WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam
proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca
yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran
disana-sini. Happy Reading!
BAB 3
Aku
tak terkejut saat melihat mereka memiliki tujuh mobil sport di garasi mereka.
Mereka bertujuh dan masing-masing dari mereka memiliki mobil sendiri.
“Aku
tak suka kau bersikap sok manis di depan Taehyung. Kau tak tahu seperti apa dia
dan sejauh yang aku lihat kau menyukainya, kau tertarik padanya, tiap dia
memandang atau berada di dekatmu, wajahmu akan memerah, kau akan menggigit
bibirmu dan memainkan jarimu. Kau terlihat seperti gadis bodoh yang tak bisa
melakukan apapun. Kau terlihat seperti gadis penggoda.”
Aku
melotot pada Jung, aku tak percaya jika dia benar-benar mengatakan hal seperti
itu tentangku. Tubuhku membeku, aliran darahku seperti berhenti saat tahu
itulah yang ada di kepalanya tentang aku. Untuk yang pertama kalinya ada
seorang pria yang berpikiran sepicik itu tentangku. Dulu, setiap orang selalu
menyukaiku, perlakukan terburuk yang pernah kuterima dulu adalah di jatuhkan ke
kolam renang sekolah karena aku sudah berani membantu siswa lemah, aku ingat
perkataan Bella dan teman-temannya. ─“Kau
adalah gadis sok baik dan tak tahu malu. Jangan kira aku tak berani mengerjaimu
hanya karena kau keponakan dari pengusaha tambang paling sukses di Amerika. Kau
bahkan tak memiliki orangtua. Betapa menyedihkannya dirimu, tapi kau malah mau
menjadi pahlawan kesiangan. Berani sekali kau mencari masalah denganku! Jika
kau masih berani menentang dan mencari masalah denganku maka kau akan
mendapatkan yang lebih buruk dari ini. Dasar gadis sial!”
Dia
mengatakan jika aku adalah gadis sial,
dia seorang wanita sama sepertiku, aku bisa memaklumi perkataannya karena dia
memiliki keluarga yang berantakan. Tapi kali ini, seorang pria yang baru saja
kutemui sudah mengatakan sesuatu yang begitu buruk tentangku lebih buruk dari
‘gadis sial’. Gadis mana yang tak akan tersinggung jika ada seorang pria yang
bahkan tak mengenalnya sama sekali mengatakan jika dia adalah gadis penggoda,
itu kata lain dari pelacurkan. Aku tak tahu sejak kapan wajahku basah karena
air mata. Tanganku meremas kertas yang berisikan alamat apartemenku.
“Jadi,
seperti itukah pemikiranmu tentang aku? Aku tak tahu kalau tingkahku seperti
seorang gadis penggoda di matamu. Maafkan aku karena perilakuku sangat buruk.
Aku tak akan mengulanginya lagi, terima kasih sudah mengantarku, kuharap ini
adalah pertemuan terkahir kita, kuharap kita tak akan pernah berjumpa lagi
setelah ini. Jikapun nanti kita berjumpa, aku akan berpura-pura tidak pernah
mengenal kalian semua. Sekali lagi, aku minta maaf dan terima kasih.” Aku
membungkuk padanya. Aku melangkah keluar dari mobilnya, seorang satpam sudah
mengambil koperku dan membawanya masuk ke dalam.
Aku
berjalan masuk ke dalam gedung apartemenku, seorang resepsionis menyambutku
dengan senyuman ramah. “Aku keponakan Mr Fletcher, ini kartu namanya.” Aku
menyerahkan kartu nama pamanku. Resepsionis dengan name tag In Ha itu mengetik sesuatu di komputernya dan tersenyum
lagi padaku setelah dia menemukan kamar milikku, kurasa.
“Ini
kunci apartemen Anda, Ms Fletcher. Jika Anda membutuhkan sesuatu Anda bisa
menelpon kami,” ucapnya dengan logat inggris yang sangat bagus. Aku mengangguk
padanya, menerima kartuku dan kunci cadangannya.
Aku
meninggalkan wanita itu dan mengikuti satpam yang membawakan koperku. Air
mataku kembali mengalir begitu pintu escalator tertutup di depanku. Untunglah
tak ada siapapun di sini, satpam itu menaiki escalator lain khusus pegawai.
