Minggu, 26 Juli 2015

INTO HIS WORLD BAB 16

WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran disana-sini. Happy Reading!

(DENGERIN LAGUNYA JIN - GONE yaaa :*)





BAB 16



Dua Bulan Kemudian~


Gieogi meomuldagan geu jarie son kkeutenamainneun ongiedo. Niga itda itda neoui hyanggi neouieolgul. Jebal nal bwa nal bwabwa  nal bwabwa naireoke neol neukkyeo neol neukkyeo. Aesseo jabeun maltu aesseo jabeun miso aesseo jabeun neonde
Uri hamke itdeon geu gonggane naeganeol darmagadeon geu sungane. Bissogeul geunyang georeodo neomujohatdeon niga eopda niga eopda. Eottoke na honjaseo neo jiugo sara. Hamkke goereogadeon geu sigane geureokemandeureogadeon chueokkajido miryeonkkajido. Meomon jarie nan seo itda neomu geuriwo
Nal bwabwa nal bwabwa nal bwabwa naajikdo neol neukkyeo neol neukkyeo neol nukkyeo. Gyeou darmeun maltu gyeou darmeun miso gyeou darmeun neonde
Uri hamke itdeon geu gonggane naeganeol darmagadeon geu sungane. Bissogeul geunyang georeodo neomujohatdeon niga eopda niga eopda. Eottoke na honjaseo neo jiugo sara neomu guriwo
Gyeou heorakdoen neoui ireum jiul sueobseo neomani bareun naui ireumi yeogi jamjago isseo. Uri hamke itdeon geu gonggane naeganeol darmagadeon geu sungane. Bamjameul geunyang seolchyeodo neomujohatdeon niga eopda niga eopda . Eottoke na honjaseo neo jiugo sara Hamke georeogaya hal geu sigane. Ajikdo mandeureoya hae urimiraedo nauibaraemdo. Meomun jarie nan seo itda neomu guriwo~
Ditempat di mana kenangan beristirahat, bahkan dalam kehangatan tersisa di ujung jariku. Kau berada di sana, Kau berada di sana. Aromamu, wajahmu. Tolong lihat aku, lihat aku, lihat aku.
Aku merasakannya, aku merasakan keberadaanmu. Aku mencoba untuk mengenal caramu berbicara dan caramu tersenyum. Aku mencoba untuk mengenalmu.
Ditempat ketika kita bersama dulu, pada saat itu aku mulai benar-benar bisa mengenalimu. Aku merasa begitu senang walau hanya dengan berjalan dibawah hujan bersamamu. Tapi kau tidak ada di sini. Kau tidak ada di sini.
Bagaimana aku bisa menghapusmu dari hidupku?
Ketika kita berjalan bersama, disemua tempat yang pernah kita kunjungi, aku menyaksikan kenangan-kenangan kita terputar ulang. Aku berdiri di sana menyaksikan kenangan demi kenangan kita karena aku merindukanmu.
Tolong lihat aku. Lihat aku. Lihat aku.
Aku bisa merasakanmu, ya aku bisa merasakan kehadiranmu. Setelah aku benar-benar mengenali suara dan senyummu.
Ditempat ketika kita bersama dulu, pada saat itu aku mulai benar-benar bisa mengenalimu. Aku merasa begitu senang walau hanya dengan berjalan dibawah hujan bersamamu. Tapi kau tidak ada di sini. Kau tidak ada di sini.
Bagaimana aku bisa menghapusmu dari hidupku?Aku sangat merindukanmu.
Aku tidak bisa menghapus namamu dari hatiku. Aku selalu bisa mendengar kau memanggil namaku ketika aku mulai terlelap. Di tempat ketika kita pernah bersama, aku merasa begitu bahagia sampai terkadang aku sulit untuk tertidur. Tapi, kau tidak ada di sini, kau tidak ada di sini.
Bagaimana aku bisa hidup tanpamu semuanya hanyalah sebuah kekosongan untukku.
Ketika waktu mengizinkan kita untuk bersama lagi, dalam saat-saat di mana kita bisa berjalan bersama lagi. Aku memegang masa depan kita sendirian, harapankupun terhenti dengan sendirinya. Aku berdiri di sini. Hanya kau yang tidak ada di sini.
*****


