WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam
proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca
yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran
disana-sini. Happy Reading!
(DENGERIN LAGUNYA JIN - GONE yaaa :*)
BAB 16
Dua Bulan Kemudian~
Gieogi
meomuldagan geu jarie son kkeutenamainneun ongiedo. Niga itda itda neoui
hyanggi neouieolgul. Jebal nal bwa nal bwabwa
nal bwabwa naireoke neol neukkyeo neol neukkyeo. Aesseo jabeun maltu
aesseo jabeun miso aesseo jabeun neonde
Uri
hamke itdeon geu gonggane naeganeol darmagadeon geu sungane. Bissogeul geunyang
georeodo neomujohatdeon niga eopda niga eopda. Eottoke na honjaseo neo jiugo
sara. Hamkke goereogadeon geu sigane geureokemandeureogadeon chueokkajido
miryeonkkajido. Meomon jarie nan seo itda neomu geuriwo
Nal
bwabwa nal bwabwa nal bwabwa naajikdo neol neukkyeo neol neukkyeo neol nukkyeo.
Gyeou darmeun maltu gyeou darmeun miso gyeou darmeun neonde
Uri
hamke itdeon geu gonggane naeganeol darmagadeon geu sungane. Bissogeul geunyang
georeodo neomujohatdeon niga eopda niga eopda. Eottoke na honjaseo neo jiugo
sara neomu guriwo
Gyeou
heorakdoen neoui ireum jiul sueobseo neomani bareun naui ireumi yeogi jamjago
isseo. Uri hamke itdeon geu gonggane naeganeol darmagadeon geu sungane. Bamjameul
geunyang seolchyeodo neomujohatdeon niga eopda niga eopda . Eottoke na honjaseo
neo jiugo sara Hamke georeogaya hal geu sigane. Ajikdo mandeureoya hae
urimiraedo nauibaraemdo. Meomun jarie nan seo itda neomu guriwo~
Ditempat
di mana kenangan beristirahat, bahkan dalam kehangatan tersisa di ujung jariku.
Kau berada di sana, Kau berada di sana. Aromamu, wajahmu. Tolong lihat aku,
lihat aku, lihat aku.
Aku
merasakannya, aku merasakan keberadaanmu. Aku mencoba untuk mengenal caramu
berbicara dan caramu tersenyum. Aku mencoba untuk mengenalmu.
Ditempat
ketika kita bersama dulu, pada saat itu aku mulai benar-benar bisa mengenalimu.
Aku merasa begitu senang walau hanya dengan berjalan dibawah hujan bersamamu.
Tapi kau tidak ada di sini. Kau tidak ada di sini.
Bagaimana
aku bisa menghapusmu dari hidupku?
Ketika
kita berjalan bersama, disemua tempat yang pernah kita kunjungi, aku
menyaksikan kenangan-kenangan kita terputar ulang. Aku berdiri di sana
menyaksikan kenangan demi kenangan kita karena aku merindukanmu.
Tolong
lihat aku. Lihat aku. Lihat aku.
Aku
bisa merasakanmu, ya aku bisa merasakan kehadiranmu. Setelah aku benar-benar
mengenali suara dan senyummu.
Ditempat
ketika kita bersama dulu, pada saat itu aku mulai benar-benar bisa mengenalimu.
Aku merasa begitu senang walau hanya dengan berjalan dibawah hujan bersamamu.
Tapi kau tidak ada di sini. Kau tidak ada di sini.
Bagaimana
aku bisa menghapusmu dari hidupku?Aku sangat merindukanmu.
Aku
tidak bisa menghapus namamu dari hatiku. Aku selalu bisa mendengar kau
memanggil namaku ketika aku mulai terlelap. Di tempat ketika kita pernah
bersama, aku merasa begitu bahagia sampai terkadang aku sulit untuk tertidur.
Tapi, kau tidak ada di sini, kau tidak ada di sini.
Bagaimana
aku bisa hidup tanpamu semuanya hanyalah sebuah kekosongan untukku.
Ketika waktu mengizinkan kita untuk
bersama lagi, dalam saat-saat di mana kita bisa berjalan bersama lagi. Aku
memegang masa depan kita sendirian, harapankupun terhenti dengan sendirinya. Aku
berdiri di sini. Hanya kau yang tidak ada di sini.
*****
Alunan
merdu dari tuts-tuts piano yang dimainkan oleh Hye Ni menyelesaikan jadwal
belajar bernyanyiku hari ini. Gadis itu membuka matanya dan tersenyum penuh
kekaguman padaku. Aku mengidikan bahu tak acuh dan memutuskan untuk menutup
telingaku rapat-rapat karena aku benar-benar tidak suka ketika dia mulai
memuji-mujiku.
Misalnya,
seperti ini ehem ‘Kau punya suara yang
fantastis, harusnya kau mengikuti audisi di SM atau di JYP atau di YG atau
mungkin di Starship atau di terserahlah yang jelas kau bisa mendapatkan banyak
uang dengan suaramu itu, Kim Yoora. Tolonglah, sekali-kali kau harus
mendengarkan pelatih vocalmu ini’.