“…Kau terlihat seperti gadis bodoh
yang tak bisa melakukan apapun. Kau terlihat seperti gadis penggoda.”
Tangisku
pecah begitu saja saat kalimat menyakitkan itu kembali terdengar di telingaku.
Ya Tuhan, belum ada seorang priapun yang pernah menghinaku. Bagaimana bisa dia
berpikiran begitu buruk tentangku? Apa salahku? Aku bahkan hanya mengenal
namanya saja. Dia tak berhak mengataiku seperti itu. Aku adalah seorang gadis
terhormat. Semua orang mungkin hanya memandangku sebagai keponakan pengusaha
tambang paling sukses di Amerika, beda dengan Jessica yang selalu menjadi
sorotan, tapi aku adalah gadis baik-baik yang berasal dari keluarga baik-baik
pula. Aku merasakannya saat hatiku berderak patah, ini hari keduaku di kota ini
dan aku sudah menangis seperti ini.
Aku
menghapus air mataku dan melangkah keluar dari escalator begitu aku tiba di
lantai tiga puluh lima. Aku tak tahu ada berapa ribu kamar di gedung ini yang
jelas nomor kamarku sangat cantik yaitu 666.
“Silakan,
Nona.”
Aku
mengangguk pada satpam yag bertugas mengantarku hingga ke kamar. “Apa apartemen
ini memiliki fasilitas antar jemput? Aku akan bersekolah mulai besok lusa dan
aku belum mengenal jalan-jalan di sini, jadi, apa kau mengerti?”
“Tentu,
Nona. Kami memiliki fasilitas itu, lagipula, Mr Fletcher sudah menyiapkan
semuanya untuk Anda. Jadi, Anda tak perlu khawatir.”
“Oh,
baiklah. Terima kasih.”
“Selamat
istirahat, Nona.” Aku mengangguk padanya, dia membungkuk padaku sebelum
meninggalkanku sendiri di depan pintu apartemenku.
Aku
yakin paman mengeluarkan banyak uang untuk membeli apartemen ini untukku.
Melihat dari fasilitas, gedung, pemandangan dan sebagainya sudah mencerminkan
kehidupan yang mewah, padalah selama ini dia yang mengajarkan aku untuk hidup
sederhana, harusnya dia bisa membeli apartemen yang lebih murah di banding ini.
Mungkin, dia ingin aku hidup dengan nyaman dan aman, bisa jadi. Aku tahu dia
sangat menyayangiku seperti dia menyayangi Jessy.
Aku
memiliki dua kamar tidur, tiga kamar mandi, ruang tamu, ruang santai, dapur
yang indah, dan segala hal yang diimpikan semua orang untuk ada di rumahnya.
Apa ini tidak berlebihan? Tapi, baiklah, ini bukti jika paman percaya padaku
dan dia menyayangiku. Aku harus belajar dengan keras, dan menemukan ayahku.
Suatu saat aku akan mengganti segala hal yang telah diberikannya, tapi tetap
saja aku tak akan pernah bisa mengganti kasih sayang yang sudah ia berikan
padaku sejak aku bayi.
Aku
meraih ponselku dan menekan nomor Jessy untuk mengabarinya sebelum dia memakiku
lagi seperti subuh tadi.
“Hai, jadi, kau sudah sampai di tempat
tinggal barumu? Bagaimana? Apa kau menyukainya? Apa kau sudah mencari tahu
tentang Choi Dong Sun?”
“Tolong,
aku lelah setelah berbagai macam hal yang terjadi sejak kemarin, aku menelponmu
untuk mengabari jika aku sudah sampai di sini, di tempat tinggal super mewah
yang sudah dibelikan paman untukku. Aku bingung, padahal selama ini dia yang
mengajarkan kita untuk hidup sederhana, tapi dia malah membelikanku tempat tinggal
ini. Ya, aku tahu kalian peduli dan menyayangiku, aku berterima kasih untuk
semua ini. Aku menyukai tempat tinggal baruku, dan aku akan mencari tahu
tentang orang itu besok saja. Sekarang aku ingin, menikmati tempat tidur
baruku. Sampai nanti, Jess.” Aku mengakhiri sambungannya tanpa mendengar
jawaban dari Jessica.