Alunan merdu dari tuts-tuts piano yang dimainkan oleh Hye Ni menyelesaikan jadwal belajar bernyanyiku hari ini. Gadis itu membuka matanya dan tersenyum penuh kekaguman padaku. Aku mengidikan bahu tak acuh dan memutuskan untuk menutup telingaku rapat-rapat karena aku benar-benar tidak suka ketika dia mulai memuji-mujiku.
Misalnya, seperti ini ehem ‘Kau punya suara yang fantastis, harusnya kau mengikuti audisi di SM atau di JYP atau di YG atau mungkin di Starship atau di terserahlah yang jelas kau bisa mendapatkan banyak uang dengan suaramu itu, Kim Yoora. Tolonglah, sekali-kali kau harus mendengarkan pelatih vocalmu ini’.
Dan sejenis ini juga, ‘Sungguh, aku akan membuat rekaman suaramu dan menyerahkannya ke BigHit saja, oke? Kita akan membuat bom dengan suaramu. Kumohon, kumohon, kau harus mendengarkan aku! Aku tidak sedang membual ataupun mengkhayal ataupun membuat omong kosong. Suaramu itu bagus, Yoora-ssi!’.
“Aku sudah lelah mengakatakannya padamu, hari ini aku tidak akan mengatakannya lagi. Kau sudah menguasai banyak lagu dalam dua bulan ini. Itu sangat bagus sekali. Well, sudah dua bulan, Yoora. Kita sudah lulus high school dan sebentar lagi, kita akan menerima pengumuman siapa saja yang akan direkrut langsung untuk masuk perguruan tinggi terbaik negeri ini. Tapi setelah semua ini, apa kau benar-benar tidak ingin menyusulnya? Apa kau benar-benar merelakannya pergi?” suara gadis itu mengecil, nyaris berbisik di akhir kalimatnya.
Aku mendengar pertanyaannya. Mendengarnya dengan sangat jelas. Ya, sudah dua bulan berlalu sejak kepergian pria itu. Sampai detik ini, dia tidak pernah menghubungiku. Dia tidak pernah mengirimiku pesan bahkan tidak juga untuk sebuah sapaan. Dia juga tidak menghubungi teman-temannya.
Selama dua bulan ini, ada begitu banyak hal yang terjadi. Aku sudah bisa bernyanyi dengan cukup baik dalam bahasa mereka. Dan sebenarnya tanpa diketahui Hye Ni, pihak BigHit yang menaungi grup Taehyung dan teman-temannya sudah pernah memintaku untuk menandatangani kontrak dan resmi ikut training, tapi aku tidak mau. Musik bukanlah duniaku, itu adalah dunia orang yang kucintai.
Aku belajar musik karena kupikir, aku bisa mengurangi rasa rinduku padanya. Musik akan selalu mengingatkanku dengannya. Ketika bernyanyi, aku akan bisa merasakannya di dekatku.
Dua bulan, bukanlah waktu yang singkat untukku. Hari-hari berlalu begitu lama, waktu seolah berjalan melambat. Aku bahkan masih belajar untuk membiasakan diri tanpanya. Ingatanku, masih tertinggal di hari dimana aku melihat pesawat yang membawanya pergi dari Seoul terbang. Aku selalu merasa masih ada di sana. Ingatan itu, terus terlukis dipikiranku setiap saat.
“Untuk apa menyusulnya? Dia pasti sudah melupakanku. Aku hanyalah serpihan debu yang tidak memiliki arti apapun di hidupnya, Hye Ni. Dia sudah menjadi begitu sukses sekarang. Dia sudah menjadi penguasa lahan bisnis Asia. Dan aku? Siapa aku? Hanya seorang gadis biasa yang memiliki keberuntungan kecil dihidupnya, hanya itu. Aku hanyalah bagian dari masalalunya. Dan mungkin sekarang, sudah waktunya aku menempatkan dia di masalaluku juga. Ada seseorang yang bisa lebih menghargaiku ketimbang dia. Dan aku sudah membuat keputusan untuk mulai menerima kehadirannya di hidupku,” jelasku.
“Jadi, kau akan memberi kesempatan pada Kyung Soo?”
“Ya, kurasa sudah saatnya memberi dia kesempatan, selama ini dia telah menjadi satu-satunya orang yang peduli dan selalu ada untukku setelah, Jimin Oppa, Taehyung Oppa dan oppa-oppaku yang lainnya. Dia yang mendampingiku ketika sidang memutuskan ayahku turun jabatan dan mendapatkan hukumannya. Dia yang memelukku ketika aku membutuhkan sebuah pelukan. Dia menungguku dan aku akan mengakhiri waktunya untuk menunggu karena aku tahu, menunggu bukanlah sesuatu yang menyenangkan.” Aku menghela napas pelan dan menguatkan pertahananku untuk tidak menangis lagi. Serius, aku lelah menangis terus!
“Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk menunggu lagi. Kau benar, menunggu itu benar-benar sesuatu yang menyebalkan. Sekarang, dengarkan aku, Yoora. Kau pernah membuatku yakin untuk menerima Taehyung Oppa dan aku benar-benar tak menyesali keputusanku itu. Saat ini, aku minta kau untuk meyakini keputusanmu sendiri, jangan sampai nanti kau menyesal karena tak pernah ada penyesalan yang datang di awal, dia akan selalu mengejutkan dan memukulmu diakhir. Jika kau sudah yakin akan menerima kehadiran Kyung Soo Oppa, itu artinya, kau sudah merelakan Kookie pergi,” ujarnya dengan bijak.
Aku mengangguk padanya. “Aku sudah merelakannya pergi, Hye Ni. Aku sudah merelakannya.