Dan
sejenis ini juga, ‘Sungguh, aku akan membuat rekaman suaramu dan menyerahkannya
ke BigHit saja, oke? Kita akan membuat bom dengan suaramu. Kumohon, kumohon,
kau harus mendengarkan aku! Aku tidak sedang membual ataupun mengkhayal ataupun
membuat omong kosong. Suaramu itu bagus, Yoora-ssi!’.
“Aku
sudah lelah mengakatakannya padamu, hari ini aku tidak akan mengatakannya lagi.
Kau sudah menguasai banyak lagu dalam dua bulan ini. Itu sangat bagus sekali. Well, sudah dua bulan, Yoora. Kita sudah
lulus high school dan sebentar lagi,
kita akan menerima pengumuman siapa saja yang akan direkrut langsung untuk
masuk perguruan tinggi terbaik negeri ini. Tapi setelah semua ini, apa kau
benar-benar tidak ingin menyusulnya? Apa kau benar-benar merelakannya pergi?”
suara gadis itu mengecil, nyaris berbisik di akhir kalimatnya.
Aku
mendengar pertanyaannya. Mendengarnya dengan sangat jelas. Ya, sudah dua bulan
berlalu sejak kepergian pria itu. Sampai detik ini, dia tidak pernah
menghubungiku. Dia tidak pernah mengirimiku pesan bahkan tidak juga untuk sebuah
sapaan. Dia juga tidak menghubungi teman-temannya.
Selama
dua bulan ini, ada begitu banyak hal yang terjadi. Aku sudah bisa bernyanyi
dengan cukup baik dalam bahasa mereka. Dan sebenarnya tanpa diketahui Hye Ni, pihak
BigHit yang menaungi grup Taehyung dan teman-temannya sudah pernah memintaku
untuk menandatangani kontrak dan resmi ikut training, tapi aku tidak mau. Musik
bukanlah duniaku, itu adalah dunia orang yang kucintai.
Aku
belajar musik karena kupikir, aku bisa mengurangi rasa rinduku padanya. Musik
akan selalu mengingatkanku dengannya. Ketika bernyanyi, aku akan bisa
merasakannya di dekatku.
Dua
bulan, bukanlah waktu yang singkat untukku. Hari-hari berlalu begitu lama,
waktu seolah berjalan melambat. Aku bahkan masih belajar untuk membiasakan diri
tanpanya. Ingatanku, masih tertinggal di hari dimana aku melihat pesawat yang
membawanya pergi dari Seoul terbang. Aku selalu merasa masih ada di sana.
Ingatan itu, terus terlukis dipikiranku setiap saat.
“Untuk
apa menyusulnya? Dia pasti sudah melupakanku. Aku hanyalah serpihan debu yang tidak
memiliki arti apapun di hidupnya, Hye Ni. Dia sudah menjadi begitu sukses
sekarang. Dia sudah menjadi penguasa lahan bisnis Asia. Dan aku? Siapa aku?
Hanya seorang gadis biasa yang memiliki keberuntungan kecil dihidupnya, hanya
itu. Aku hanyalah bagian dari masalalunya. Dan mungkin sekarang, sudah waktunya
aku menempatkan dia di masalaluku juga. Ada seseorang yang bisa lebih
menghargaiku ketimbang dia. Dan aku sudah membuat keputusan untuk mulai
menerima kehadirannya di hidupku,” jelasku.
“Jadi,
kau akan memberi kesempatan pada Kyung Soo?”
“Ya,
kurasa sudah saatnya memberi dia kesempatan, selama ini dia telah menjadi
satu-satunya orang yang peduli dan selalu ada untukku setelah, Jimin Oppa,
Taehyung Oppa dan oppa-oppaku yang lainnya. Dia yang mendampingiku ketika
sidang memutuskan ayahku turun jabatan dan mendapatkan hukumannya. Dia yang
memelukku ketika aku membutuhkan sebuah pelukan. Dia menungguku dan aku akan
mengakhiri waktunya untuk menunggu karena aku tahu, menunggu bukanlah sesuatu
yang menyenangkan.” Aku menghela napas pelan dan menguatkan pertahananku untuk
tidak menangis lagi. Serius, aku lelah menangis terus!
“Baiklah,
aku tidak akan memaksamu untuk menunggu lagi. Kau benar, menunggu itu
benar-benar sesuatu yang menyebalkan. Sekarang, dengarkan aku, Yoora. Kau
pernah membuatku yakin untuk menerima Taehyung Oppa dan aku benar-benar tak
menyesali keputusanku itu. Saat ini, aku minta kau untuk meyakini keputusanmu
sendiri, jangan sampai nanti kau menyesal karena tak pernah ada penyesalan yang
datang di awal, dia akan selalu mengejutkan dan memukulmu diakhir. Jika kau
sudah yakin akan menerima kehadiran Kyung Soo Oppa, itu artinya, kau sudah
merelakan Kookie pergi,” ujarnya dengan bijak.
Aku
mengangguk padanya. “Aku sudah merelakannya pergi, Hye Ni. Aku sudah merelakannya.”
Setelah
melingkarkan syal di leherku, aku melihat bayanganku yang tertangkap cermin.
Mencoba untuk tersenyum dan melihat apa yang berubah dari senyuman itu, ketika
aku tersenyum maka akan terlihat kantung mataku karena nyaris setiap malam aku
menangis. Mulai hari ini, aku tidak akan menangis lagi, hidup harus tetap
berjalan apapun yang terjadi.