Perasaanku
masih sangat kacau karena perkataan dari pria sialan itu. Aku sudah tak ragu
lagi untuk membencinya sekarang. Kuharap kota ini cukup besar agar aku tak
dipertemukan lagi dengannya.
Aku
bangkit dari tempat tidur ukuran king
milikku dan memutuskan untuk pergi ke balkon. Ya Tuhan, tempat ini memiliki
pemandangan yang sangat indah, sungai itu aku tak tahu apa namanya, tampak
sangat tenang dan menyejukkan.
Kurasa
makan malam nanti aku akan ke bawah dan mencicipi makanan korea. Kuharap
rasanya seenak masakanku sendiri. Moodku benar-benar sedang buruk untuk
memasak, yang ada nanti aku bisa meledakkan dapur baruku yang super cantik itu.
Mengahabiskan
waktu melamun di balkon, kuharap bisa mengembalikan moodku yang rusak. Tentang
kehidupan percintaanku, aku tak memiliki sesuatu yang istimewa untuk
diceritakan, aku memang tak sama seperti kebanyakan gadis Amerika lainnya. Contohnya
saja, Jessica, dia adalah gadis Amerika asli tanpa campuran, dia lahir di LA,
tapi dibesarkan di Miami. Dia sudah akan masuk semester tiga jurusan
pertambangan di kampusnya, dia cantik, dengan tubuh ramping, kaki jenjang,
rambut cokelat gelombang dan senyuman lebar yang menjadi ciri khasnya. Sejak
kecil dulu, dia adalah yang paling menonjol dalam urusan fisik, tapi aku selalu
lebih unggul dibidang prestasi. Dia selalu dikerubuni banyak pria, tiap hari di
dalam lokernya pasti ada saja surat cinta yang ditulis oleh secret admirer-nya. Ketika akhir pekan
tiba, dia akan membawa semua surat itu pulang ke rumah dan memberikannya
padaku, kami akan menghabiskan semalaman untuk membaca isi surat itu satu demi
satu, meski sebenarnya isi dari surat itu nyaris sama semua yaitu pengakuan
cinta dan suka dan ajakan kencan. Manis sekali. Tiap kali aku tanya, apakah dia
akan menanggapi salah satu dari sekian banyak itu, dia selalu menjawabnya
dengan jawaban yang sama. —“Yoora, kita
sudah saling mengenal nyaris sepanjang hidup kita, kau sudah mengenalku jauh
lebih baik dari siapapun juga dan kau tahu pasti aku tak akan menyerah untuk
menemukannya, menemukan pangeranku, pangeran dari London, mungkin. Jadi,
surat-surat bodoh ini, hanyalah hiburan saja. Aku yakin kau juga tak akan
menyia-nyiakan waktumu dengan orang yang salah dan hanya ingin bermain-main
kan?”
Jessica
terbiasa dikelilingi banyak pria tampan, dia memiliki kehidupan remaja yang
sempurna, mendapatkan apapun dari orangtuanya, dia mendapatkan apa yang selalu
aku inginkan dalam hidupku, kasih sayang penuh dari orangtua. Terkadang, aku
iri padanya.
Ada
satu. Ada satu dari empat orang pria dari masalaluku yang masih meninggalkan
kesan untukku hingga sekarang, dia adalah Daniel, mantan kekasihku yang
terakhir, dia adalah anak dari salah satu klien pamanku, dia menyukaiku ketika
kami bertemu di malam penggalangan dana di New York tahun lalu, hubungan itu
terjadi begitu saja, kami berkencan dan menjadi sepasang kekasih, tadinya
kupikir, kami akan terus bersama, kupikir aku sudah selesai dengan semua cinta
monyet dan cinta sesaat di masalalu, tapi aku salah, dia memutuskanku begitu
saja, dan seminggu kemudian aku melihatnya bersama dengan gadis lain, waktu itu
aku memang sedang ke New York bersama Jessy untuk menghabiskan akhir pekan
kami, dia juga ingin menghiburku.