Setelah melingkarkan syal di leherku, aku melihat bayanganku yang tertangkap cermin. Mencoba untuk tersenyum dan melihat apa yang berubah dari senyuman itu, ketika aku tersenyum maka akan terlihat kantung mataku karena nyaris setiap malam aku menangis. Mulai hari ini, aku tidak akan menangis lagi, hidup harus tetap berjalan apapun yang terjadi.
Hari ini, Kyung Soo akan mengajakku jalan-jalan, katanya dia sedang tidak ada jadwal apapun hari ini dan waktunya hanya milikku. Aku memang tidak pernah menolak setiap ajakannya karena dengan cara itu, perhatianku akan teralihkan dari Jung. Selama dua bulan ini, kami sering jalan-jalan bersama dan aku sudah mulai terbiasa melihat diriku muncul di televise dalam acara gosip.
Berita tentang keluarnya Jung dari Bangtan sudah menyebar seminggu setelah kepergiannya, pihak BigHit sudah mengklarifikasinya dengan mengatakan jika Jeon Jungkook tidak keluar dari Bangtan, dia hanya sedang vakum dan tidak bisa mengikuti jadwal manggung, rekaman, reality show, dan lain sebagainya bersama Bangtan dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Beberapa acara news di televise juga telah mengabarkan mengenai kerusakan gedung utama perusahaan keluarga Jeon dan orang-orang diluar sana akhirnya mengerti kenapa Jung pergi dan memutuskan untuk vakum dulu. Tapi, minggu lalu, BigHit kembali memberitahu media jika Jeon Jungkook telah resmi keluar dari Bangtan.
Pertanyaan media terjawab ketika dua hari setelah kabar itu, kakek Jung membuat konfersi pers dan memberitahukan jika keberhasilan pemindahan gedung pusat dan kemajuan pesat saham perusahaan selama dua bulan ini adalah tak luput dari usaha keras cucu satu-satunya yang ia miliki dan pada saat konfersi pers itu kakek Jung mengumumkan pengalihan kekuasan ke tangan Jung yang mana itu berarti jika mulai hari itu Jung telah resmi menjadi CEO JJ Group. Pesta pengangkatannya juga telah dilaksanakan malam harinya.
Aku menyaksikan semua hal yang terjadi padanya selama dua bulan ini, nyaris setiap hari wajahnya akan muncul di layar kaca. Dan aku juga memiliki waktuku sendiri selain memperhatikannya, seperti saat ini orang-orang bilang aku sedang berkencan dengan Kyung Soo. Padahal aku hanya menganggap ini adalah bagian dari pertemanan kami saja. Setelah Jung pergi, banyak penggemarnya yang bertanya padaku melalui twtter mengenai hubungan kami, apalagi setelah pestanya minggu lalu, mereka semua menanyakan tentang statusku, apakah aku sudah berakhir dengannya ataukah belum. Tak sedikit dari mereka yang menghujatku dan bersyukur jika memang hubunganku dan Jung telah berakhir, tapi ada juga diantara mereka yang tidak rela jika aku harus putus dengan Jung.
Aku tidak pernah menanggapi semua itu secara langsung, tapi aku selalu membacanya dan memantau mereka. Aku tidak ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan itu karena aku sendiri tidak tahu apa status hubunganku dengan Jung sekarang. Mungkin kita memang sudah berakhir. Ya, bisa saja seperti itu toh selama dua bulan ini sosoknya telah benar-benar lenyap dari hidupku meski aku selalu mengawasi perkembangannya walau hanya lewat acara-acara televise.
Sekali lagi, aku mematut diriku di depan cermin dan perhatianku tertuju pada benda kecil berkilau yang melingkar di leherku. Kalung infinity. Hadiah dari seseorang yang kukira sudah mengklaimku sebagai miliknya. Tapi itu hanyalah omong kosong yang menyakitkan, setelah dibuat terbang begitu tinggi, lalu dia menghempaskanku ke bumi dengan keras, menghancurkan harapan-harapanku berkeping-keping. Dan dari semua itu, yang paling hancur dariku adalah, hatiku.
Tanganku meraih pengait kalung ini dan melepaskannya. Meletakkannya kembali ke dalam kotak beludru biru donker yang masih sama setelah dua bulan. Aku akan mengembalikan kalung ini padanya nanti jika kami bertemu lagi. Jika tidak, aku akan menitipkannya pada Jimin untuk memberikannya pada Jung. Lalu menitipkan pesan juga jika kalung seperti itu harusnya dia berikan pada gadis yang akan menjadi istrinya, ibu dari anak-anaknya dan pendamping hidupnya hingga akhir nanti, bukan aku yang hanya bagian dari tempat yang ia singgahi saja. Aku hanyalah persinggahannya bukan gadis yang akan ia pilih untuk mendampinginya.
Bel apartemenku berbunyi, dan senyum lebar muncul di wajahku tanpa bisa kutahan. Itu pasti Kyung Soo. Dengan cepat, aku melesat meninggalkan kamarku dan membuka pintu depan, wajah Kyung Soo dengan senyuman lebarnya langsung menyambutku.
“Hai, kita bisa pergi sekarang?”
Aku mengangguk padanya, mengunci pintu apartemenku dan menerima uluran tangannya. Jemari tangannya yang besar memenuhi celah-celah jemariku yang kosong, melihat ukuran tangan kami, aku merasa lucu, aku tidak terlalu pendek jika berdiri di sampingnya. Tapi ukuran tangannya, memperlihatkan jika aku tetap jauh lebih kecil darinya.