Hari
ini, Kyung Soo akan mengajakku jalan-jalan, katanya dia sedang tidak ada jadwal
apapun hari ini dan waktunya hanya milikku. Aku memang tidak pernah menolak
setiap ajakannya karena dengan cara itu, perhatianku akan teralihkan dari Jung.
Selama dua bulan ini, kami sering jalan-jalan bersama dan aku sudah mulai
terbiasa melihat diriku muncul di televise dalam acara gosip.
Berita
tentang keluarnya Jung dari Bangtan sudah menyebar seminggu setelah
kepergiannya, pihak BigHit sudah mengklarifikasinya dengan mengatakan jika Jeon
Jungkook tidak keluar dari Bangtan, dia hanya sedang vakum dan tidak bisa
mengikuti jadwal manggung, rekaman, reality
show, dan lain sebagainya bersama Bangtan dalam jangka waktu yang tidak
bisa ditentukan. Beberapa acara news
di televise juga telah mengabarkan mengenai kerusakan gedung utama perusahaan
keluarga Jeon dan orang-orang diluar sana akhirnya mengerti kenapa Jung pergi
dan memutuskan untuk vakum dulu. Tapi, minggu lalu, BigHit kembali memberitahu
media jika Jeon Jungkook telah resmi keluar dari Bangtan.
Pertanyaan
media terjawab ketika dua hari setelah kabar itu, kakek Jung membuat konfersi
pers dan memberitahukan jika keberhasilan pemindahan gedung pusat dan kemajuan
pesat saham perusahaan selama dua bulan ini adalah tak luput dari usaha keras
cucu satu-satunya yang ia miliki dan pada saat konfersi pers itu kakek Jung
mengumumkan pengalihan kekuasan ke tangan Jung yang mana itu berarti jika mulai
hari itu Jung telah resmi menjadi CEO JJ Group. Pesta pengangkatannya juga
telah dilaksanakan malam harinya.
Aku
menyaksikan semua hal yang terjadi padanya selama dua bulan ini, nyaris setiap
hari wajahnya akan muncul di layar kaca. Dan aku juga memiliki waktuku sendiri
selain memperhatikannya, seperti saat ini orang-orang bilang aku sedang
berkencan dengan Kyung Soo. Padahal aku hanya menganggap ini adalah bagian dari
pertemanan kami saja. Setelah Jung pergi, banyak penggemarnya yang bertanya
padaku melalui twtter mengenai hubungan kami, apalagi setelah pestanya minggu
lalu, mereka semua menanyakan tentang statusku, apakah aku sudah berakhir
dengannya ataukah belum. Tak sedikit dari mereka yang menghujatku dan bersyukur
jika memang hubunganku dan Jung telah berakhir, tapi ada juga diantara mereka
yang tidak rela jika aku harus putus dengan Jung.
Aku
tidak pernah menanggapi semua itu secara langsung, tapi aku selalu membacanya
dan memantau mereka. Aku tidak ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan itu karena
aku sendiri tidak tahu apa status hubunganku dengan Jung sekarang. Mungkin kita
memang sudah berakhir. Ya, bisa saja seperti itu toh selama dua bulan ini
sosoknya telah benar-benar lenyap dari hidupku meski aku selalu mengawasi
perkembangannya walau hanya lewat acara-acara televise.
Sekali
lagi, aku mematut diriku di depan cermin dan perhatianku tertuju pada benda
kecil berkilau yang melingkar di leherku. Kalung infinity. Hadiah dari
seseorang yang kukira sudah mengklaimku sebagai miliknya. Tapi itu hanyalah
omong kosong yang menyakitkan, setelah dibuat terbang begitu tinggi, lalu dia
menghempaskanku ke bumi dengan keras, menghancurkan harapan-harapanku
berkeping-keping. Dan dari semua itu, yang paling hancur dariku adalah, hatiku.
Tanganku
meraih pengait kalung ini dan melepaskannya. Meletakkannya kembali ke dalam
kotak beludru biru donker yang masih sama setelah dua bulan. Aku akan
mengembalikan kalung ini padanya nanti jika kami bertemu lagi. Jika tidak, aku
akan menitipkannya pada Jimin untuk memberikannya pada Jung. Lalu menitipkan
pesan juga jika kalung seperti itu harusnya dia berikan pada gadis yang akan
menjadi istrinya, ibu dari anak-anaknya dan pendamping hidupnya hingga akhir
nanti, bukan aku yang hanya bagian dari tempat yang ia singgahi saja. Aku
hanyalah persinggahannya bukan gadis yang akan ia pilih untuk mendampinginya.
Bel
apartemenku berbunyi, dan senyum lebar muncul di wajahku tanpa bisa kutahan.
Itu pasti Kyung Soo. Dengan cepat, aku melesat meninggalkan kamarku dan membuka
pintu depan, wajah Kyung Soo dengan senyuman lebarnya langsung menyambutku.
“Hai,
kita bisa pergi sekarang?”
Aku
mengangguk padanya, mengunci pintu apartemenku dan menerima uluran tangannya.