Tentu
saja, aku terpukul, Jessy marah besar saat melihat semua itu dan dia meninju
Daniel tepat di hidungnya, kurasa hidungnya patah karena tinjuan mematikan
Jessy, kalau aku tak sedang kacau, aku akan menendang alat vitalnya dan membuatnya
mandul. Dia sama saja. Pria brengsek.
Sekarang
semuanya sudah berlalu, itu hanyalah bagian dari masalaluku, aku menyetujui
ucapan Jessy, bahwa kita tidak mungkin menghabiskan waktu dengan orang yang
salah, kita harus menemukan orang yang tepat, seseorang yang sudah ditakdirkan
untuk bersama kita hingga akhir, seseorang yang akan menerjang badai bersama
kita, seseorang yang akan berjalan bersama kita hingga puncak.
Aku
baru saja menyelesaikan acara penting di kamar mandi baruku, menikmati aroma
terapi kesukaanku, berendam di Jacuzzi dengan air hangat dan sekarang
perasaanku sudah jauh lebih baik. Aku harus berterima kasih pada kamar mandiku
karena membuatku merasa lebih fresh.
Aku
mematikan hairdryer-ku. Aku akan pergi ke bawah dan melihat apa yang bisa
kumakan atau apa yang bisa kulakukan hingga besok tiba, aku akan mencari rumah
orang bernama Choi Dong Sun itu atau mungkin akan lebih mudah jika aku
mendatangi perusahaannya.
Dahiku
berkerut saat mendengar suara bel, siapa yang bertamu ke rumahku? Bukankah tak
ada yang tahu. Dengan ragu aku membuka pintu apartemenku dan wajah Taehyung tengah
tersenyum lebar menyambutku. Aku melongo tak percaya, bagaimana dia bisa tahu
nomor apartemenku?
“Apa
yang Oppa lakukan di sini?”
“Kemarin
adalah hari pertamamu di Seoul dan kau sakit, jadi aku tak bisa mengajakmu
berkeliling. Malam ini, aku ingin kau ikut denganku untuk jalan-jalan, lagipula
aku sedang tak ada kerjaan, bosan di rumah.”
“Tapi,
bagaimana Oppa bisa mendapatkan nomor
apartemenku?”
“Mudah
saja, aku menodong resepsionis di bawah, kalau dia tak memberikan nomor kamar
apartemenmu ini maka aku akan mencekiknya sampai dia mati lalu aku akan
memotong-motong tubuhnya hingga menjadi bagian-bagian kecil lalu…”
“Berhenti!
Baik, cukup. Aku tak mau mendengarnya lagi. Itu tidak lucu.” Tawanya meledak
saat aku mengembungkan pipiku kesal. Dia menyebalkan sekali.
“Maaf,
aku hanya bercanda. Aku menyebutmu kekasihku, dan alasanku adalah kita sedang
bertengkar, dan kurasa kau bisa memikirkan bagaimana cerita selanjutnya.”
“Apa
Oppa benar datang sendiri?”
“Tentu,
apa kau mengharapkan orang lain?”
“Tidak!
Aku tidak mengharapkan orang lain. Aku mau keluar untuk makan malam, dan
belanja keperluan dapur, bisakah Oppa
menemaniku?”
“Dengan
senang hati, Nona. Itulah tujuanku kemari, aku akan memperkenalkan kota ini
padamu, dan nanti ketika aku ke Amerika kau harus membayarnya dengan jadi tourguide-ku juga. Bagaimana?”
“Amerika
bagian mana yang ingin kau kunjungi, Oppa?
Aku dibesarkan di Miami dan lumayan mengenal New York. Selain itu aku tak
tahu.”
“Baik,
kurasa Miami dan New York tidak terlalu buruk.” Aku memutar bola mataku dan dia
tertawa lagi.
Ini
adalah sebuah keberuntungan yang lain setelah bencana yang kualami saat pagi
menjelang siang tadi. Aku senang Taehyung datang ke sini untuk menemaniku. Lagipula
aku tak mau terlihat seperti orang bodoh nanti, semua orang akan tahu jika aku
baru di sini karena aku tak pandai berakting.
“Apa
tujuan pertama kita?”