“Kita akan pergi kemana?”
“Aku akan membawamu bermain ski hari ini bersama yang lain,” ujarnya dengan cengiran lebar.
Mataku melebar dengan semangat, ya ampun, aku suka ski. Ini akan menjadi hari yang menyenangkan tentunya. “Aku akan mengalahkanmu hari ini, Oppa.”
“Coba saja! Dari yang sebelum-sebelumnya kau selalu menjadi pihak yang kalah, Yoora.”
“Ah, tidak untuk kali ini. Aku pasti akan mengalahkanmu. Aku mungkin buruk dalam basket dan voli. Tapi aku adalah yang terbaik di ski,” ujarku dengan percaya diri.
Dia terkekeh di sampingku. “Terserah, kita akan melihat apa  yang nanti akan terjadi. Ah bisakah kita berjalan kaki? Aku ingin menghabiskan waktu lebih lama denganmu. Lagipula, pria-pria pemalas itu juga pasti tidak akan tepat waktu sampai di sana.”
“Aku tidak masalah jika kita harus berjalan kaki, Oppa. Mereka pria-pria tampan yang baik hati bukannya pria-pria pemalas.”
“Tetap saja, mereka semua pemalas kau hanya tidak tahu seberapa pemalasnya dan seberapa joroknya mereka, kita lihat saja nanti.”
“Oppa, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu,” ujarku pelan tanpa menatapnya.
Kami berjalan dengan santai, bergandengan tangan, bergabung dengan pejalan kaki lainnya. Dia tampak tak terganggu dengan banyaknya perhatian orang-orang yang saat ini tertuju padanya dan padaku. Tentu saja, siapa yang tidak kenal Kyung Soo. Mereka semua pasti mengenalnya dan tahu lagu-lagu dari grupnya.
“Katakan saja. Kenapa kau jadi begitu serius?”
“Ini memang sesuatu yang serius, Oppa. Setelah dua bulan ini, apa kau sudah menganggapku temanmu?”
“Pertanyaan macam apa itu? Aku bahkan sudah menganggapmu temanku di hari aku menabrakmu waktu itu. Aku mengatakan perasaanku secara terang-terangan padamu jika saja kau belum memiliki pacar, aku sudah menjadikanmu pacarku. Kau mungkin menganggap jika aku sedang bercanda, tapi aku tidak sepenuhnya bercanda waktu itu, Yoora. Aku serius, kau tidak hanya berarti seorang teman bagiku. Kau adalah sosok gadis yang istimewa. Aku menyayangimu lebih dari sayang seorang teman. Kuharap kau mengerti,” jelasnya.
Aku terdiam seketika, dia baru saja menyatakan perasaannya. Bodoh, harusnya aku tidak bertanya seperti itu padanya dan sekarang aku tidak tahu apa yang harus kukatakan.
Tidak terjadi apapun padaku ketika mendengarnya mengatakan hal itu, jantungku masih tetap berdetak dengan normal dan tidak ada sesuatu yang asing mengalir di darahku, tidak ada listrik yang menyengatku, dan tidak ada sparks di perutku. Yang ada hanyalah perasaan senang dan nyaman. Mungkin aku juga menyayangi Kyung Soo, tapi perasaan yang kumiliki tidaklah sama dengan yang ia miliki untukku.
“Aku sudah cukup dewasa untuk mengerti hal itu, tapi…”
“Tidak, janga bahas masalah seperti ini lagi, Kim Yoora. Aku tidak memaksamu menerima perasaanku cukup seperti ini saja. Aku bisa melihatmu di dekatku, menggenggam tanganmu dan menyayangimu dengan caraku sendiri. Oke?”
“Oke.”
“Bagus, takkan ada yang berubah, Yoora. Kita akan tetap seperti ini dan jikapun nanti pria yang telah meninggalkanmu itu kembali lagi ke sini, aku tetap akan berdiri di sini menggenggam tanganmu dan jika dia ingin kau kembali, dia harus melawan banyak pria yang menyayangimu, tidak hanya aku. Baekhyun, Chanyeol, Kai, Kris, Suho, Sehun, Xiumin, Lay, dan yang lainnya. Jungkook harus menghadapi kami semua jika dia ingin kau kembali, atau jika tidak kami tidak akan membiarkannya mendekatimu.”
Aku tersenyum sedih padanya. “Tidak perlu seperti itu, Oppa. Lagipula, aku yakin dia tidak akan kembali ke sini lagi. Dia sudah memiliki hidup baru di sana. Untuk apa dia kembali ke sini? Tidak ada siapapun yang berarti baginya di negara ini. Tidak ada. Oppa tenang saja, bilang pada semua Oppa-ku itu untuk tidak perlu khawatir karena tidak akan ada siapapun yang cukup berani untuk merebutku dari kalian semua,” ucapku.
Kyung Soo tertawa geli. “Aku sangat senang mendengarnya. Bukan hanya kami, Yoora. Akan kupastikan, Jimin, Taehyung, Hope, Rapmon, Suga, dan Jin akan ikut membantu kami.”
Aku tertawa mendengar ucapannya. “Aku adalah satu-satunya pihak yang paling bahagia di sini, Oppa. Aku benar-benar merasa beruntung bisa mengenal kalian semua dan terima kasih untuk semua kasih sayang, kepedulian, dan cinta dari kalian semua.”
Tangan Kyung Soo Oppa berpindah merangkul pundakku membuatku menempel padanya, aku melirik wajahnya dan dia tengah tersenyum manis saat ini. Ada binar bahagia di matanya. Mengetahui jika alasan dibalik binar bahagia di matanya adalah aku, itu sesuatu yang luar biasa.
  