Jemari tangannya yang besar memenuhi celah-celah jemariku yang kosong, melihat
ukuran tangan kami, aku merasa lucu, aku tidak terlalu pendek jika berdiri di
sampingnya. Tapi ukuran tangannya, memperlihatkan jika aku tetap jauh lebih
kecil darinya.
“Kita
akan pergi kemana?”
“Aku
akan membawamu bermain ski hari ini bersama yang lain,” ujarnya dengan cengiran
lebar.
Mataku
melebar dengan semangat, ya ampun, aku suka ski. Ini akan menjadi hari yang
menyenangkan tentunya. “Aku akan mengalahkanmu hari ini, Oppa.”
“Coba
saja! Dari yang sebelum-sebelumnya kau selalu menjadi pihak yang kalah, Yoora.”
“Ah,
tidak untuk kali ini. Aku pasti akan mengalahkanmu. Aku mungkin buruk dalam
basket dan voli. Tapi aku adalah yang terbaik di ski,” ujarku dengan percaya
diri.
Dia
terkekeh di sampingku. “Terserah, kita akan melihat apa yang nanti akan terjadi. Ah bisakah kita
berjalan kaki? Aku ingin menghabiskan waktu lebih lama denganmu. Lagipula,
pria-pria pemalas itu juga pasti tidak akan tepat waktu sampai di sana.”
“Aku
tidak masalah jika kita harus berjalan kaki, Oppa. Mereka pria-pria tampan yang
baik hati bukannya pria-pria pemalas.”
“Tetap
saja, mereka semua pemalas kau hanya tidak tahu seberapa pemalasnya dan
seberapa joroknya mereka, kita lihat saja nanti.”
“Oppa,
ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu,” ujarku pelan tanpa menatapnya.
Kami
berjalan dengan santai, bergandengan tangan, bergabung dengan pejalan kaki
lainnya. Dia tampak tak terganggu dengan banyaknya perhatian orang-orang yang
saat ini tertuju padanya dan padaku. Tentu saja, siapa yang tidak kenal Kyung
Soo. Mereka semua pasti mengenalnya dan tahu lagu-lagu dari grupnya.
“Katakan
saja. Kenapa kau jadi begitu serius?”
“Ini
memang sesuatu yang serius, Oppa. Setelah dua bulan ini, apa kau sudah
menganggapku temanmu?”
“Pertanyaan
macam apa itu? Aku bahkan sudah menganggapmu temanku di hari aku menabrakmu
waktu itu. Aku mengatakan perasaanku secara terang-terangan padamu jika saja
kau belum memiliki pacar, aku sudah menjadikanmu pacarku. Kau mungkin
menganggap jika aku sedang bercanda, tapi aku tidak sepenuhnya bercanda waktu
itu, Yoora. Aku serius, kau tidak hanya berarti seorang teman bagiku. Kau
adalah sosok gadis yang istimewa. Aku menyayangimu lebih dari sayang seorang
teman. Kuharap kau mengerti,” jelasnya.
Aku
terdiam seketika, dia baru saja menyatakan perasaannya. Bodoh, harusnya aku
tidak bertanya seperti itu padanya dan sekarang aku tidak tahu apa yang harus
kukatakan.
Tidak
terjadi apapun padaku ketika mendengarnya mengatakan hal itu, jantungku masih
tetap berdetak dengan normal dan tidak ada sesuatu yang asing mengalir di
darahku, tidak ada listrik yang menyengatku, dan tidak ada sparks di perutku. Yang ada hanyalah perasaan senang dan nyaman.
Mungkin aku juga menyayangi Kyung Soo, tapi perasaan yang kumiliki tidaklah
sama dengan yang ia miliki untukku.
“Aku
sudah cukup dewasa untuk mengerti hal itu, tapi…”
“Tidak,
janga bahas masalah seperti ini lagi, Kim Yoora. Aku tidak memaksamu menerima
perasaanku cukup seperti ini saja. Aku bisa melihatmu di dekatku, menggenggam
tanganmu dan menyayangimu dengan caraku sendiri. Oke?”
“Oke.”
“Bagus,
takkan ada yang berubah, Yoora. Kita akan tetap seperti ini dan jikapun nanti
pria yang telah meninggalkanmu itu kembali lagi ke sini, aku tetap akan berdiri
di sini menggenggam tanganmu dan jika dia ingin kau kembali, dia harus melawan
banyak pria yang menyayangimu, tidak hanya aku. Baekhyun, Chanyeol, Kai, Kris,
Suho, Sehun, Xiumin, Lay, dan yang lainnya. Jungkook harus menghadapi kami
semua jika dia ingin kau kembali, atau jika tidak kami tidak akan membiarkannya
mendekatimu.”
Aku
tersenyum sedih padanya. “Tidak perlu seperti itu, Oppa. Lagipula, aku yakin
dia tidak akan kembali ke sini lagi. Dia sudah memiliki hidup baru di sana.
Untuk apa dia kembali ke sini? Tidak ada siapapun yang berarti baginya di
negara ini. Tidak ada. Oppa tenang saja, bilang pada semua Oppa-ku itu untuk
tidak perlu khawatir karena tidak akan ada siapapun yang cukup berani untuk
merebutku dari kalian semua,” ucapku.
Kyung
Soo tertawa geli. “Aku sangat senang mendengarnya. Bukan hanya kami, Yoora.