“Tadinya,
aku sudah berencana untuk makan dulu, aku penasaran rasa makanan korea, akankah
seenak masakanku?” Taehyung tertawa, tangannya meraih tanganku, mengisi
celah-celah kosong jemariku dengan miliknya. Degupan jantungku mengencang lagi,
napasku seakan terbang entah kemana, beberapa detik kemudian barulah aku
kembali bernapas dengan keadaan yang berbeda. Ada aliran asing yang bercampur
dalam darahku, ada sesuatu yang menyengatku dan membuatku lemas. Aku tak pernah
memiliki perasaan semacam ini sebelumnya. Ya Tuhan!
“Tentu
saja, aku akan membawamu ke tempat makan
yang menyediakan masakan paling enak dan aku bertaruh kau pasti akan
menyukainya.”
“Bagaimana
kalau aku tak menyukainya?”
“Emm.. biar kita pikirkan itu nanti.” Aku
terkekeh mendengar nada bicaranya. Dia pria yang manis, lucu, terkadang sedikit
menjengkelkan, tapi dari semua itu dia baik dan dalam waktu yang begitu singkat
dia bisa membuatku nyaman. Aku merasa seperti sudah mengenalnya begitu lama.
“Siapa
yang akan mengantarmu ke sekolah nanti?”
“Pamanku
sudah menyelesaikan semuanya, dia membelikanku tempat tinggal mewah ini lengkap
dengan supir pribadinya juga,” jawabku. Dia terkekeh lagi.
“Jika
kau belum memiliki seseorang untuk mengantarmu kemanapun, aku bisa menjadi
orangnya.”
“Tidak,
aku sudah cukup banyak merepotkanmu, Oppa.
Aku tak suka merasa berhutang budi pada orang lain.”
“Aku
tak pernah merasa jika kau merepotkanku, aku justru senang melakukannya
untukmu, aku ingin kita berteman dengan baik.” Aku meliriknya dari sudut mataku,
diam-diam tersenyum. Aku tak bisa mengelak kenyataan jika dia memiliki wajah
yang tampan.
“Aku
juga ingin berteman baik denganmu, Oppa.
Kau akan menjadi teman pertamaku dan mungkin sahabat baikku.”
“Tidak,
biasanya jika seorang gadis berteman denganku maka dalam beberapa minggu
statusnya itu akan berubah menjadi pacar.” Aku memutar bola mataku.
“Jangan
terlalu percaya diri, Oppa. Aku belum
berpikir untuk menerimamu sebagai pacarku.” Dia tertawa dan aku tak bisa
menahan diriku untuk tak tertawa.
Setiap
gadis di dunia ini akan melihat bagaimana seorang pria memperlakukannya.
Contohnya, jika seorang pria mengajak gadis itu keluar, gadis itu akan
memperhatikan pria itu, apakah dia memuji penampilannya, apakah dia akan
membukakan pintu mobil untuknya, apakah dia akan memperlakukannya seperti
seorang putri, dan masih banyak lagi. Nanti, ketika gadis itu mendapatkan
kesimpulan dalam pikirannya maka barulah dia memutuskan akan terus atau berhenti.
Taehyung
membukakan pintu mobilnya untukku dan seketika reaksi yang tak pernah kuduga
muncul dari diriku, wajahku memanas dan aku tak berharap dia melihatnya.
“Silakan masuk, Nona.”
“Terima
kasih.” Aku masuk dan duduk dengan nyaman di mobilnya. Dia masuk beberapa detik
kemudian dan melajukan mobilnya membelah jalanan kota Seoul di malam hari.
Seperti
yang pernah dikatakan Jessy padaku jika Seoul adalah kota berkelas dan sekarang
aku sudah membuktikannya sendiri. Kota ini nampak indah di malam hari.
“Jadi,
kemana kita akan pergi?”
“Seperti
kataku tadi, aku tahu tempat makan yang enak, aku yakin kau akan suka.”
Kesunyian
menemani kami hingga mobilnya berhenti di depan sebuah gedung. Taehyung turun
dari mobil dan membukakan pintu lagi untukku. Dia benar-benar pria yang manis.
“Vatos?”
“Kita
mungkin akan mengantri, tapi kurasa aku bisa mengatasi hal itu. Ayo.”