Kami tiba di arena ski beberapa menit berikutnya. Kyung Soo membawaku masuk untuk memesan tempat menginap. Salju akan menjadi sangat buruk ketika menjelang malam di sini. Biasanya akan ada badai. Tapi semoga malam ini tidak ada badai dengan begitu aku bisa pulang ke apartemenku dan tidak perlu menginap di sini.
Setelah memesan kamar, kami pergi ke arena bermain karena sepertinya teman-teman sudah ada di sana sejak tadi. Ah kurasa kami terlalu menikmati waktu berjalan kaki hingga menghabiskan waktu lebih lama dari semestinya dan mereka sampai lebih dulu di sini. Curang, mereka semua pasti sudah bertanding sejak tadi.
“Oppa lihat, mereka sudah sampai di sini lebih dulu dari kita. Untuk itu Oppa harus mentraktirku makan, malam ini.” Aku mencemoohnya dan dia terlihat kesal.
“Baiklah baik, aku akan mentraktirmu makan ramen hari ini, apa kau senang?”
“Oh Oppa, kapan aku merasa tidak senang saat bersama denganmu?”
Aku menatapnya menggoda dan kekesalan di wajahnya lenyap begitu saja. Aku menarik tangannya untuk keluar menuju arena bermain. Aku melihat Kai dan Sehun berjalan menghampiri kami.
“Kenapa kalian lama sekali? Apa saja yang kalian lakukan?” Itu Kai. Dia adalah yang paling keren menurutku. Sebenarnya mereka semua itu keren.
“Nanti saja menanyakan hal itu, Hyung. Sekarang aku ingin bermain dengan gadis warrior tersayangku ini dulu,” ujar Sehun. Setelah berkata seperti itu, dia menarikku meninggalkan dua pria tampan itu terbengong-bengong.
“Ada apa, Oppa? Kau tak biasanya begitu bersemangat seperti ini,” ujarku sambil berseluncur di atas gumpalan salju yang licin.
“Sepertinya, selama dua bulan ini, kau semakin mengenal kami semua dengan baik ya. Aku senang kita bisa berteman dengan baik. Aku memang ingin membicarakan sesuatu denganmu. Ini tentang seseorang yang kusuka.”
Perkataanya sukses membuatku terkejut dan akhirnya tubuhku oleng menghantam salju-salju lembut nan dingin itu dengan sempurna.
“Ya Tuhan, aku hanya bilang jika aku akan bercerita tentang seseorang yang kusukai dan kau sudah jatuh seperti ini. Bodoh sekali!” Dia berdecak sebal dan menarik tanganku untuk berdiri.
“Kau mengomeliku dulu baru membantuku, itu tindakan yang bagus sekali, Oppa. Terima kasih banyak.” Aku memutar bola mataku dan membersihkan salju-salju yang menempel di wajahku.
“Ceritakan padaku. Sepertinya kau sangat tidak berpengalaman ya, Oppa.” Aku tertawa geli dan wajahnya merona.
“Jangan diperjelas. Simpan rahasia itu baik-baik. Aku sedang menyukai seseorang sekarang eh mungkin sudah sejak lama aku menyukainya dan masalahnya adalah aku tidak tahu harus apa.”
Aku terkekeh mendengar penuturan polosnya. Lihatlah, tidak ada yang tahu jika pria setampan dan sekeren Sehun itu bisa bertingkah konyol seperti ini.
“Mudah saja, kau hanya perlu mengobrol terus dengannya, memberikan perhatianmu padanya, berusahalah untuk peka pada apa saja yang dia rasakan, Oppa. Dengan begitu kau bisa memposisikan diri sebagai seseorang yang siap ketika dia membutuhkan seseorang di sampingnya. Lalu, dia akan mulai berpikir jika kau adalah orang yang menyayanginya, jika kau adalah orang yang peduli padanya. Berusahalah untuk membuatnya nyaman dan mengertilah bagaimana cara dia memandang sesuatu. Dari hal-hal kecil seperti itu, Oppa nanti akan bisa lihat apakah dia cocok ataukah tidak dengan Oppa dan satu lagi, ketika Oppa mengajaknya kencan, sisipkan momen di mana diam-diam Oppa memperhatikan matanya, lihat binar di matanya, jika dia mencintaimu, maka Oppa akan melihat cinta itu di matanya,” jelasku.
“Yang jadi masalahnya adalah aku memiliki hubungan yang rumit dengan gadis itu, itulah mengapa aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku yakin jika dia sangat membenciku sekarang.”
Dahiku berkerut bingung. “Kalau begitu, hal pertama yang harus kau lakukan adalah meminta maaf padanya, Oppa. Lalu kau bisa menunjukan padanya jika kau tidak main-main dengan perasaanmu.”
Sehun tampak murung sebentar. “Entahlah, Yoora. Gadis itu keras seperti es, aku tidak yakin apakah aku akan sanggup menghadapinya atau tidak.”
“Itu namanya kau sudah menyerah sebelum berperang, Oppa. Kau pasti bisa mendapatkannya, percaya padaku!” Aku menepuk-nepuk bahunya memberi semangat.
“Baiklah, akan kucoba! Terima kasih banyak, Yoora-ssi dan sebagai gantinya aku akan mengantarmu ke sekolah untuk melihat pengumumanmu minggu depan. Oke?”
Aku tersenyum lebar padanya. “Tidak hanya mengantar, kau juga harus mendampingiku nanti. Aku ingin memiliki seseorang untuk dipeluk.”