Akan kupastikan, Jimin, Taehyung, Hope, Rapmon, Suga, dan Jin akan ikut
membantu kami.”
Aku
tertawa mendengar ucapannya. “Aku adalah satu-satunya pihak yang paling bahagia
di sini, Oppa. Aku benar-benar merasa beruntung bisa mengenal kalian semua dan
terima kasih untuk semua kasih sayang, kepedulian, dan cinta dari kalian
semua.”
Tangan
Kyung Soo Oppa berpindah merangkul pundakku membuatku menempel padanya, aku
melirik wajahnya dan dia tengah tersenyum manis saat ini. Ada binar bahagia di
matanya. Mengetahui jika alasan dibalik binar bahagia di matanya adalah aku,
itu sesuatu yang luar biasa.
Kami
tiba di arena ski beberapa menit
berikutnya. Kyung Soo membawaku masuk untuk memesan tempat menginap. Salju akan
menjadi sangat buruk ketika menjelang malam di sini. Biasanya akan ada badai. Tapi
semoga malam ini tidak ada badai dengan begitu aku bisa pulang ke apartemenku
dan tidak perlu menginap di sini.
Setelah
memesan kamar, kami pergi ke arena bermain karena sepertinya teman-teman sudah
ada di sana sejak tadi. Ah kurasa kami terlalu menikmati waktu berjalan kaki
hingga menghabiskan waktu lebih lama dari semestinya dan mereka sampai lebih
dulu di sini. Curang, mereka semua pasti sudah bertanding sejak tadi.
“Oppa
lihat, mereka sudah sampai di sini lebih dulu dari kita. Untuk itu Oppa harus
mentraktirku makan, malam ini.” Aku mencemoohnya dan dia terlihat kesal.
“Baiklah
baik, aku akan mentraktirmu makan ramen hari ini, apa kau senang?”
“Oh
Oppa, kapan aku merasa tidak senang saat bersama denganmu?”
Aku
menatapnya menggoda dan kekesalan di wajahnya lenyap begitu saja. Aku menarik
tangannya untuk keluar menuju arena bermain. Aku melihat Kai dan Sehun berjalan
menghampiri kami.
“Kenapa
kalian lama sekali? Apa saja yang kalian lakukan?” Itu Kai. Dia adalah yang
paling keren menurutku. Sebenarnya mereka semua itu keren.
“Nanti
saja menanyakan hal itu, Hyung. Sekarang aku ingin bermain dengan gadis warrior
tersayangku ini dulu,” ujar Sehun. Setelah berkata seperti itu, dia menarikku
meninggalkan dua pria tampan itu terbengong-bengong.
“Ada
apa, Oppa? Kau tak biasanya begitu bersemangat seperti ini,” ujarku sambil
berseluncur di atas gumpalan salju yang licin.
“Sepertinya,
selama dua bulan ini, kau semakin mengenal kami semua dengan baik ya. Aku
senang kita bisa berteman dengan baik. Aku memang ingin membicarakan sesuatu
denganmu. Ini tentang seseorang yang kusuka.”
Perkataanya
sukses membuatku terkejut dan akhirnya tubuhku oleng menghantam salju-salju
lembut nan dingin itu dengan sempurna.
“Ya
Tuhan, aku hanya bilang jika aku akan bercerita tentang seseorang yang kusukai
dan kau sudah jatuh seperti ini. Bodoh sekali!” Dia berdecak sebal dan menarik
tanganku untuk berdiri.
“Kau
mengomeliku dulu baru membantuku, itu tindakan yang bagus sekali, Oppa. Terima
kasih banyak.” Aku memutar bola mataku dan membersihkan salju-salju yang
menempel di wajahku.
“Ceritakan
padaku. Sepertinya kau sangat tidak berpengalaman ya, Oppa.” Aku tertawa geli
dan wajahnya merona.
“Jangan
diperjelas. Simpan rahasia itu baik-baik. Aku sedang menyukai seseorang
sekarang eh mungkin sudah sejak lama aku menyukainya dan masalahnya adalah aku
tidak tahu harus apa.”
Aku
terkekeh mendengar penuturan polosnya. Lihatlah, tidak ada yang tahu jika pria
setampan dan sekeren Sehun itu bisa bertingkah konyol seperti ini.
“Mudah
saja, kau hanya perlu mengobrol terus dengannya, memberikan perhatianmu
padanya, berusahalah untuk peka pada apa saja yang dia rasakan, Oppa. Dengan
begitu kau bisa memposisikan diri sebagai seseorang yang siap ketika dia
membutuhkan seseorang di sampingnya. Lalu, dia akan mulai berpikir jika kau
adalah orang yang menyayanginya, jika kau adalah orang yang peduli padanya.
Berusahalah untuk membuatnya nyaman dan mengertilah bagaimana cara dia
memandang sesuatu. Dari hal-hal kecil seperti itu, Oppa nanti akan bisa lihat
apakah dia cocok ataukah tidak dengan Oppa dan satu lagi, ketika Oppa mengajaknya
kencan, sisipkan momen di mana diam-diam Oppa memperhatikan matanya, lihat
binar di matanya, jika dia mencintaimu, maka Oppa akan melihat cinta itu di
matanya,” jelasku.