Dia
kembali menggandeng tanganku, membawaku bersamanya. Gila, antriannya panjang
sekali. Kurasa kita baru akan makan minggu depan.
“Oppa, apa kau yakin?”
“Tentu,
kau tenang saja, kita tidak akan mengantri.” Dia mengerling padaku dan aku tak
tahan untuk tidak tertawa. Bisa-bisanya dia melakukan itu disaat seperti ini.
Cacing-cacing di perutku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.
Taehyung
mengangkat tangannya dan seorang pelayan datang menghampiri tempat kami
berdiri. Kami masih berdiri di depan pintu masuk.
“Apa
kau mengenalku?”
“Tentu
saja, kau V kan?”
“Bagus,
aku ingin kau siapkan semua makanan yang ada di menu dan jangan lupakan Kimchi
Carnitas Fries dengan Galbi Short Rib Taco-nya. Satu lagi, siapkan tempat yang
lebih privat untuk kami.”
“Baik,
Tuan. Apa dia kekasihmu?”
“Kau
tak berhak menanyakan apapun tentang dia. Cepat, aku benci menunggu.”
Pelayan
itu mengangguk dan membungkuk pada Taehyung sebelum dia pergi dari hadapan
kami. Dahiku berkerut bingung, apa yang tadi mereka bicarakan?
“Ngomong-ngomong,
tadi Oppa bicara apa dengan orang
itu?” Dia nampak terkejut dan kembali menyadari keberadaanku.
“Tidak,
aku hanya menyuruhnya untuk menyiapkan tempat dan makanan untuk kita.” Aku
mengangguk sebagai respon. Aneh, dia terlihat berbeda. Maksudku nada bicaranya
saat dengan pelayan itu tadi sangat berbeda saat dia berbicara denganku.
Seorang
pelayan kembali keluar menemui kami dan berbicara sesuatu pada Taehyung lalu
dia memakai hoodie dan kaca mata
hitam yang diambilnya dari saku hoodie.
Aku jadi semakin bingung, Taehyung menggandeng kembali tanganku dan aku
mengikuti langkahnya masuk ke dalam restoran ini. Aku merasakannya saat begitu
banyak mata yang memperhatikan kami.
Apanya
yang aneh? Kurasa, gayaku biasa saja, tak ada bedanya, mungkin karena aku tidak
mengenakan mantel dan jaket tebal, membuat mereka berpikir aku orang yang aneh.
Pelayan
yang menemani kami mengarahkan kami ke belakang gedung, aku terkesan saat
melihat jika di sini ada taman yang sangat indah. Ada beberapa kursi di sini,
kurasa biaya di tempat ini lebih mahal dibandingkan dengan makan di dalam. Aku
tak tahu apa yang dikatakan pelayan itu pada Taehyung dan tidak lama dia
kembali menghilang.
“Wow, ini indah sekali. Kuharap rasa
makanannya tak mengecewakan.”
“Aku
berjanji padamu, makanannya akan lebih mengesankan dari tempatnya.” Aku
mengalihkan tatapan kekagumanku dari tempat ini dan menatap Taehyung yang
sedang menatapku.
“Mengapa
kau melihatku seperti itu, Oppa?”
“Aku
masih tak percaya, kau terlihat seperti gadis Korea, tapi kau tidak bisa bahasa
Korea sedikitpun.” Aku terkekeh mendengar ucapannya.
“Jangan
mengejekku, oke? Kau harus menerima
kenyataan kalau aku bukanlah gadis Korea sungguhan, maksudku, aku dibesarkan di
Amerika dan aku bergaul seperti kebanyakan remaja di sana. Aku suka berjemur di
pantai, tapi kulitku tetap putih pucat seperti ini.” Kini dia yang tertawa.
Kami
duduk berhadapan di kursi yang palin dekat dengan tamannya.
“Jadi,
ceritakan tentang hidupmu.” Dia menatapku serius, semua humor telang hilang
dari matanya.
“Bagian
mana yang ingin Oppa ketahui?”
“Bagaimana
dengan masa kecilmu?”