“Dengan senang hati, warrior kecilku. Tapi kurasa Jimin…”
“Jimin Oppa sudah bilang padaku, dia tidak bisa mengantarku karena dia memiliki jadwal konser bersama yang lain, minggu depan.”
“Untunglah, kami tidak memiliki jadwal apapun sampai akhir minggu depan. Aku senang bisa menikmati waktu-waktu seperti ini. Oh iya, kau juga harus menemaniku ke bandara sepulang dari melihat pengumuman ya, aku akan mengenalkanmu dengan seseorang.” Sehun tersenyum penuh misteri padaku.
Belum sempat membalas ucapannya seseorang berteriak pada kami berdua. “Hey kalian berdua! Benar-benar tidak sopan! Kau, Sehun. Mana bisa kau mengobrol dengan gadis kecilku berdua saja seperti itu, kau harus membawanya kemari dan kita akan mengobrol, aku merindukannya kau tahu.”
Aku dan Sehun menoleh bersamaan dan mendapati Kris adalah orang yang berteriak itu. Dia berdiri bersama yang lainnya mereka semua berkacak pinggang menatap jengkel pada Sehun. Oya, Kris sedang ada di Seoul sekarang karena mereka akan ada show bersama, grup mereka terdiri dari dua sub. Enam-enam, jika digabung dua belas.
Dengan cepat aku melesat meninggalkan Sehun menuju oppa-oppa tersayangku yang lain. Pertama aku memeluk Kris , lalu Xiumin, lalu Suho, lalu Baekhyun, lalu Chanyeol, lalu Lay, dan yang terakhir Tao. Hanya mereka yang ada di sini, kurasa yang lain mungkin sedang ada pekerjaan jadi tidak bisa ikut pergi.
“Ya Tuhan, aku sangat merindukanmu gadis kecilku. Malam ini kita akan makan salmon dan mie dengan mangkuk super besar bersama,” ujar Lay dengan semangat. Dia yang memiliki kepribadian paling hangat, tapi yang berkepribadian paling manis padaku adalah Kris, dia benar-benar sosok kakak idamanku. Sebenarnya, aku menyayangi mereka semua.
“Sampai kapan Oppa di Seoul?” Aku bertanya pada Kris.
“Mengapa kau bertanya padanya? Apa jika kau bertanya padaku itu akan berbeda?” Aku mendengar decakan Tao dan semuanya tertawa geli.
“Jangan hiraukan dia. Cukup lama untuk kita melepas rindu. Kapan-kapan kau harus ikut kami berpergian. Kita akan memiliki lebih banyak waktu bersama-sama.” Kris menarikku untuk berdiri di sampingnya dan merangkulku dengan erat.
“Harusnya tadi aku tidak membawa dia kesini jadi aku bisa menghabiskan waktu berdua dengannya tanpa gangguan dari kalian semua,” ucap Kyung Soo.
Semuanya tertawa mendengar ucapannya. “Sudahlah, dari pada kita meributkan hal seperti itu lebih baik kita bertanding sekarang, siapa yang terakhir sampai di garis finish dia harus menjadi pelayan malam ini sampai semua orang tertidur. Bagaimana?”
Mereka semua berseru tanda setuju pada usul berlian dari Suho. Aku harus mengalahkan sepuluh pria sekaligus.
“Aku pastikan malam ini Chanyeol yang akan menjadi pelayan kita,” ujar Baekhyun dengan semangat.
“Tidak akan, aku tidak sudi melayani pria-pria homo macam kalian,” balas Chanyeol sengit. Selanjutnya dia mendapatkan jitakan dari Lay, Xiumin, dan Kai.
“Kalaupun ada yang homo diantara kita semua itu adalah kau sendiri,” balas Kai.
“Kalau kalian terus berdebat seperti itu kapan kita akan mulai bertanding?” Aku menengahi mereka dan menatap Suho, dia menggelengkan kepalanya pelan. Tentu saja, dia sudah biasa menghadapi hal seperti itu. Mereka semua sering bertengkar dan berdebat hanya karena hal-hal kecil, tapi menurutku itu lucu dan manis sekali.
Pemandangan yang sangat disayangkan untuk dilewatkan, melihat pria-pria dari kelas super viv seperti mereka berdebat.
Selanjutnya, kami semua sudah siap diposisi masing-masing dan aku ada di tengah-tengah antara mereka. Wasit garis meniupkan peluit panjangnya. Dalam nol detik, kami semua sudah melesat meninggalkan garis start. Aku berteriak senang saat angin musim dingin menerbangkan rambutku, ini adalah cara paling ampuh untuk menghapus semua rasa sakit. Dari tempatku, aku mendengar pria-pria tampan itu juga saling meneriaki satu sama lain. Di depan sana, ada Kai, Kris, dan Suho. Mereka tidak mungkin kalah.
Aku kembali mempercepat gerakanku untuk menyusul mereka dan tidak membiarkan siapapun menyusulku.
“Kau tidak akan menang kali ini, Nona. Bersiaplah untuk menerima kekalahanmu,” teriak Kyung Soo yang mendadak melesat menyusulku.
Aku menggeram kesal dan kembali fokus untuk mempercepat gerakanku. Aku tidak akan mau melayani mereka karena aku tahu permintaan mereka itu aneh-aneh dan jika seseorang tidak memiliki cukup kesabaran untuk menghadapai tingkah mereka maka dia pasti akan segera meletus.

