Jumat, 10 Juli 2015

INTO HIS WORLD BAB 6

WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran disana-sini. Happy Reading!




BAB 6


Ada begitu banyak hal yang terjadi hari ini, mulai dari permusuhan Jung dan Jin Hwa, masalalu kelam Jung, cinta pertamanya, permintaan pertamanya, mengetahui jika dia berasal dari kalangan atas sepertiku juga. Aku senang dia mau berbicara denganku, aku merasa sudah melangkah cukup jauh dengannya sekarang, dengan mengetahui apa saja yang sudah terjadi di masalalunya, aku merasa lebih dekat dengannya.
Saat ini yang kulakukan hanyalah duduk termenung di balkon kamarku, memikirkan semua hal yang terjadi, aku baru saja menyelesaikan tugasku tadi.
Segelas kopi hangat dan kentang goreng yang tadi sempat kubuatlah yang menemaniku malam ini.
Hei Ms Amerika, apa yang sedang kau lakukan? Biar kutebak, kau pasti sedang memikirkan aku kan?
Cengiran bodoh terlukis di wajahku saat melihat pesan dari Taehyung.
Jangan terlalu percaya diri, Oppa. Aku sedang memikirkan Jung bukan dirimu.. :p
Dia membalas pesanku dengan sangat cepat. “Kau melukai hatiku, Nona. Biar kucoba lagi untuk menebak, kau pasti sudah tahu semuanya ya? Dia pasti sudah bercerita semuanya padamu?
Entahlah, Oppa. Aku tidak tahu apa yang tadi itu sudah semua atau belum. Hanya saja, aku sudah merasa senang dia mau bercerita denganku tentang hidupnya, sekarang aku merasa lebih dekat dengannya.
Aku senang mendengarnya. Tapi dia bercerita lebih cepat dari yang kuperkirakan sebelumnya, kurasa benar jika dia sudah jatuh cinta padamu, Ms Amerika.” Aku terkikik saat membaca balasan pesannya.
Bodoh! Dia tidak mungkin menyukaiku. Aku sudah melihat sendiri cinta pertamanya, Oppa. Kau tahu, dia cantik sekali, wajahnya seperti tidak nyata.
Kau tahu, kami semua di sini membenci apa yang sudah gadis itu lakukan. Dia sudah mengacaukan hidup Jung setelah membuatnya merasa lebih baik. Apalagi yang lebih kejam dari itu? Coba kau pikirkan sendiri. Jika aku sampai bertemu dengannya lagi, aku akan mencakarnya sampai wajahnya hancur..
Aku melotot tak percaya dengan apa yang kubaca. Mereka sudah bertemu dengan gadis itu. Ah ya ampun, aku lupa untuk menanyakan namanya. Sudahlah, lagipula tidak penting tahu siapa namanya.
Kau kejam sekali, Oppa. Lagipula jika dipikirkan lagi, kita tak bisa menyalahkannya, perasaan seperti itu bisa datang kapan saja, dimana saja. Tak mengenal waktu. Dan kita juga tidak bisa memaksakan perasaan seseorang untuk membalas perasaan kita kan?
Beberapa detik kemudian. “Ya, kau benar. Tapi serius Ms Amerika, aku senang sekali kau bisa dekat dengannya, kami sudah lama menunggu saat-saat seperti ini. Dan well, hari ini kita tidak bertemu, aku merindukanmu dan kopimu :D
Aku terkikik lagi saat membaca balasan pesannya. “Kau tidak merindukanku, kau hanya merindukan kopiku saja, mengakulah! Maaf, aku tidak bisa berkunjung, Oppa. Ada banyak tugas di hari pertama yang harus kuselesaikan.
Ya, aku mengerti, Princess. Jung sudah menjelaskannya dengan kami. Lagipula hari ini kami juga sibuk. Baiklah, terima kasih untuk waktumu, Ms Amerika. Aku senang mengobrol denganmu meski hanya lewat pesan singkat seperti ini. Sudah malam, tidurlah dan mimpikan aku ya ;)
Aku tak membalasnya lagi dan mematikan ponselku. Kurasa sekarang adalah waktu yang paling tepat untuk tidur.


