BAB 6
Ada
begitu banyak hal yang terjadi hari ini, mulai dari permusuhan Jung dan Jin
Hwa, masalalu kelam Jung, cinta pertamanya, permintaan pertamanya, mengetahui
jika dia berasal dari kalangan atas sepertiku juga. Aku senang dia mau
berbicara denganku, aku merasa sudah melangkah cukup jauh dengannya sekarang,
dengan mengetahui apa saja yang sudah terjadi di masalalunya, aku merasa lebih
dekat dengannya.
Saat
ini yang kulakukan hanyalah duduk termenung di balkon kamarku, memikirkan semua
hal yang terjadi, aku baru saja menyelesaikan tugasku tadi.
Segelas
kopi hangat dan kentang goreng yang tadi sempat kubuatlah yang menemaniku malam
ini.
“Hei Ms Amerika, apa yang sedang kau lakukan?
Biar kutebak, kau pasti sedang memikirkan aku kan?”
Cengiran
bodoh terlukis di wajahku saat melihat pesan dari Taehyung.
“Jangan terlalu percaya diri, Oppa. Aku
sedang memikirkan Jung bukan dirimu.. :p”
Dia
membalas pesanku dengan sangat cepat. “Kau
melukai hatiku, Nona. Biar kucoba lagi untuk menebak, kau pasti sudah tahu
semuanya ya? Dia pasti sudah bercerita semuanya padamu?”
“Entahlah, Oppa. Aku tidak tahu apa yang tadi
itu sudah semua atau belum. Hanya saja, aku sudah merasa senang dia mau
bercerita denganku tentang hidupnya, sekarang aku merasa lebih dekat dengannya.”
“Aku senang mendengarnya. Tapi dia bercerita
lebih cepat dari yang kuperkirakan sebelumnya, kurasa benar jika dia sudah
jatuh cinta padamu, Ms Amerika.” Aku terkikik saat membaca balasan
pesannya.
“Bodoh! Dia tidak mungkin menyukaiku. Aku
sudah melihat sendiri cinta pertamanya, Oppa. Kau tahu, dia cantik sekali,
wajahnya seperti tidak nyata.”
“Kau tahu, kami semua di sini membenci apa
yang sudah gadis itu lakukan. Dia sudah mengacaukan hidup Jung setelah
membuatnya merasa lebih baik. Apalagi yang lebih kejam dari itu? Coba kau
pikirkan sendiri. Jika aku sampai bertemu dengannya lagi, aku akan mencakarnya
sampai wajahnya hancur..”
Aku
melotot tak percaya dengan apa yang kubaca. Mereka sudah bertemu dengan gadis
itu. Ah ya ampun, aku lupa untuk menanyakan namanya. Sudahlah, lagipula tidak
penting tahu siapa namanya.
“Kau kejam sekali, Oppa. Lagipula jika
dipikirkan lagi, kita tak bisa menyalahkannya, perasaan seperti itu bisa datang
kapan saja, dimana saja. Tak mengenal waktu. Dan kita juga tidak bisa
memaksakan perasaan seseorang untuk membalas perasaan kita kan?”
Beberapa
detik kemudian. “Ya, kau benar. Tapi
serius Ms Amerika, aku senang sekali kau bisa dekat dengannya, kami sudah lama
menunggu saat-saat seperti ini. Dan well, hari ini kita tidak bertemu, aku
merindukanmu dan kopimu :D”
Aku
terkikik lagi saat membaca balasan pesannya. “Kau tidak merindukanku, kau hanya merindukan kopiku saja, mengakulah!
Maaf, aku tidak bisa berkunjung, Oppa. Ada banyak tugas di hari pertama yang
harus kuselesaikan.”
“Ya, aku mengerti, Princess. Jung sudah
menjelaskannya dengan kami. Lagipula hari ini kami juga sibuk. Baiklah, terima
kasih untuk waktumu, Ms Amerika. Aku senang mengobrol denganmu meski hanya
lewat pesan singkat seperti ini. Sudah malam, tidurlah dan mimpikan aku ya ;)”
Aku
tak membalasnya lagi dan mematikan ponselku. Kurasa sekarang adalah waktu yang
paling tepat untuk tidur.