Pertandingan itu dimenangkan oleh Kai disusul oleh Kris dan Suho lalu Kyung Soo dan aku, dibawahku ada Baekhyun dan dibawahnya ada Tao lalu ada Sehun dan Chanyeol dan Lay dan yang terakhir ada Xiumin.
Aku menghampiri Xiumin dan menepuk pundaknya pelan, dia harus menuruti semua permintaan teman-temannya, apapun itu. Kurasa malam ini, tidak akan ada badai, jadi kami semua bisa pulang.
“Ngomong-ngomong, perutku sudah sangat lapar sekarang, kurasa kita bisa makan sekarang,” rengek Baekhyun.
Kami terkekeh melihat wajah memelasnya dan akhirnya berjalan meninggalkan arena bermain menuju penginapan.

“Jadi, pengumumanmu minggu depan ya?”
Aku mengangguk pada Lay. “Doakan aku lulus di universitas itu ya Oppa,” ujarku.
“Tentu saja, kami semua mendoakan yang terbaik untukmu. Tapi kenapa kau tidak mengambil kampus yang ada di luar Asia? Paris, mungkin?”
Aku memutar bola mataku saat mendengar nada bicara dari Xiumin saat dia menyebut kata ‘Paris’. “Tidak, aku tidak ingin ke sana. Aku sudah mengubah keputusanku dan kebetulan juga Euna tidak ingin pindah dari Seoul walaupun kota ini sudah menjadi saksi dari begitu banyak luka di hidupnya dan juga di hidupku. Kami sudah sepakat untuk melanjutkan kuliah di sini dan aku akan tetap tinggal di apartemenku. Euna akan tetap tinggal di rumahnya yang super mewah itu sementara ayah kami menjalani hukumannya. Aku juga berencana untuk pulang ke Miami ketika semua yang berurusan dengan pendaftaran ke kampus nanti selesai. Aku ingin meminta maaf pada pamanku, bibiku, dan juga Jessy karena aku sudah bersikap tidak sopan pada mereka,” jelasku panjang lebar.
“Itu bagus, aku juga kurang suka jika kau harus berkuliah di luar negeri. Lagipula, kampus di kota ini memiliki kualitas yang tak kalah bagus.” Kai merangkul pundakku dengan akrab.
“Benar sekali. Dan ide untuk pulang ke Miami itu juga sangat bagus, mengingat apa saja yang sudah terjadi, memang sudah seharusnya keadaan diperbaikki. Kau benar-benar seorang warrior, gadis kecil.” Itu Suho.
Mereka semua sama saja, jika tidak gadis warrior mereka akan memanggilku dengan panggilan gadis kecil.
Saat ini kami sedang berkumpul di ruang santai penginapan yang sudah mereka semua sewa semalaman hingga jam sepuluh besok pagi. Aku menonton Kyung Soo, Chanyeol, Baekhyun, dan Kris tengah sibuk bermain kartu uno. Tao dan Sehun tengah pergi keluar dan aku tidak tahu kemana mereka pergi.
Sementara televise dengan layar 55 inchi sedang menyala menampilkan acara musik korea. Aku menatap malas kearah televise hingga akhirnya Xiumin mengubah channelnya.
Mataku terpaku begitu melihat wajah seseorang yang begitu kukenal kini tengah menghiasi layar raksasa itu. Mendadak cekikikan, tawa, obrolan ringan, dan rengekan serta gerutuan yang tadinya memenuhi ruangan ini lenyap begitu saja.
“Apakah Anda berencana untuk kembali ke Seoul?”
“Bagaimana tanggapan Anda mengenai rencana kerja sama dengan Key Group?”
“Apakah benar jika hubungan Anda dan anak tiri matan presiden korea telah resmi berakhir?”
Pria itu diam dengan wajah beku, rahangnya mengeras, matanya sedingin salju di luar sana. Aku bahkan sudah tidak melihat adanya kehangatan di mata itu lagi. Hatiku berdenyut ngilu saat kenyataan kembali memukulku dengan telak bahwa saat ini dia sudah bukan milikku lagi. Bahwa sekarang, hubungan antara aku dan Jeon Jungkook sudah benar-benar berakhir.