“Aku
lahir dan dibesarkan di Miami, aku memiliki saudara sepupu yang sudah seperti
saudara kandungku sendiri. Dia Jessica, umur kami beda satu tahun, ayahnya
adalah kakak ibuku. Aku tak pernah mengenal siapa orangtuaku. Ibuku meninggal
saat melahirkanku. Ayahku, aku tak tahu ada dimana dia. Dia membuangku, dia tidak
pernah peduli padaku. Dia tidak pernah mencariku. Aku bahkan tak tahu bagaimana
wajahnya. Apa benar aku tampak sepertinya. Aku tidak tahu. Sejak kecil, aku
dilimpahi kasih sayang dari paman dan bibiku, orangtua Jessy. Tapi tetap saja,
semuanya berbeda, aku terkadang merasa iri pada anak-anak yang lain, yang bisa
bermain dengan ayah mereka, digedong di pundak ayah mereka dan menerbangkan
origami berbentuk pesawat. Yang bisa menghabiskan waktu bersama ibu mereka dan
mendengarkan ibu mereka membacakan dongeng untuk mereka di malam hari. Semua
itu tak pernah kudapatkan dari orangtuaku. Tak pernah,” ceritaku. Aku menghapus
setetes air yang jatuh dari mataku.
“Maafkan
aku, aku tak bermaksud untuk membuatmu sedih dengan mengingat masalalumu.”
“Tidak
apa-apa, aku sudah terbiasa, Oppa. Lagipula,
aku senang bisa berbagi denganmu. Selama ini, aku tak pernah ceritakan itu pada
siapapun.”
“Tidak
pada siapapun? Apa kau tak bercerita pada sahabatmu?”
“Tidak
ada. Semua orang berteman denganku karena aku adalah keponakan dari pengusaha
tambang tersukses di Amerika, embel-embel itu selalu menemaniku kemanapun.
Jadi, aku tak memiliki sahabat sama sekali. Hal yang lebih buruk lagi terjadi
pada Jessy. Kami tidak menganut sistem persahabatan. Jika ada hal yang kami
rasa harus dibagi, maka kami akan saling membaginya, hanya kami berdua saja,”
jawabku.
Seorang
pelayan kembali dengan nampan-nampan makanan yang terlihat enak. Perutku sudah
berontak sejak tadi. Aku mendengar tawa Taehyung.
“Aku
tahu kau pasti sudah sangat lapar. Nah, tunggu apa lagi, kau bisa menghabiskan
semuanya. Tenang saja, malam ini, aku yang akan mentraktirmu,” katanya dengan
senyum lebar. Tangannya terjulur dan menyentuh kepalaku dan mengusapnya.
Jantungku berdebar lagi, kurasa aku harus terbiasa dengan reaksi-reaksi aneh
yang ditunjukan oleh tubuhku ketika ada di dekatnya.
Setelah
pelayan itu pergi aku mulai memakan makananku. Ini tidak buruk, kurasa aku akan
bisa beradaptasi dengan baik untuk urusan makanan.
“Emm.. ini lezat sekali. Kurasa ini juga
karena perutku sudah sangat lapar.” Dia tertawa geli dan ikut menikmati
makanannya.
Malam
ini menjadi begitu berkesan untukku karena aku sudah mengahabiskan waktuku bersama dengan pria tampan seperti
Taehyung, sejauh ini dia adalah yang terbaik. Eh, mungkin Jimin dan Ho Seok juga tidak buruk.
Aku
dan Taehyung sudah tiba di apartemenku, ada dua orang satpam yang mengikuti
kami, mereka membawa barang belanjaku. Aku sudah membeli semua yang kubutuhkan
untuk satu bulan ke depan. Belanjaan sebanyak itu, tidak akan mengurangi jumlah
nol di rekeningku. Ah, aku juga membeli beberapa mantel. Kurasa aku memang
membutuhkannya, biar nanti ketika aku diluar orang-orang tak akan
memperhatikanku seperti yang terjadi di restoran tadi.
“Letakkan
saja di sana! Ah, iya, terima kasih. Ini untuk kalian.” Aku memberikan tip pada
mereka, kurasa aku akan sering merepotkan. Mereka mengucapkan terima kasih dan
membungkuk pada kami lalu menghilang dari apartemenku.
“Wow, ini tempat tinggal yang sangat
indah. Kurasa aku akan beli satu di sini,” gumam Taehyung.