Supir
pribadiku menghentikan mobilnya di gerbang sekolah. Aku tiba duapuluh lima
menit lebih awal hari ini. Aku sudah bisa menemukan sendiri kelasku, tapi
mungkin bertemu dengan seseorang yang bisa diajak mengobrol akan lebih
menyenangkan. Semalam sebelum tidur aku sudah memutuskan akan kembali menemui
Mr Choi akhir pekan nanti ketika Jessy tiba di sini. Aku mungkin akan mengajak
Jung untuk ikut menjemputnya, atau mungkin Taehyung. Entahlah, aku akan
pikirkan lagi yang satu itu.
Aku
tiba di depan gedung kolam renang sekolah. Aku lumayan suka berenang, tapi aku
lebih suka modeling. Aku juga lumayan baik di beberapa bidang olahraga, seperti
golf dan tenis. Pamanku adalah guru terbaik sepanjang masa, dia mengajarkan aku
bermain hingga aku mahir. Dan Jessy, dia tidak sepertiku, darah fashion dari
bibi Joan mengalir begitu kental padanya, dia lebih suka ada di rumah dan
melakukan hal-hal yang biasa seorang gadis kerjakan, merawat kuku, menikmati
pijatan di kepala dan lain sebagainya. Dia kurang suka olahraga.
“Well, kita belum berkenalan secara resmi
ya. Aku Goo Euna.” Aku tersentak saat melihat siapa yang berdiri di sampingku
saat ini. Dia gadis yang menatapku tajam di kantin kemarin. “Kau Kim Yoora.
Anak baru yang langsung menjadi pusat perhatian bahkan sebelum kau menginjakkan
kakimu di Seoul.”
Serius,
aku kurang suka dengan nada bicaranya. Benarkah jika dia siswi kesayangan
sekolah? Aku jadi meragukannya. Dan bagaimana bisa Jung jatuh cinta pada gadis
seperti dia? Bukannya siswi kesayangan sekolah dia lebih pantas mendapat
julukan nenek sihir sekolah. Iya, itu lebih cocok untuknya, sangat cocok.
“Kalau
begitu aku tak perlu mengenalkan diriku lagi karena kau sudah tahu aku.” Aku
tersenyum satu detik padanya.
“Apa
tujuanmu datang kemari? Kau telah merusak segalanya. Kau sudah menimbulkan
masalah di hidupku. Dasar murahan! Kau harusnya sadar, jika kau hanyalah anak
dari seorang…”
“Goo
Euna!”
Kami
serentak menoleh dan mendapati Jin Hwa berdiri beberapa langkah dari kami.
Rahangnya tampak mengeras, ada api di matanya, dia terlihat berusaha sekeras
mungkin untuk menekan emosi dan amarahnya. Dengan langkah kaku, dia melangkah
mendekati kami.
“Kau
sudah berjanji padaku untuk tidak memperumit keadaan ketika dia datang kemari.
Aku sudah mengatakannya padamu kalau aku akan membereskan semua gosip itu, dan
juga tentang orangtuamu. Semuanya akan baik-baik saja, lagipula aku dan Yoora
hanya berteman, dia sudah seperti adikku sendiri.” Aku berdiri di antara mereka
berdua, memperhatikan mereka siapa tahu aku dapat mengerti tentang apa sudah
terjadi. Karena aku yakin sekali kalau masalah ini ada hubungannya denganku
mengingat perkataan Euna yang terputus.
“Tapi
aku hanya...aku hanya ingin mengatakan kenyataan padanya agar dia berhenti
hidup dalam dunia khayalnya selama ini.”