Sungguh cepat waktu berlalu, begitu cepatnya hingga begitu aku tersadar aku sudah kehilangannya. Dengan cepat, tubuhku bergerak meninggalkan ruang santai itu. Tidak, aku tidak bisa menangis di depan mereka semua. Aku tidak akan membiarkan diriku terlihat lemah di hadapan mereka. Aku harus tetap baik-baik saja.
Aku sudah lelah menangis selama dua bulan ini. Aku sudah lelah berusaha untuk menghindar jika apapun tentang Jung sudah tidak lagi berpengaruh padaku. Aku lelah membangun dinding di hatiku, tapi ketika semua hal yang berhubungan dengan Jung terpampang di hadapanku semua dinding itu akan runtuh.
Aku berhenti berlari saat merasakan getaran di saku jeansku. Nama Jimin tertera di layar ponselku. Aku mengangkat panggilannya.
“Ya, Oppa?”
Yoora, kau ada di mana sekarang?
Dahiku berkerut bingung saat mendengar suara Nam Joon yang ada diseberang sana, bukannya suara Jimin.
“Ada apa Oppa? Apa semua baik-baik saja? Kenapa Oppa menghubungiku lewat ponsel Jimin Oppa?”
Nanti akan kujelaskan, cepat beritahu dimana lokasimu sekarang? Aku dan Jin Hyung akan menjemputmu.”
Aku memberitahu lokasiku sekarang padanya dan sambungan itu terputus begitu saja. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Aku menghapus air mataku dan kembali berlari masuk ke dalam penginapan.
Pria-pria itu menatapku dengan cemas. “Oppa, maafkan aku, kurasa aku harus pergi sekarang, Nam Joon Oppa akan menjemputku sebentar lagi.” Aku membungkuk pada mereka.
“Tapi, apa yang terjadi?”
Aku menggelengkan kepalaku tanda tak tahu pada Kyung Soo. Dia terlihat kecewa. Tidak hanya dia, mereka semua terlihat kecewa padaku. Tentu saja, harusnya aku menghabiskan waktu bersama mereka semua hingga besok pagi.
“Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tahu apa yang terjadi, Nam Joon Oppa menghubungiku melalui ponsel Jimin Oppa dan aku tak berani memikirkan tentang apa yang sudah terjadi,” bisikku.
Mereka semua menghebuskan napas pelan. Tampak ikut cemas. Aku melangkah keluar dari ruangan itu dan berlari kecil menuju keluar penginapan. Aku akan menunggu Nam Joon dan Seo Jin di luar saja.
Tepat saat aku keluar, mobil Nam Joon berhenti di parkiran. Dia keluar dari mobilnya bersama Seo Jin. Melihat dari keadaan mereka yang kuyu seperti itu, pasti telah terjadi sesuatu yang buruk. Ya Tuhan, jantungku berpacu dengan cemas.
“Maaf mengganggu malammu, Yoora. Tapi kami benar-benar membutuhkanmu saat ini,” ucap Seo Jin.
Aku berbalik saat mendengar langkah kaki di belakangku dan melihat sepuluh pria yang seharian ini bersamaku kini sudah berkumpul di sini. Aku memeluk mereka satu per satu dan lantas berpamitan.
“Maafkan aku, lain kali kita akan bertanding lagi. Aku benar-benar harus pergi sekarang. Salah satu dari sahabatku membutuhkanku, maka aku harus menolongnya.”
Mereka semua mengangguk mengerti dan selanjutnya aku masuk ke mobil Nam Joon. Mobil ini melesat meninggalkan penginapan dalam hitungan detik, Nam Joon mengemudi dengan kecepatan tinggi.

“Kau harus bertemu dengan Jimin dan berbicara dengannya. Hanya kau yang bisa membuatnya mengerti. Dia terancam akan keluar dari Bangtan, Yoora. Kumohon, kau harus membantu kami. Kami sudah kehilangan Kookie, kami tidak ingin kehilangan Jimin juga.” Napasku menghilang di detik pertama mendengar penjelasan Seo Jin. Tidak. Itu tidak boleh terjadi. Jimin tidak boleh meninggalkan Bangtan.[]



Hye Ni :*

Yoora :*

Kyung Soo

Nah :D

Seo Jin :)

Rapmon ;)



1 komentar:

  1. DEMI APA?! JIMIN GAK BOLEH OUT DARI BANGTAN! Aih, Kuki jadi cuek. Ngeselin kamu, Jung.

    BalasHapus