Supir pribadiku menghentikan mobilnya di gerbang sekolah. Aku tiba duapuluh lima menit lebih awal hari ini. Aku sudah bisa menemukan sendiri kelasku, tapi mungkin bertemu dengan seseorang yang bisa diajak mengobrol akan lebih menyenangkan. Semalam sebelum tidur aku sudah memutuskan akan kembali menemui Mr Choi akhir pekan nanti ketika Jessy tiba di sini. Aku mungkin akan mengajak Jung untuk ikut menjemputnya, atau mungkin Taehyung. Entahlah, aku akan pikirkan lagi yang satu itu.
Aku tiba di depan gedung kolam renang sekolah. Aku lumayan suka berenang, tapi aku lebih suka modeling. Aku juga lumayan baik di beberapa bidang olahraga, seperti golf dan tenis. Pamanku adalah guru terbaik sepanjang masa, dia mengajarkan aku bermain hingga aku mahir. Dan Jessy, dia tidak sepertiku, darah fashion dari bibi Joan mengalir begitu kental padanya, dia lebih suka ada di rumah dan melakukan hal-hal yang biasa seorang gadis kerjakan, merawat kuku, menikmati pijatan di kepala dan lain sebagainya. Dia kurang suka olahraga.
Well, kita belum berkenalan secara resmi ya. Aku Goo Euna.” Aku tersentak saat melihat siapa yang berdiri di sampingku saat ini. Dia gadis yang menatapku tajam di kantin kemarin. “Kau Kim Yoora. Anak baru yang langsung menjadi pusat perhatian bahkan sebelum kau menginjakkan kakimu di Seoul.”
Serius, aku kurang suka dengan nada bicaranya. Benarkah jika dia siswi kesayangan sekolah? Aku jadi meragukannya. Dan bagaimana bisa Jung jatuh cinta pada gadis seperti dia? Bukannya siswi kesayangan sekolah dia lebih pantas mendapat julukan nenek sihir sekolah. Iya, itu lebih cocok untuknya, sangat cocok.
“Kalau begitu aku tak perlu mengenalkan diriku lagi karena kau sudah tahu aku.” Aku tersenyum satu detik padanya.
“Apa tujuanmu datang kemari? Kau telah merusak segalanya. Kau sudah menimbulkan masalah di hidupku. Dasar murahan! Kau harusnya sadar, jika kau hanyalah anak dari seorang…”
“Goo Euna!”
Kami serentak menoleh dan mendapati Jin Hwa berdiri beberapa langkah dari kami. Rahangnya tampak mengeras, ada api di matanya, dia terlihat berusaha sekeras mungkin untuk menekan emosi dan amarahnya. Dengan langkah kaku, dia melangkah mendekati kami.
“Kau sudah berjanji padaku untuk tidak memperumit keadaan ketika dia datang kemari. Aku sudah mengatakannya padamu kalau aku akan membereskan semua gosip itu, dan juga tentang orangtuamu. Semuanya akan baik-baik saja, lagipula aku dan Yoora hanya berteman, dia sudah seperti adikku sendiri.” Aku berdiri di antara mereka berdua, memperhatikan mereka siapa tahu aku dapat mengerti tentang apa sudah terjadi. Karena aku yakin sekali kalau masalah ini ada hubungannya denganku mengingat perkataan Euna yang terputus.
“Tapi aku hanya...aku hanya ingin mengatakan kenyataan padanya agar dia berhenti hidup dalam dunia khayalnya selama ini.”