“Yang
jadi masalahnya adalah aku memiliki hubungan yang rumit dengan gadis itu,
itulah mengapa aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku yakin jika dia sangat
membenciku sekarang.”
Dahiku
berkerut bingung. “Kalau begitu, hal pertama yang harus kau lakukan adalah
meminta maaf padanya, Oppa. Lalu kau bisa menunjukan padanya jika kau tidak
main-main dengan perasaanmu.”
Sehun
tampak murung sebentar. “Entahlah, Yoora. Gadis itu keras seperti es, aku tidak
yakin apakah aku akan sanggup menghadapinya atau tidak.”
“Itu
namanya kau sudah menyerah sebelum berperang, Oppa. Kau pasti bisa mendapatkannya,
percaya padaku!” Aku menepuk-nepuk bahunya memberi semangat.
“Baiklah,
akan kucoba! Terima kasih banyak, Yoora-ssi
dan sebagai gantinya aku akan mengantarmu ke sekolah untuk melihat pengumumanmu
minggu depan. Oke?”
Aku
tersenyum lebar padanya. “Tidak hanya mengantar, kau juga harus mendampingiku
nanti. Aku ingin memiliki seseorang untuk dipeluk.”
“Dengan
senang hati, warrior kecilku. Tapi kurasa Jimin…”
“Jimin
Oppa sudah bilang padaku, dia tidak bisa mengantarku karena dia memiliki jadwal
konser bersama yang lain, minggu depan.”
“Untunglah,
kami tidak memiliki jadwal apapun sampai akhir minggu depan. Aku senang bisa
menikmati waktu-waktu seperti ini. Oh iya, kau juga harus menemaniku ke bandara
sepulang dari melihat pengumuman ya, aku akan mengenalkanmu dengan seseorang.”
Sehun tersenyum penuh misteri padaku.
Belum
sempat membalas ucapannya seseorang berteriak pada kami berdua. “Hey kalian
berdua! Benar-benar tidak sopan! Kau, Sehun. Mana bisa kau mengobrol dengan
gadis kecilku berdua saja seperti itu, kau harus membawanya kemari dan kita
akan mengobrol, aku merindukannya kau tahu.”
Aku
dan Sehun menoleh bersamaan dan mendapati Kris adalah orang yang berteriak itu.
Dia berdiri bersama yang lainnya mereka semua berkacak pinggang menatap jengkel
pada Sehun. Oya, Kris sedang ada di Seoul sekarang karena mereka akan ada show bersama, grup mereka terdiri dari
dua sub. Enam-enam, jika digabung dua belas.
Dengan
cepat aku melesat meninggalkan Sehun menuju oppa-oppa tersayangku yang lain.
Pertama aku memeluk Kris , lalu Xiumin, lalu Suho, lalu Baekhyun, lalu
Chanyeol, lalu Lay, dan yang terakhir Tao. Hanya mereka yang ada di sini,
kurasa yang lain mungkin sedang ada pekerjaan jadi tidak bisa ikut pergi.
“Ya
Tuhan, aku sangat merindukanmu gadis kecilku. Malam ini kita akan makan salmon
dan mie dengan mangkuk super besar bersama,” ujar Lay dengan semangat. Dia yang
memiliki kepribadian paling hangat, tapi yang berkepribadian paling manis
padaku adalah Kris, dia benar-benar sosok kakak idamanku. Sebenarnya, aku
menyayangi mereka semua.
“Sampai
kapan Oppa di Seoul?” Aku bertanya pada Kris.
“Mengapa
kau bertanya padanya? Apa jika kau bertanya padaku itu akan berbeda?” Aku
mendengar decakan Tao dan semuanya tertawa geli.
“Jangan
hiraukan dia. Cukup lama untuk kita melepas rindu. Kapan-kapan kau harus ikut
kami berpergian. Kita akan memiliki lebih banyak waktu bersama-sama.” Kris
menarikku untuk berdiri di sampingnya dan merangkulku dengan erat.
“Harusnya
tadi aku tidak membawa dia kesini jadi aku bisa menghabiskan waktu berdua
dengannya tanpa gangguan dari kalian semua,” ucap Kyung Soo.
Semuanya
tertawa mendengar ucapannya. “Sudahlah, dari pada kita meributkan hal seperti
itu lebih baik kita bertanding sekarang, siapa yang terakhir sampai di garis
finish dia harus menjadi pelayan malam ini sampai semua orang tertidur.
Bagaimana?”
Mereka
semua berseru tanda setuju pada usul berlian dari Suho. Aku harus mengalahkan sepuluh
pria sekaligus.
“Aku
pastikan malam ini Chanyeol yang akan menjadi pelayan kita,” ujar Baekhyun
dengan semangat.
“Tidak
akan, aku tidak sudi melayani pria-pria homo macam kalian,” balas Chanyeol sengit.
Selanjutnya dia mendapatkan jitakan dari Lay, Xiumin, dan Kai.
“Kalaupun
ada yang homo diantara kita semua itu adalah kau sendiri,” balas Kai.
“Kalau
kalian terus berdebat seperti itu kapan kita akan mulai bertanding?” Aku menengahi
mereka dan menatap Suho, dia menggelengkan kepalanya pelan. Tentu saja, dia
sudah biasa menghadapi hal seperti itu. Mereka semua sering bertengkar dan
berdebat hanya karena hal-hal kecil, tapi menurutku itu lucu dan manis sekali.