Perkataan
nenek sihir ini membuatku semakin bingung, kenyataan? Kenyataan apa yang dia
maksud? Apa yang mereka tahu dan aku tidak tahu tentang diriku sendiri? Mataku
melirik Jin Hwa dan masih ada api di matanya, dia masih berusaha untuk tidak
membentak kekasihnya yang super menyebalkan ini.
Detik
berikutnya, Jin Hwa menarik gadis itu pergi dari hadapanku, mereka berjalan
menjauh. Mataku tak meninggalkan mereka hingga bayangan mereka menghilang di
tikungan lorong sekolah.
Ada
rahasia lagi. Kali ini bukan milik Jung, tapi milikku. Apa? Apa yang sebenarnya
sudah terjadi? Bagaimana gadis itu bisa mengatakan hal yang begitu buruk
tentang aku?
Setelah
sampai di kota ini, perkataan buruk yang dikatakan oleh gadis sial itu tentang
aku bukanlah yang pertama. Jung adalah orang pertama, lalu Seo Jin, dan Goo
Euna. Apa aku memang seburuk itu? Di Miami, semua orang menghormatiku, tak ada
yang berani melecehkanku atau mengatakan sesuatu yang buruk tentangku.
Sekalipun ada, itu hanya satu orang.
Entah
kapan air mata sudah jatuh membasahi wajahku. Mengapa mereka berpikir jika aku
adalah pembuat masalah dalam hidup mereka? Tubuhku nyaris ambruk jika seseorang
tak dengan cepat menarikku ke pelukannya. Tangannya kuat memelukku,
melindungiku. Aku kenal bau parfum ini.
“Apa
yang terjadi? Mengapa kau menangis?”
Aku
tak menjawab pertanyaannya, tanganku bergerak melingkari pinggangnya, berusaha
untuk menumpahkan segala hal dalam hatiku, memberitahunya melalui air mataku.
Aku mendengarnya menggeram pelan. Jung mempererat pelukkannya.
“Tidak
baik jika kau menangis di sini, ayo kita pergi, aku akan bolos hari ini demi
menemanimu. Ayo!”
Jung
membawaku melangkah bersamanya, aku menenggelamkan wajahku di dada bidangnya,
tak ingin ada seorang pun yang melihat
betapa kacaunya wajahku karena menangis. Aku merasakan ada begitu banyak blits
kamera di sekitarku. Langkah Jung terhenti tiba-tiba. Aku mendongak menatapnya,
rahangnya tampak mengeras, dia sedang marah.
“Berhenti
memotret kami. Atau aku akan menghancurkan kalian, jika ada satu dari kalian
yang memasang gambar kami hari ini di internet aku akan membuat kalian melihat
mimpi buruk menjadi kenyataan.” Suaranya beku, kaku. Wajahnya adalah wajah
paling datar yang pernah kutemui.
Semua
murid yang mengerubuni kami menyingkir perlahan. Sebelum kembali melangkah aku
mendengar suara seorang gadis berteriak. “Kau tenang saja. Kami tak akan
memasukkannya ke internet. Kau bisa pegang omongan kami. Kami berjanji.”
Aku
sempat menoleh untuk melihat wajah gadis itu. Dia cantik, dia tersenyum manis
padaku sambil mengacungkan jempolnya, mungkin maksudnya adalah semua akan
baik-baik saja.
Langkah
Jung cepat, tak lama kami sampai di parkiran sekolah di mana mobilnya terparkir
rapi. Membukakan pintu untukku dan dia menyusul masuk ke dalam.
Sudah
sepuluh menit berlalu dan kami masih ada di dalam mobil, aku tak tahu ke mana
dia akan membawaku. Tangisanku sudah tak separah beberapa menit yang lalu. Aku
sudah mulai tenang. Kesunyian mengiringi perjalan kami, Jung tak berkata apapun
sejak tadi, mungkin dia memberiku waktu untuk diriku sendiri.
“Aku
melihat Jin Hwa dan Euna pergi meninggalkanmu dan aku yakin sesuatu sudah
terjadi, benar saja, baru satu detik aku tiba di belakangmu kau sudah ambruk.