Perkataan nenek sihir ini membuatku semakin bingung, kenyataan? Kenyataan apa yang dia maksud? Apa yang mereka tahu dan aku tidak tahu tentang diriku sendiri? Mataku melirik Jin Hwa dan masih ada api di matanya, dia masih berusaha untuk tidak membentak kekasihnya yang super menyebalkan ini.
Detik berikutnya, Jin Hwa menarik gadis itu pergi dari hadapanku, mereka berjalan menjauh. Mataku tak meninggalkan mereka hingga bayangan mereka menghilang di tikungan lorong sekolah.
Ada rahasia lagi. Kali ini bukan milik Jung, tapi milikku. Apa? Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Bagaimana gadis itu bisa mengatakan hal yang begitu buruk tentang aku?
Setelah sampai di kota ini, perkataan buruk yang dikatakan oleh gadis sial itu tentang aku bukanlah yang pertama. Jung adalah orang pertama, lalu Seo Jin, dan Goo Euna. Apa aku memang seburuk itu? Di Miami, semua orang menghormatiku, tak ada yang berani melecehkanku atau mengatakan sesuatu yang buruk tentangku. Sekalipun ada, itu hanya satu orang.
Entah kapan air mata sudah jatuh membasahi wajahku. Mengapa mereka berpikir jika aku adalah pembuat masalah dalam hidup mereka? Tubuhku nyaris ambruk jika seseorang tak dengan cepat menarikku ke pelukannya. Tangannya kuat memelukku, melindungiku. Aku kenal bau parfum ini.
“Apa yang terjadi? Mengapa kau menangis?”
Aku tak menjawab pertanyaannya, tanganku bergerak melingkari pinggangnya, berusaha untuk menumpahkan segala hal dalam hatiku, memberitahunya melalui air mataku. Aku mendengarnya menggeram pelan. Jung mempererat pelukkannya.
“Tidak baik jika kau menangis di sini, ayo kita pergi, aku akan bolos hari ini demi menemanimu. Ayo!”
Jung membawaku melangkah bersamanya, aku menenggelamkan wajahku di dada bidangnya, tak ingin ada seorang pun  yang melihat betapa kacaunya wajahku karena menangis. Aku merasakan ada begitu banyak blits kamera di sekitarku. Langkah Jung terhenti tiba-tiba. Aku mendongak menatapnya, rahangnya tampak mengeras, dia sedang marah.
“Berhenti memotret kami. Atau aku akan menghancurkan kalian, jika ada satu dari kalian yang memasang gambar kami hari ini di internet aku akan membuat kalian melihat mimpi buruk menjadi kenyataan.” Suaranya beku, kaku. Wajahnya adalah wajah paling datar yang pernah kutemui.
Semua murid yang mengerubuni kami menyingkir perlahan. Sebelum kembali melangkah aku mendengar suara seorang gadis berteriak. “Kau tenang saja. Kami tak akan memasukkannya ke internet. Kau bisa pegang omongan kami. Kami berjanji.”
Aku sempat menoleh untuk melihat wajah gadis itu. Dia cantik, dia tersenyum manis padaku sambil mengacungkan jempolnya, mungkin maksudnya adalah semua akan baik-baik saja.
Langkah Jung cepat, tak lama kami sampai di parkiran sekolah di mana mobilnya terparkir rapi. Membukakan pintu untukku dan dia menyusul masuk ke dalam.

