sini selama dia pergi ke luar negeri.
“Hyung, ada apa? Semuanya baik-baik
sajakan?”
“Maaf,
aku tak mengerti apa yang kau katakan, ini aku Yoora.”
“Ya
Tuhan, syukurlah! Kau sudah membuatku sulit bernapas akhir-akhir ini, Babe.”
“Bohong!
Kau benar-benar jahat. Aku terbaring koma selama lima hari di sini, tapi kau
sama sekali tidak mendampingiku, tapi malah menyuruh pria tampan lain untuk
menjagaku. Kau akan menyesal jika ketika kau kembali nanti, aku sudah
memutuskan untuk berkencan dengannya,” omelku.
“Maaf,
aku sudah ada di pesawat sekarang, begitu aku tiba di Seoul aku akan langsung
ke rumah sakit. Kau tahu, ini juga sulit untukku. Aku selalu berharap semua
yang ada di sini selesai agar aku bisa cepat menemuimu. Aku ingin menjadi orang
pertama yang kau lihat saat kau sadar. Kau tahu, aku nyaris mati setiap
menerima telepon dari Kyung Soo Hyung
menantikan perkembanganmu. Lima hari ini sudah menjadi hari paling buruk selama
aku hidup,” bisiknya pelan. Hatiku bergetar mendengar suaranya diujung sana.
Mana bisa aku marah padanya lama-lama. Dia tahu bagaimana caranya supaya dia
lolos dari amukanku selalu seperti itukan.
“Aku
merindukanmu, Jung.”
“Aku
bahkan lebih merindukanmu, Ms Amerika.”
“Cepatlah
pulang, aku akan menghajarmu nanti.” Dia tertawa mendengar ucapanku. Dan aku
tak bisa menahan untuk tidak tersenyum.
“Sekarang,
aku harus memutuskan sambungannya. Sampai jumpa nanti, Babe. Aku mencintaimu.”
“Aku
juga mencintaimu, Pria es-ku!” Aku merasakannya saat dia cemberut di sana dan
aku terkekeh membayangkannya. Lalu sambungan terputus begitu saja.
“Ah
jadi sekarang aku benar-benar bisa melihatnya. Kalian berdua adalah pasangan
yang sangat serasi.”
Aku
menatap Kyung Soo yang sedari tadi mendengarkan percakapanku dengan Jung.
Wajahku bersemu saat dia menatapku dengan tatapan menggodanya. Mengapa sekarang
hidupku dipenuhi dengan pria-pria tampan? Sangat menyebalkan sekali! Apalagi
sekarang aku harus pandai-pandai menjaga tatapan mataku, tapi tetap saja pria
es yang super menyebalkan itu sudah memegang hatiku dan dia sudah
memenjarakannya di suatu tempat. Tak ada satu orangpun yang tahu tempat itu.
“Jadi,
sudah berapa lama kalian berteman?”
“Cukup
lama, sejak tiga tahun yang lalu. Kami bertemu di sebuah pesta. Dia adalah
sosok yang dingin memang, kaku awalnya, tapi kami memiliki selera musik yang
sama. Aku juga mengenal Taehyung dan Jimin. Mereka adalah yang paling
menyenangkan,” ujarnya.
Aku
mengangguk setuju padanya. “Kau benar sekali, aku setuju, Taehyung Oppa dan Jimin Oppa memang sangat menyenangkan, pada awalnya kupikir aku menyukai Taehyung
Oppa, tapi ternyata Jung sudah
mencuri hatiku lebih dulu.”
Kyung
Soo tertawa renyah. “Dia adalah maknae
yang bisa melakukan apa saja.”
Dahiku
berkerut tak mengerti. “Apa maksudnya maknae?”
Dia
tertawa lagi. “Logatmu aneh sekali ketika mengatakannya. Kata itu berarti
seseorang yang paling muda diantara teman-temannya.”
“Ah,
ya, aku mengerti. Percayalah, kau bukan orang pertama yang menertawakan logatku
dalam berbicara menggunakan bahasa kalian.” Aku mengangguk padanya.
“Kau
dan Jung sudah berapa lama menjalin hubungan?”
Dia
duduk dengan anggun di kursi di samping bankarku. Dan aku baru sadar jika dia
memiliki gaya yang sangat maskulin. “Aku baru mengenalnya selama dua minggu
jalan tiga minggu dan kami baru berpacaran seminggu, waktu yang sangat singkat,
tapi siapa yang peduli, cinta bisa datang dimana saja dan kapan saja.”
“Ya,
kau benar sekali. Awalnya saat melihat wajahmu kupikir aku juga sudah jatuh
cinta padamu. Jika kau bukan pacar Jung, aku sudah berpikir akan menculikmu dan
menjauhkanmu dari kekasihmu dan membuatmu jatuh cinta padaku.”
Aku
tertawa mendengar ucapannya konyolnya. “Kau gila!”
Kami
tertawa bersama dan satu lagi, aku menemukan makhluk tampan nan menyenangkan
ini. Aku yakin semua gadis akan merasa iri padaku karena aku dikelilingi oleh
tipe-tipe pria yang menjadi pria idaman semua gadis. Silakan, kalian semua
boleh iri padaku.[]
Yoora :)
Kyung Soo :)
Jungkookie :*
Yeay! Ada Kyungsoo! Itu apa ga ada yang nyariin Yoora? Ah,baguslah. Aku pengennya Yoora jadi orang korea aja. Tinggal bareng bapak dan kakaknya dan hidup rukun... *aku berubah pikiran ternyata* Ohoho,dia anak presiden. Semangat nulisnya ya!
BalasHapusWkwkwkwk😄 okok.. maaciw udah sempetin baca dan ngomen chingu.. bab selanjutnya kemungkinan besok atau udah lebaran wkwwkw😄
HapusSiip, kapanpun itu, aku tetep baca ko~
BalasHapusYaa.. Bakalan lama donk ga baca kelanjutannya..
BalasHapusTp bagus baguss baguss.. 👍
Wahhhh.. maaciw udah sempetin baca dan komen ya chingu😚 iya kalo besok nggak sempet post.. berarti abis lebaran heheh😚
Hapus