Kau harus berterima kasih karena aku sudah menyelamatkanmu kali ini. Dari rasa
malu, dan dari gosip sekolah, jika kau jatuh dan ada yang mengambil gambarmu
kau akan muncul di televise sekolah serta majalah dan beberapa situs internet
dalam waktu tiga menit.” Akhirnya dia mengeluarkan suaranya.
“Maaf,
aku tak bermaksud untuk merepotkanmu lagi. Terima kasih karena sudah
menyelamatkanku dari rasa malu hari ini dan menenangkanku juga.” Aku membungkuk
seperti yang pernah Jung katakan dulu. Aku bahkan sudah terbiasa melakukannya.
“Tidak
perlu. Kita sudah berteman sekarang jadi sudah tugasku untuk membantumu.” Aku
tersenyum lemas padanya.
“Apa
yang sebenarnya sudah terjadi? Apa yang sudah dilakukan oleh Euna padamu?”
“Dia
mengatakan sesuatu yang buruk tentangku. Oh ya, Jung, apa kau serius dengan
ucapanmu waktu itu?”
Dahinya
berkerut ketika aku meliriknya dari sudut mataku. “Ucapanku yang mana?”
“Sudah
kuduga, kau pasti lupa! Biar kuulangangi, seperti ini —kau terlihat seperti gadis bodoh yang tak bisa melakukan apapun. Kau
terlihat seperti gadis penggoda,” ujarku mengulangi ucapannya dulu yang
membuatku marah dan bahkan memutuskan untuk tidak bertemu dengannya lagi.
Jung
terdiam, entah apa yang ada dipikirkannya. Dengan setia, aku memperhatikan
wajahnya dari samping, dia tampan tentu saja, kurasa aku sudah pernah
mengatakan tentang itu. Hidungnya mancung, rahang yang terbentuk sempurna,
bibir merah muda yang menawan, tindikan di telinga tak terlalu buruk. Intinya
adalah aku harus mengakui jika pria yang sedang duduk di sampingku saat ini
adalah pria yang tampan. Harusnya dia tidak jatuh cinta pada gadis yang memiliki
perilaku buruk seperti Euna, dia bisa menemukan seseorang yang jauh lebih baik.
Dan itu adalah aku. Aku menggelengkan
kepalaku saat alam bawah sadarku mulai berpikiran yang aneh-aneh.
“Aku
tidak berpikir sebelum mengatakan hal seperti itu. Aku hanya kesal, entahlah.
Yang jelas aku sangat menyesal sudah mengatakan hal itu padamu. Aku tahu
seharusnya aku tidak mengatakannya. Aku tidak bersungguh-sungguh waktu itu, aku
hanya sedang kesal padamu dan mengatakan hal bodoh itu. Aku minta maaf jika kau
masih memikirkannya,” ujarnya.
Dia
menatapku sekilas dan aku menemukan penyesalan di matanya. Aku tersenyum tipis
sebagai balasan.
“Aku
sudah memaafkanmu, aku memakluminya. Selain kau, Seo Jin Oppa juga tidak menyukaiku. Lalu, Jin Hwa bilang kalau aku adalah
orang yang membuatnya mendapatkan masalah. Terakhir hal yang sama kudengar
lagi, gadis bernama Euna itu bilang kalau aku adalah penyebab dia mendapat
masalah dan dia bilang aku ini adalah gadis murahan. Apa semua orang berpikiran
yang sama tentang aku? Jika aku ini adalah seorang pembuat masalah? Jika aku
ini adalah seorang gadis murahan, gadis penggoda, atau seorang pelacur.”
Kepalaku
nyaris membentur dashboard saat Jung
mengerem mobilnya dengan mendadak. “Apa yang kau lakukan?” Aku berteriak
padanya.
“Apa
yang baru saja kau katakan itu? Dasar bodoh! Bagaimana bisa kau berpikiran
seburuk itu mengenai dirimu sendiri?” Dia marah. Aku tergagap, mendadak
kehilangan nyaliku untuk melanjutkan membentaknya karena sudah mengerem
mobilnya dengan mendadak.