Sudah sepuluh menit berlalu dan kami masih ada di dalam mobil, aku tak tahu ke mana dia akan membawaku. Tangisanku sudah tak separah beberapa menit yang lalu. Aku sudah mulai tenang. Kesunyian mengiringi perjalan kami, Jung tak berkata apapun sejak tadi, mungkin dia memberiku waktu untuk diriku sendiri.
“Aku melihat Jin Hwa dan Euna pergi meninggalkanmu dan aku yakin sesuatu sudah terjadi, benar saja, baru satu detik aku tiba di belakangmu kau sudah ambruk. Kau harus berterima kasih karena aku sudah menyelamatkanmu kali ini. Dari rasa malu, dan dari gosip sekolah, jika kau jatuh dan ada yang mengambil gambarmu kau akan muncul di televise sekolah serta majalah dan beberapa situs internet dalam waktu tiga menit.” Akhirnya dia mengeluarkan suaranya.
“Maaf, aku tak bermaksud untuk merepotkanmu lagi. Terima kasih karena sudah menyelamatkanku dari rasa malu hari ini dan menenangkanku juga.” Aku membungkuk seperti yang pernah Jung katakan dulu. Aku bahkan sudah terbiasa melakukannya.
“Tidak perlu. Kita sudah berteman sekarang jadi sudah tugasku untuk membantumu.” Aku tersenyum lemas padanya.
“Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Apa yang sudah dilakukan oleh Euna padamu?”
“Dia mengatakan sesuatu yang buruk tentangku. Oh ya, Jung, apa kau serius dengan ucapanmu waktu itu?”
Dahinya berkerut ketika aku meliriknya dari sudut mataku. “Ucapanku yang mana?”
“Sudah kuduga, kau pasti lupa! Biar kuulangangi, seperti ini —kau terlihat seperti gadis bodoh yang tak bisa melakukan apapun. Kau terlihat seperti gadis penggoda,” ujarku mengulangi ucapannya dulu yang membuatku marah dan bahkan memutuskan untuk tidak bertemu dengannya lagi.
Jung terdiam, entah apa yang ada dipikirkannya. Dengan setia, aku memperhatikan wajahnya dari samping, dia tampan tentu saja, kurasa aku sudah pernah mengatakan tentang itu. Hidungnya mancung, rahang yang terbentuk sempurna, bibir merah muda yang menawan, tindikan di telinga tak terlalu buruk. Intinya adalah aku harus mengakui jika pria yang sedang duduk di sampingku saat ini adalah pria yang tampan. Harusnya dia tidak jatuh cinta pada gadis yang memiliki perilaku buruk seperti Euna, dia bisa menemukan seseorang yang jauh lebih baik. Dan itu adalah aku. Aku menggelengkan kepalaku saat alam bawah sadarku mulai berpikiran yang aneh-aneh.
“Aku tidak berpikir sebelum mengatakan hal seperti itu. Aku hanya kesal, entahlah. Yang jelas aku sangat menyesal sudah mengatakan hal itu padamu. Aku tahu seharusnya aku tidak mengatakannya. Aku tidak bersungguh-sungguh waktu itu, aku hanya sedang kesal padamu dan mengatakan hal bodoh itu. Aku minta maaf jika kau masih memikirkannya,” ujarnya.
Dia menatapku sekilas dan aku menemukan penyesalan di matanya. Aku tersenyum tipis sebagai balasan.
“Aku sudah memaafkanmu, aku memakluminya. Selain kau, Seo Jin Oppa juga tidak menyukaiku. Lalu, Jin Hwa bilang kalau aku adalah orang yang membuatnya mendapatkan masalah. Terakhir hal yang sama kudengar lagi, gadis bernama Euna itu bilang kalau aku adalah penyebab dia mendapat masalah dan dia bilang aku ini adalah gadis murahan. Apa semua orang berpikiran yang sama tentang aku? Jika aku ini adalah seorang pembuat masalah? Jika aku ini adalah seorang gadis murahan, gadis penggoda, atau seorang pelacur.”
Kepalaku nyaris membentur dashboard saat Jung mengerem mobilnya dengan mendadak. “Apa yang kau lakukan?” Aku berteriak padanya.
“Apa yang baru saja kau katakan itu? Dasar bodoh! Bagaimana bisa kau berpikiran seburuk itu mengenai dirimu sendiri?” Dia marah. Aku tergagap, mendadak kehilangan nyaliku untuk melanjutkan membentaknya karena sudah mengerem mobilnya dengan mendadak.