Pemandangan
yang sangat disayangkan untuk dilewatkan, melihat pria-pria dari kelas super
viv seperti mereka berdebat.
Selanjutnya,
kami semua sudah siap diposisi masing-masing dan aku ada di tengah-tengah
antara mereka. Wasit garis meniupkan peluit panjangnya. Dalam nol detik, kami
semua sudah melesat meninggalkan garis start. Aku berteriak senang saat angin
musim dingin menerbangkan rambutku, ini adalah cara paling ampuh untuk
menghapus semua rasa sakit. Dari tempatku, aku mendengar pria-pria tampan itu
juga saling meneriaki satu sama lain. Di depan sana, ada Kai, Kris, dan Suho.
Mereka tidak mungkin kalah.
Aku
kembali mempercepat gerakanku untuk menyusul mereka dan tidak membiarkan
siapapun menyusulku.
“Kau
tidak akan menang kali ini, Nona. Bersiaplah untuk menerima kekalahanmu,”
teriak Kyung Soo yang mendadak melesat menyusulku.
Aku
menggeram kesal dan kembali fokus untuk mempercepat gerakanku. Aku tidak akan
mau melayani mereka karena aku tahu permintaan mereka itu aneh-aneh dan jika
seseorang tidak memiliki cukup kesabaran untuk menghadapai tingkah mereka maka
dia pasti akan segera meletus.
Pertandingan
itu dimenangkan oleh Kai disusul oleh Kris dan Suho lalu Kyung Soo dan aku,
dibawahku ada Baekhyun dan dibawahnya ada Tao lalu ada Sehun dan Chanyeol dan
Lay dan yang terakhir ada Xiumin.
Aku
menghampiri Xiumin dan menepuk pundaknya pelan, dia harus menuruti semua
permintaan teman-temannya, apapun itu. Kurasa malam ini, tidak akan ada badai,
jadi kami semua bisa pulang.
“Ngomong-ngomong,
perutku sudah sangat lapar sekarang, kurasa kita bisa makan sekarang,” rengek
Baekhyun.
Kami
terkekeh melihat wajah memelasnya dan akhirnya berjalan meninggalkan arena
bermain menuju penginapan.
“Jadi,
pengumumanmu minggu depan ya?”
Aku
mengangguk pada Lay. “Doakan aku lulus di universitas itu ya Oppa,” ujarku.
“Tentu
saja, kami semua mendoakan yang terbaik untukmu. Tapi kenapa kau tidak mengambil
kampus yang ada di luar Asia? Paris, mungkin?”
Aku
memutar bola mataku saat mendengar nada bicara dari Xiumin saat dia menyebut
kata ‘Paris’. “Tidak, aku tidak ingin ke sana. Aku sudah mengubah keputusanku
dan kebetulan juga Euna tidak ingin pindah dari Seoul walaupun kota ini sudah
menjadi saksi dari begitu banyak luka di hidupnya dan juga di hidupku. Kami
sudah sepakat untuk melanjutkan kuliah di sini dan aku akan tetap tinggal di
apartemenku. Euna akan tetap tinggal di rumahnya yang super mewah itu sementara
ayah kami menjalani hukumannya. Aku juga berencana untuk pulang ke Miami ketika
semua yang berurusan dengan pendaftaran ke kampus nanti selesai. Aku ingin
meminta maaf pada pamanku, bibiku, dan juga Jessy karena aku sudah bersikap
tidak sopan pada mereka,” jelasku panjang lebar.
“Itu
bagus, aku juga kurang suka jika kau harus berkuliah di luar negeri. Lagipula,
kampus di kota ini memiliki kualitas yang tak kalah bagus.” Kai merangkul
pundakku dengan akrab.
“Benar
sekali. Dan ide untuk pulang ke Miami itu juga sangat bagus, mengingat apa saja
yang sudah terjadi, memang sudah seharusnya keadaan diperbaikki. Kau
benar-benar seorang warrior, gadis
kecil.” Itu Suho.
Mereka
semua sama saja, jika tidak gadis warrior mereka akan memanggilku dengan
panggilan gadis kecil.
Saat
ini kami sedang berkumpul di ruang santai penginapan yang sudah mereka semua sewa
semalaman hingga jam sepuluh besok pagi. Aku menonton Kyung Soo, Chanyeol,
Baekhyun, dan Kris tengah sibuk bermain kartu uno. Tao dan Sehun tengah pergi
keluar dan aku tidak tahu kemana mereka pergi.
Sementara
televise dengan layar 55 inchi sedang menyala menampilkan acara musik korea.
Aku menatap malas kearah televise hingga akhirnya Xiumin mengubah channelnya.
Mataku
terpaku begitu melihat wajah seseorang yang begitu kukenal kini tengah
menghiasi layar raksasa itu. Mendadak cekikikan, tawa, obrolan ringan, dan
rengekan serta gerutuan yang tadinya memenuhi ruangan ini lenyap begitu saja.
“Apakah Anda berencana untuk
kembali ke Seoul?”
“Bagaimana tanggapan Anda mengenai
rencana kerja sama dengan Key Group?”