“Aku
tidak bersungguh-sungguh dengan perkataanku waktu itu padamu. Aku hanya sedang
kesal karena kau lebih menyukai Taehyung. Hanya itu. Seo Jin Hyung, tidak menyukaimu karena dia, dia
takut jika kehadiran gadis asing lain setelah Euna akan berakhir buruk lagi.
Dia tidak ingin melihatku terpuruk, hanya itu. Dan Euna, berani sekali gadis
itu berkata seperti itu tentangmu!” Aku mendengarnya menggeram marah dan itu
berarti pertanda buruk.
“Jangan
lakukan apapun, Jung. Jangan menyakiti gadis itu. Bagaimanapun juga dia adalah
cinta pertamamu, dan kau tak perlu menyakitinya hanya karena dia mengatakan hal
seperti itu padaku, aku mengerti jika kau masih mencintainya, jangan korbankan
perasaanmu.” Aku menyentuh lengannya berharap dapat membuatnya tenang.
“Apa
yang kau tahu? Dia mungkin memang cinta pertamaku, aku memang sempat
menyukainya dulu dan itu sudah lama berlalu. Aku sudah melupakannya dan menutup
semua tentang dia dalam hidupku. Sekarang, aku sedang mencoba menemukan jawaban
untuk semua perasaan aneh yang terjadi padaku saat gadis asing gila yang
mengaku orang Korea tapi dibesarkan di Amerika berada di dekatku. Saat dia
tersenyum, saat dia kesal, saat dia sedang tertawa, semuanya memicu sesuatu
yang aneh padaku. Tubuhku merileks, pikiranku tenang tiap dia ada di sampingku.
Aku bahkan harus memikirkan bagaimana harus bersikap di hadapannya. Dia bilang
aku adalah pria es dan menyebalkan. Aku berusaha untuk menghilangkah itu.
Setelah memutuskan untuk menceritakan masalaluku padanya dan dia tidak lari
dariku, sesuatu dalam diriku mencair. Detik itu aku memutuskan akan berjalan
bersamanya. Akan melewati apapun bersamanya. Hingga tadi malam, Taehyung
mengatakan hal yang membuatku sadar dan mendapatkan jawaban untuk semua hal
aneh yang terjadi padaku sejak pertemuan pertamaku dan gadis itu. Awalnya dia
bertanya padaku, apa yang kurasakan pada gadis itu. Aku bilang padanya, jika
banyak hal asing yang terjadi, dalam sekejab dia menghapus rasa sakit
masalaluku, dalam sekejab dia memunculkan perasaan nyaman yang sudah lama
hilang dari diriku, dalam sekejab dia membuatku kembali mengingat bagaimana
cara untuk tersenyum dan tertawa, ada sesuatu dalam diriku yang tak pernah
kutahu ada menjadi lengkap, terasa sangat pas dan debaran jantungku yang terasa
lebih cepat tiap dia ada di dekatku. Taehyung bilang, kalau aku jatuh cinta
padanya. Dia bilang kalau aku mungkin sudah menemukan orangnya, orang yang akan
bersama-sama denganku dan tak akan lari seperti yang sebelumnya. Aku berpikir
sepanjang malam tentang semuanya, dan akhirnya aku menyerah pada perkataan
Taehyung jika aku memang sudah jatuh cinta pada gadis itu. Gadis bodoh itu, dia
entah kapan sudah berhasil mencuri hatiku, yang selama ini kusembunyikan dari
semua orang karena hati itu begitu rapuh dan penuh dengan luka. Dia mencurinya dan
menghapus semua rasa sakitnya. Dan kau tahu, gadis itu adalah kau. Yang
menawarkanku tiga permintaan konyol agar aku menemanimu hingga tiba di Seoul
dan mengantarmu dengan selamat sampai ke apartemenmu. Mungkin ini bukan waktu
yang tepat untuk mengatakannya karena kita bahkan belum pernah berkencan sama
sekali. Tapi, kurasa semua itu bisa menyusul. Jadi, Kim Yoora, apa kau mau
menjadi pacarku?”