“Aku tidak bersungguh-sungguh dengan perkataanku waktu itu padamu. Aku hanya sedang kesal karena kau lebih menyukai Taehyung. Hanya itu. Seo Jin Hyung, tidak menyukaimu karena dia, dia takut jika kehadiran gadis asing lain setelah Euna akan berakhir buruk lagi. Dia tidak ingin melihatku terpuruk, hanya itu. Dan Euna, berani sekali gadis itu berkata seperti itu tentangmu!” Aku mendengarnya menggeram marah dan itu berarti pertanda buruk.
“Jangan lakukan apapun, Jung. Jangan menyakiti gadis itu. Bagaimanapun juga dia adalah cinta pertamamu, dan kau tak perlu menyakitinya hanya karena dia mengatakan hal seperti itu padaku, aku mengerti jika kau masih mencintainya, jangan korbankan perasaanmu.” Aku menyentuh lengannya berharap dapat membuatnya tenang.
“Apa yang kau tahu? Dia mungkin memang cinta pertamaku, aku memang sempat menyukainya dulu dan itu sudah lama berlalu. Aku sudah melupakannya dan menutup semua tentang dia dalam hidupku. Sekarang, aku sedang mencoba menemukan jawaban untuk semua perasaan aneh yang terjadi padaku saat gadis asing gila yang mengaku orang Korea tapi dibesarkan di Amerika berada di dekatku. Saat dia tersenyum, saat dia kesal, saat dia sedang tertawa, semuanya memicu sesuatu yang aneh padaku. Tubuhku merileks, pikiranku tenang tiap dia ada di sampingku. Aku bahkan harus memikirkan bagaimana harus bersikap di hadapannya. Dia bilang aku adalah pria es dan menyebalkan. Aku berusaha untuk menghilangkah itu. Setelah memutuskan untuk menceritakan masalaluku padanya dan dia tidak lari dariku, sesuatu dalam diriku mencair. Detik itu aku memutuskan akan berjalan bersamanya. Akan melewati apapun bersamanya. Hingga tadi malam, Taehyung mengatakan hal yang membuatku sadar dan mendapatkan jawaban untuk semua hal aneh yang terjadi padaku sejak pertemuan pertamaku dan gadis itu. Awalnya dia bertanya padaku, apa yang kurasakan pada gadis itu. Aku bilang padanya, jika banyak hal asing yang terjadi, dalam sekejab dia menghapus rasa sakit masalaluku, dalam sekejab dia memunculkan perasaan nyaman yang sudah lama hilang dari diriku, dalam sekejab dia membuatku kembali mengingat bagaimana cara untuk tersenyum dan tertawa, ada sesuatu dalam diriku yang tak pernah kutahu ada menjadi lengkap, terasa sangat pas dan debaran jantungku yang terasa lebih cepat tiap dia ada di dekatku. Taehyung bilang, kalau aku jatuh cinta padanya. Dia bilang kalau aku mungkin sudah menemukan orangnya, orang yang akan bersama-sama denganku dan tak akan lari seperti yang sebelumnya. Aku berpikir sepanjang malam tentang semuanya, dan akhirnya aku menyerah pada perkataan Taehyung jika aku memang sudah jatuh cinta pada gadis itu. Gadis bodoh itu, dia entah kapan sudah berhasil mencuri hatiku, yang selama ini kusembunyikan dari semua orang karena hati itu begitu rapuh dan penuh dengan luka. Dia mencurinya dan menghapus semua rasa sakitnya. Dan kau tahu, gadis itu adalah kau. Yang menawarkanku tiga permintaan konyol agar aku menemanimu hingga tiba di Seoul dan mengantarmu dengan selamat sampai ke apartemenmu. Mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya karena kita bahkan belum pernah berkencan sama sekali. Tapi, kurasa semua itu bisa menyusul. Jadi, Kim Yoora, apa kau mau menjadi pacarku?”
Terdiam seribu bahasa. Bibirku kelu, mendadak lupa bagaimana caranya bicara. pikiranku terpusat pada suaranya. Aku menatapnya tak percaya, mulutku terbuka karena rasa tak percayaku. Aku menyelam lagi ke dalam matanya, menyelami es yang perlahan mencair, digantikan dengan air hangat dan kenyamanan tiada tara, seperti menemukan sesuatu yang pas dari bagian yang hilang dalam hidupku, seperti menemukan puzzle pelengkap untuk diriku. Kupu-kupu berterbangan diperutku. Aliran-aliran asing menyengatiku. Air mata kesedihan menghilang dalam sekejab. Senyuman lebar tersungging di wajahku.