“Apakah benar jika hubungan Anda
dan anak tiri matan presiden korea telah resmi berakhir?”
Pria
itu diam dengan wajah beku, rahangnya mengeras, matanya sedingin salju di luar
sana. Aku bahkan sudah tidak melihat adanya kehangatan di mata itu lagi. Hatiku
berdenyut ngilu saat kenyataan kembali memukulku dengan telak bahwa saat ini
dia sudah bukan milikku lagi. Bahwa sekarang, hubungan antara aku dan Jeon
Jungkook sudah benar-benar berakhir.
Sungguh
cepat waktu berlalu, begitu cepatnya hingga begitu aku tersadar aku sudah
kehilangannya. Dengan cepat, tubuhku bergerak meninggalkan ruang santai itu.
Tidak, aku tidak bisa menangis di depan mereka semua. Aku tidak akan membiarkan
diriku terlihat lemah di hadapan mereka. Aku harus tetap baik-baik saja.
Aku
sudah lelah menangis selama dua bulan ini. Aku sudah lelah berusaha untuk
menghindar jika apapun tentang Jung sudah tidak lagi berpengaruh padaku. Aku
lelah membangun dinding di hatiku, tapi ketika semua hal yang berhubungan
dengan Jung terpampang di hadapanku semua dinding itu akan runtuh.
Aku
berhenti berlari saat merasakan getaran di saku jeansku. Nama Jimin tertera di
layar ponselku. Aku mengangkat panggilannya.
“Ya,
Oppa?”
“Yoora, kau ada di mana sekarang?”
Dahiku
berkerut bingung saat mendengar suara Nam Joon yang ada diseberang sana,
bukannya suara Jimin.
“Ada
apa Oppa? Apa semua baik-baik saja? Kenapa Oppa menghubungiku lewat ponsel
Jimin Oppa?”
“Nanti akan kujelaskan, cepat beritahu dimana
lokasimu sekarang? Aku dan Jin Hyung akan menjemputmu.”
Aku
memberitahu lokasiku sekarang padanya dan sambungan itu terputus begitu saja.
Pasti ada sesuatu yang terjadi. Aku menghapus air mataku dan kembali berlari
masuk ke dalam penginapan.
Pria-pria
itu menatapku dengan cemas. “Oppa, maafkan aku, kurasa aku harus pergi
sekarang, Nam Joon Oppa akan menjemputku sebentar lagi.” Aku membungkuk pada
mereka.
“Tapi,
apa yang terjadi?”
Aku
menggelengkan kepalaku tanda tak tahu pada Kyung Soo. Dia terlihat kecewa.
Tidak hanya dia, mereka semua terlihat kecewa padaku. Tentu saja, harusnya aku
menghabiskan waktu bersama mereka semua hingga besok pagi.
“Aku
benar-benar minta maaf. Aku tidak tahu apa yang terjadi, Nam Joon Oppa
menghubungiku melalui ponsel Jimin Oppa dan aku tak berani memikirkan tentang
apa yang sudah terjadi,” bisikku.
Mereka
semua menghebuskan napas pelan. Tampak ikut cemas. Aku melangkah keluar dari
ruangan itu dan berlari kecil menuju keluar penginapan. Aku akan menunggu Nam
Joon dan Seo Jin di luar saja.
Tepat
saat aku keluar, mobil Nam Joon berhenti di parkiran. Dia keluar dari mobilnya
bersama Seo Jin. Melihat dari keadaan mereka yang kuyu seperti itu, pasti telah
terjadi sesuatu yang buruk. Ya Tuhan, jantungku berpacu dengan cemas.
“Maaf
mengganggu malammu, Yoora. Tapi kami benar-benar membutuhkanmu saat ini,” ucap
Seo Jin.
Aku
berbalik saat mendengar langkah kaki di belakangku dan melihat sepuluh pria
yang seharian ini bersamaku kini sudah berkumpul di sini. Aku memeluk mereka
satu per satu dan lantas berpamitan.
“Maafkan
aku, lain kali kita akan bertanding lagi. Aku benar-benar harus pergi sekarang.
Salah satu dari sahabatku membutuhkanku, maka aku harus menolongnya.”
Mereka
semua mengangguk mengerti dan selanjutnya aku masuk ke mobil Nam Joon. Mobil
ini melesat meninggalkan penginapan dalam hitungan detik, Nam Joon mengemudi
dengan kecepatan tinggi.
“Kau
harus bertemu dengan Jimin dan berbicara dengannya. Hanya kau yang bisa
membuatnya mengerti. Dia terancam akan keluar dari Bangtan, Yoora. Kumohon, kau
harus membantu kami. Kami sudah kehilangan Kookie, kami tidak ingin kehilangan
Jimin juga.” Napasku menghilang di detik pertama mendengar penjelasan Seo Jin.
Tidak. Itu tidak boleh terjadi. Jimin tidak boleh meninggalkan Bangtan.[]
Hye Ni :*
Yoora :*
Kyung Soo
Nah :D
Seo Jin :)
Rapmon ;)
DEMI APA?! JIMIN GAK BOLEH OUT DARI BANGTAN! Aih, Kuki jadi cuek. Ngeselin kamu, Jung.
BalasHapus