Terdiam
seribu bahasa. Bibirku kelu, mendadak lupa bagaimana caranya bicara. pikiranku
terpusat pada suaranya. Aku menatapnya tak percaya, mulutku terbuka karena rasa
tak percayaku. Aku menyelam lagi ke dalam matanya, menyelami es yang perlahan
mencair, digantikan dengan air hangat dan kenyamanan tiada tara, seperti
menemukan sesuatu yang pas dari bagian yang hilang dalam hidupku, seperti
menemukan puzzle pelengkap untuk
diriku. Kupu-kupu berterbangan diperutku. Aliran-aliran asing menyengatiku. Air
mata kesedihan menghilang dalam sekejab. Senyuman lebar tersungging di wajahku.
Tubuhku
bergerak sendiri, menarik kepalanya padaku dan menciumnya, memutuskan untuk
memberikannya ciuman pertamaku yang selama ini sengaja kusimpan untuk seseorang
yang kutunggu meski aku tak tahu kapan dia akan datang dan sekarang seseorang
yang kutunggu itu sudah datang, tepat di hadapanku, begitu dekat denganku.
Bagaimana bisa aku tak merasakannya selama ini? Dasar bodoh! Dia benar, aku
memang bodoh untuk merasakan hal seperti ini. Tanganku melingkar di lehernya.
Aku merasakannya saat duniaku menyatu dengannya, saat perasaanku meluap dan ciuman
ini adalah ekspresi dari segala hal yang kurasakan. Cinta, emosi, luka,
kekecewaan, dan kebahagiaan. Pusat duniaku berganti, aku sudah menemukan pusat
duniaku, pusat jagat rayaku yang baru. Pria ini, pria yang sedang mengecupku
dengan emosi yang sama, dengan cinta yang sama, dengan kebahagiaan yang sama.
Aku
menarik wajahku perlahan dengan perasaan tak rela untuk melepaskannya. Aku
menatapnya, dia memejamkan matanya, menarikku merapat padanya, aku tak tahu
sejak kapan aku berpindah duduk di pangkuannya saat ini. “Ciuman terburuk yang
pernah kurasakan.”
Aku
melotot tak percaya padanya, suasana magis diantara kami menghilang dalam
sekejab. “Kau menyebalkan.”
Aku
hendak memukul kepalanya tapi dia memegang tanganku dengan erat. “Ingat, kau sudah
berjanji untuk tidak memukulku lagi. Lagipula akukan hanya bercanda. Aku tahu
aku adalah pria pertama yang kau cium dan meski kau bukan gadis pertamaku, tapi
aku berjanji jika kau akan menjadi gadis terakhirku.” Aku tak bisa menahan
untuk tidak tersenyum ketika melihat cengiran lebar di wajahnya. Rona merah
merambat di wajahku dan aku menyembunyikannya di lekukan lehernya.
“Oh
lihat, kemana perginya gadis super percaya diri yang kukenal? Kenapa kau
meyembunyikan wajah cantik itu dariku?”
“Kau
menyebalkan.”
“Jadi,
aku masih menyebalkan? Bagaimana caranya, agar itu hilang dariku?”
“Tidak,
kau tidak perlu menghilangkannya, tetaplah jadi menyebalkan, Jung. Aku
mencintaimu.”
“Jadi,
kau mencintaiku? Bukan Taehyung? Oh atau mungkin kau mencintai si Jin Hwa?”
“Oh
iya, aku mencintai Taehyung bukan kau, dia tidak menyebalkan, dia baik, dan Jin
Hwa, aku belum memikirkannya, mungkin aku akan menjadikannya cadanganku
lagipula dia baik padaku, dia juga
manis, pintar membuat lelucon, dan dia..”