Tubuhku bergerak sendiri, menarik kepalanya padaku dan menciumnya, memutuskan untuk memberikannya ciuman pertamaku yang selama ini sengaja kusimpan untuk seseorang yang kutunggu meski aku tak tahu kapan dia akan datang dan sekarang seseorang yang kutunggu itu sudah datang, tepat di hadapanku, begitu dekat denganku. Bagaimana bisa aku tak merasakannya selama ini? Dasar bodoh! Dia benar, aku memang bodoh untuk merasakan hal seperti ini. Tanganku melingkar di lehernya. Aku merasakannya saat duniaku menyatu dengannya, saat perasaanku meluap dan ciuman ini adalah ekspresi dari segala hal yang kurasakan. Cinta, emosi, luka, kekecewaan, dan kebahagiaan. Pusat duniaku berganti, aku sudah menemukan pusat duniaku, pusat jagat rayaku yang baru. Pria ini, pria yang sedang mengecupku dengan emosi yang sama, dengan cinta yang sama, dengan kebahagiaan yang sama.
Aku menarik wajahku perlahan dengan perasaan tak rela untuk melepaskannya. Aku menatapnya, dia memejamkan matanya, menarikku merapat padanya, aku tak tahu sejak kapan aku berpindah duduk di pangkuannya saat ini. “Ciuman terburuk yang pernah kurasakan.”
Aku melotot tak percaya padanya, suasana magis diantara kami menghilang dalam sekejab. “Kau menyebalkan.”
Aku hendak memukul kepalanya tapi dia memegang tanganku dengan erat. “Ingat, kau sudah berjanji untuk tidak memukulku lagi. Lagipula akukan hanya bercanda. Aku tahu aku adalah pria pertama yang kau cium dan meski kau bukan gadis pertamaku, tapi aku berjanji jika kau akan menjadi gadis terakhirku.” Aku tak bisa menahan untuk tidak tersenyum ketika melihat cengiran lebar di wajahnya. Rona merah merambat di wajahku dan aku menyembunyikannya di lekukan lehernya.
“Oh lihat, kemana perginya gadis super percaya diri yang kukenal? Kenapa kau meyembunyikan wajah cantik itu dariku?”
“Kau menyebalkan.”
“Jadi, aku masih menyebalkan? Bagaimana caranya, agar itu hilang dariku?”
“Tidak, kau tidak perlu menghilangkannya, tetaplah jadi menyebalkan, Jung. Aku mencintaimu.”
“Jadi, kau mencintaiku? Bukan Taehyung? Oh atau mungkin kau mencintai si Jin Hwa?”
“Oh iya, aku mencintai Taehyung bukan kau, dia tidak menyebalkan, dia baik, dan Jin Hwa, aku belum memikirkannya, mungkin aku akan menjadikannya cadanganku lagipula  dia baik padaku, dia juga manis, pintar membuat lelucon, dan dia..”
“Dan sekarang kau yang membuatku kesal, bagus sekali, Ms Fletcher.” Aku terkikik dan kembali menatapnya.
“Kau yang mulai duluan.”
“Baik, sekarang, duduklah kembali ke kursimu dan kita akan melanjutkan kembali perjalan kita ke suatu tempat.” Wajahku kembali memanas. Aku bahkan merasa nyaman dengan duduk di pangkuannya, itu adalah tempat ternyaman untuk duduk dan bersantai.
“Jadi, kemana kita akan pergi?”
“Aku senang, akhirnya, aku dan kau sudah berubah menjadi kita! Ini lebih cepat dari perkiraanku.” Aku memutar bola mataku, tapi aku tidak bisa berbohong, untuk yang pertama kalinya, hari ini aku melihat rona bahagia di wajah Jung yang selama ini selalu datar dan tanpa ekspresi.
“Aku akan membawamu ke apartemenku.”
“Oh aku lupa, kenapa kau tidak pernah memberitahuku siapa nama lengkapmu?”
“Aku bahkan lupa kalau kau tidak tahu nama lengkapku,” ujarnya sambil terkekeh.
“Kau ini.”
“Jeon Jungkook. Tetap panggil aku Jung, aku senang mendengarmu memanggilku seperti itu.”
“Siap, Kapten!” Aku memberi hormat padanya dan kami tertawa lagi.
Dia menghapus rasa sedihku dalam waktu singkat. Hatiku dipenuhi dengan kebahagiaan yang meluap, rasanya aku tak mampu untuk menampung semuanya. Terlalu banyak, tapi aku lebih memilih seperti ini dibanding dipenuhi dengan kesedihan.
Mulai hari ini, aku resmi menjadi pacarnya. Aku akan mengatakannya pada Jessy. Dia benar, harusnya aku jatuh cinta pada orang yang menolongku bukan pada temannya. Aku mungkin menyukai Taehyung, tapi saat memandang matanya, aku tak bisa menyelami apapun. Aku hanya bisa menyelam ke mata Jung. Itu sudah menjadi jawabannya.