“Dan
sekarang kau yang membuatku kesal, bagus sekali, Ms Fletcher.” Aku terkikik dan
kembali menatapnya.
“Kau
yang mulai duluan.”
“Baik,
sekarang, duduklah kembali ke kursimu dan kita akan melanjutkan kembali
perjalan kita ke suatu tempat.” Wajahku kembali memanas. Aku bahkan merasa
nyaman dengan duduk di pangkuannya, itu adalah tempat ternyaman untuk duduk dan
bersantai.
“Jadi,
kemana kita akan pergi?”
“Aku
senang, akhirnya, aku dan kau sudah berubah menjadi kita! Ini lebih cepat dari
perkiraanku.” Aku memutar bola mataku, tapi aku tidak bisa berbohong, untuk
yang pertama kalinya, hari ini aku melihat rona bahagia di wajah Jung yang
selama ini selalu datar dan tanpa ekspresi.
“Aku
akan membawamu ke apartemenku.”
“Oh
aku lupa, kenapa kau tidak pernah memberitahuku siapa nama lengkapmu?”
“Aku
bahkan lupa kalau kau tidak tahu nama lengkapku,” ujarnya sambil terkekeh.
“Kau
ini.”
“Jeon
Jungkook. Tetap panggil aku Jung, aku senang mendengarmu memanggilku seperti
itu.”
“Siap,
Kapten!” Aku memberi hormat padanya dan kami tertawa lagi.
Dia
menghapus rasa sedihku dalam waktu singkat. Hatiku dipenuhi dengan kebahagiaan
yang meluap, rasanya aku tak mampu untuk menampung semuanya. Terlalu banyak,
tapi aku lebih memilih seperti ini dibanding dipenuhi dengan kesedihan.
Mulai
hari ini, aku resmi menjadi pacarnya. Aku akan mengatakannya pada Jessy. Dia
benar, harusnya aku jatuh cinta pada orang yang menolongku bukan pada temannya.
Aku mungkin menyukai Taehyung, tapi saat memandang matanya, aku tak bisa
menyelami apapun. Aku hanya bisa menyelam ke mata Jung. Itu sudah menjadi
jawabannya.
Kami
tiba di apartemennya setelah lima belas menit berkendara. Tempat tinggalnya
nyaman, tampak bersih dan tidak berdebu. Bernuansa putih dan mewah sekali. Aku
yakin dia menyewa designer khusus untuk membuat apartemennya ini, tempatnya
pasti tak sama dengan milik tetangga-tetangganya mengingat siapa dia.
Tempatnya
lebih luas dari milikku. Begitu masuk, ruang tamu yang luar biasa indah
langsung tertangkap oleh mata. Kakiku melangkah menelusuri ruang demi ruang
yang ada di tempat tinggal pribadinya ini, ada ruang bersantai pria, aku tak
tahu hanya saja aku merasakan Jung di setiap tempat di apartemen ini.
Dia
memiliki dapur yang tidak terlalu mengesankan, ruang makan yang sederhana nan
elegan, kamar tamu yang terlihat seperti tak pernah ditinggali siapapun, lalu
kamar utama yang bersih dan rapi. Tiba-tiba aku teringat perkataan Taehyung,
kalau Jung adalah pemilik kamar terburuk diantara mereka semua. Tapi kamar ini
sangat rapi dan nyaman dengan spring bed ukuran king-nya.
“Aku
pernah dengar seseorang bilang kalau kau memiliki kamar paling buruk, tapi
mungkin aku akan memarahi orang itu karena aku tak melihat yang seperti itu di
sini,” ujarku lalu kembali menutup pintu kamarnya.
“Itu
memang benar, dua hari sekali akan ada orang yang datang untuk membersihkan
tempat ini. Aku nyaris tak pernah datang kemari, apartemen ini dibelikan oleh
kakekku karena katanya aku sudah bisa dipercaya untuk tinggal sendiri. Hari
ini, aku kemari bersama seseorang yang akan tinggal di sini bersamaku di masa
depan.” Aku terkekeh mendengar perkataannya.