Kami tiba di apartemennya setelah lima belas menit berkendara. Tempat tinggalnya nyaman, tampak bersih dan tidak berdebu. Bernuansa putih dan mewah sekali. Aku yakin dia menyewa designer khusus untuk membuat apartemennya ini, tempatnya pasti tak sama dengan milik tetangga-tetangganya mengingat siapa dia.
Tempatnya lebih luas dari milikku. Begitu masuk, ruang tamu yang luar biasa indah langsung tertangkap oleh mata. Kakiku melangkah menelusuri ruang demi ruang yang ada di tempat tinggal pribadinya ini, ada ruang bersantai pria, aku tak tahu hanya saja aku merasakan Jung di setiap tempat di apartemen ini.
Dia memiliki dapur yang tidak terlalu mengesankan, ruang makan yang sederhana nan elegan, kamar tamu yang terlihat seperti tak pernah ditinggali siapapun, lalu kamar utama yang bersih dan rapi. Tiba-tiba aku teringat perkataan Taehyung, kalau Jung adalah pemilik kamar terburuk diantara mereka semua. Tapi kamar ini sangat rapi dan nyaman dengan spring bed ukuran king-nya.
“Aku pernah dengar seseorang bilang kalau kau memiliki kamar paling buruk, tapi mungkin aku akan memarahi orang itu karena aku tak melihat yang seperti itu di sini,” ujarku lalu kembali menutup pintu kamarnya.
“Itu memang benar, dua hari sekali akan ada orang yang datang untuk membersihkan tempat ini. Aku nyaris tak pernah datang kemari, apartemen ini dibelikan oleh kakekku karena katanya aku sudah bisa dipercaya untuk tinggal sendiri. Hari ini, aku kemari bersama seseorang yang akan tinggal di sini bersamaku di masa depan.” Aku terkekeh mendengar perkataannya.
“Kau berpikir terlalu jauh, kita bahkan baru berpacaran dua puluh lima menit yang lalu.”
“Biar saja, apa salahnya! Aku sudah memiliki gambarannya. Dan yang paling kutunggu adalah saat-saat di mana aku bisa melihatmu ketika kau tertidur seperti ketika kau menginap di rumah ‘bersama’ waktu itu.”
“Jadi, kau memerhatikanku selama aku terlelap?”
“Ya, kau tampak lebih cantik, lebih manis, lebih anggun, dan terlihat seperti gadis yang sesungguhnya.” Aku menyikut pinggangnya. Dia meringis pelan.
“Jadi, maksudmu sekarang aku tidak terlihat seperti gadis sungguhan? Maksudmu aku ini gadis jadi-jadian begitu?”
“Aku tidak berkata seperti itu, kau yang mengatakannya sendiri. Akukan sudah pernah bilang padamu, kau harus mengurangi sifat ‘pria’mu itu agar kau mendapatkan seorang kekasih.”
“Untuk apa? Tanpa perlu untuk menguranginyapun aku sudah mendapatkan seorang kekasih yang sangat tampan.”
“Wah, akhirnya kau mengakuinya juga, kalau pacarmu ini tampan,” ujarnya dengan percaya diri. Aku memutar bola mataku.
“Bisakah kau menggendongku ke sofa ruang santaimu yang terlihat sangat menggiurkan itu? Aku merasa lelah dan tidak kuat untuk berjalan.” Aku mengulurkan tanganku padanya, memasang wajah super imutku.
“Wajah seperti itu tidak mempan kau gunakan untuk membujukku. Tapi berhubung aku ingin mengetes apa kau berat atau tidak kali ini, aku akan menggendongmu.” Dia mengangkat tubuhku dengan bridal style.
“Ya Tuhan, tubuhmu ternyata menipu, terlihat kecil tapi kau seperti menyimpan berkilo-kilo lemak. Berat sekali.”
Aku memukul pelan kepalanya. “Dasar bodoh! Aku memiliki tubuh ideal asal kau tahu saja, kau harusnya merasa beruntung karena aku menerimamu sebagai kekasihku. Wajahku bahkan sering muncul di majalah-majalah internasional dengan gaun terbaik dan limited. Semua gadis selalu mengimpikan memiliki tubuh sepertiku, asal kau tahu saja.”
“Nah, kembalilah dia, Ms Over Confident-ku.” Aku nyengir padanya.
Dia menjatuhkan tubuhnya ke atas sofanya bersama denganku. Kami tertawa geli. Tanganku meraih remot tv dan menghidupkannya.
“Jadi, apa kau tak berniat untuk pindah dari pangkuanku? Kau tahu kakiku sudah mulai keram.” Aku semakin bersandar padanya, meletakkan kepalaku di lekukan lehernya sambil mencari acara tv yang bagus. Ini adalah bolos pertamaku, dan akan jadi yang terbaik. Aku tidak pernah bolos sebelumnya.
“Tidak, ini nyaman, aku menyukainya.” Jung memelukku dari belakang dan rasa kantuk mulai menyerangku.
“Tidurlah. Aku akan membangunkanmu nanti.” Aku mengangguk padanya dan memutuskan untuk jatuh mengikuti alam bawah sadarku yang sudah merayuku untuk ikut bersamanya.[]



Yoora

Jungkookie :*

Euna


2 komentar:

  1. Kuki,kamu... Aaah~ Romantis banget kamu~ >< btw,itu Euna kejam gitu... Aku kepo,kenapa dia bisa ngomong kaya gitu ke Yoora.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah😊 maaciw udah nyempetin buat ngomen chinguu😚 tunggu kelanjutannya ya..

      Hapus