“Kau
berpikir terlalu jauh, kita bahkan baru berpacaran dua puluh lima menit yang
lalu.”
“Biar
saja, apa salahnya! Aku sudah memiliki gambarannya. Dan yang paling kutunggu
adalah saat-saat di mana aku bisa melihatmu ketika kau tertidur seperti ketika
kau menginap di rumah ‘bersama’ waktu itu.”
“Jadi,
kau memerhatikanku selama aku terlelap?”
“Ya,
kau tampak lebih cantik, lebih manis, lebih anggun, dan terlihat seperti gadis
yang sesungguhnya.” Aku menyikut pinggangnya. Dia meringis pelan.
“Jadi,
maksudmu sekarang aku tidak terlihat seperti gadis sungguhan? Maksudmu aku ini
gadis jadi-jadian begitu?”
“Aku
tidak berkata seperti itu, kau yang mengatakannya sendiri. Akukan sudah pernah
bilang padamu, kau harus mengurangi sifat ‘pria’mu itu agar kau mendapatkan
seorang kekasih.”
“Untuk
apa? Tanpa perlu untuk menguranginyapun aku sudah mendapatkan seorang kekasih
yang sangat tampan.”
“Wah,
akhirnya kau mengakuinya juga, kalau pacarmu ini tampan,” ujarnya dengan percaya
diri. Aku memutar bola mataku.
“Bisakah
kau menggendongku ke sofa ruang santaimu yang terlihat sangat menggiurkan itu?
Aku merasa lelah dan tidak kuat untuk berjalan.” Aku mengulurkan tanganku
padanya, memasang wajah super imutku.
“Wajah
seperti itu tidak mempan kau gunakan untuk membujukku. Tapi berhubung aku ingin
mengetes apa kau berat atau tidak kali ini, aku akan menggendongmu.” Dia
mengangkat tubuhku dengan bridal style.
“Ya
Tuhan, tubuhmu ternyata menipu, terlihat kecil tapi kau seperti menyimpan
berkilo-kilo lemak. Berat sekali.”
Aku
memukul pelan kepalanya. “Dasar bodoh! Aku memiliki tubuh ideal asal kau tahu
saja, kau harusnya merasa beruntung karena aku menerimamu sebagai kekasihku.
Wajahku bahkan sering muncul di majalah-majalah internasional dengan gaun
terbaik dan limited. Semua gadis
selalu mengimpikan memiliki tubuh sepertiku, asal kau tahu saja.”
“Nah,
kembalilah dia, Ms Over Confident-ku.” Aku nyengir padanya.
Dia
menjatuhkan tubuhnya ke atas sofanya bersama denganku. Kami tertawa geli. Tanganku
meraih remot tv dan menghidupkannya.
“Jadi,
apa kau tak berniat untuk pindah dari pangkuanku? Kau tahu kakiku sudah mulai
keram.” Aku semakin bersandar padanya, meletakkan kepalaku di lekukan lehernya
sambil mencari acara tv yang bagus. Ini adalah bolos pertamaku, dan akan jadi
yang terbaik. Aku tidak pernah bolos sebelumnya.
“Tidak,
ini nyaman, aku menyukainya.” Jung memelukku dari belakang dan rasa kantuk
mulai menyerangku.
“Tidurlah.
Aku akan membangunkanmu nanti.” Aku mengangguk padanya dan memutuskan untuk
jatuh mengikuti alam bawah sadarku yang sudah merayuku untuk ikut bersamanya.[]
Yoora
Jungkookie :*
Euna
Kuki,kamu... Aaah~ Romantis banget kamu~ >< btw,itu Euna kejam gitu... Aku kepo,kenapa dia bisa ngomong kaya gitu ke Yoora.
BalasHapusHahahah😊 maaciw udah nyempetin buat ngomen chinguu😚 tunggu kelanjutannya ya..
Hapus