“Ah,
Oppa ingin membeli salah satu
apartemen di sini juga? Untuk apa? Kaliankan sudah memiliki rumah yang indah.”
“Tapi
tetap saja, milik sendiri itu akan lebih nyaman, Yoora. Rumah itu milik
bersama, bukan milikku sendiri.” Aku mengangguk padanya.
“Tunggu,
duduklah dan anggap rumah sendiri. Aku akan membuatkanmu kopi.”
“Apa
aku boleh melihat dapurmu?”
Aku
menghentikan langkahku dan kembali berbalik menghadapnya. “Tentu saja, tadi aku
bilang, Oppa boleh anggap rumah
sendiri kan.” Dia tersenyum dan melangkah mengikutiku.
“Kau
tahu, kau adalah pemandangan paling indah yang ada di dapur ini,” ujarnya.
“Aku
tahu kau sedang menggodakukan, Oppa.
Tidak mempan, aku benar-benar tidak berpikir untuk menerimamu menjadi pacarku.”
Dia tertawa geli.
“Jadi,
kau masih mengingatnya. Aku tahu memang ucapanku itu pasti membekas lama di
hatimu.” Aku tertawa mendengar lelucon bodohnya.
“Apa?
Oppa benar-benar cocok mendapat gelar
‘Mr. Overconfident’.”
“Aku
suka itu, dan nanti aku akan memikirkan gelar apa yang cocok untukmu, Oke? Hmm
aku tak tahu jika aroma kopi bisa seenak ini. Apa mungkin ini karena yang
membuatnya adalah seorang bidadari.” Tawaku benar-benar meledak saat mendengar
ucapan gilanya.
Aku
memegangi perutku untuk menahan tawaku. Ya Tuhan, dia pria gila.
“Hentikan,
semua itu, Oppa. Kau membuatku sakit
perut atau malam ini aku akan mengalami keram di perutku, dan ini kopi special dari seorang bidadari,” ucapku
setelah tawaku mereda.
“Aku
senang bisa membuatmu tertawa seperti tadi, kau terlihat bebas, tak ada sesuatu
yang menahanmu. Sebenarnya, ada alasan lain yang membuatku datang kesini. Aku
ingin meminta maaf padamu.”
Sisa-sisa
ledakan tawaku menghilang, humor menghilang dari matanya. “Untuk apa? Aku tidak
merasa jika Oppa berbuat salah.”
“Aku
sudah berbuat salah. Hanya saja, mungkin kau tidak menyadarinya. Kami bertujuh
begitu dekat, tapi ada yang berbeda dengan Kookie ketika dia membawamu ke rumah,
aku tidak pernah melihatnya seperti itu sebelumnya. Dia terlihat sangat
khawatir, dan dia memang tidak membawamu ke kamarnya karena dia ingin
merapikannya dulu, baru nanti jika ada kesempatan lagi dia akan membawamu ke
sana, di antara kami bertujuh Kookie-lah yang memiliki kamar paling berantakan.
Aku juga melihat rasa tidak suka yang berusaha dia sembunyikan ketika melihat
aku mendekatimu, dia menyembunyikannya dengan sangat baik hingga tak ada yang
menyadarinya, tapi aku tahu. Tadi, aku mendengarnya berbicara dengan Jimin. Dia
terlihat kesal dan merasa bersalah. Jika dia ada masalah dan tak tahu harus apa
maka dia akan datang pada Jimin dan meminta sarannya. Aku mendengarnya, jika
dia telah mengatakan sesuatu yang buruk padamu, kau marah dan tidak ingin
bertemu dengannya lagi. Aku tak mengdengarkan mereka lagi dan langsung pergi
kemari. Itu adalah alasan utama mengapa aku datang kesini. Aku ingin meminta
maaf karena aku, hubunganmu dan Kookie jadi buruk.”
“Apa?
Oppa tak perlu meminta maaf, ini
bukan salahmu. Ini semua adalah salahnya, bisa-bisanya dia bersikap seperti itu
pada seorang gadis yang baru saja dikenalnya. Terus terang saja, Oppa. Aku memang marah padanya. Bisa kau
bayangkan, bagaimana perasaanku saat dia mengatakan jika aku ini terlihat
seperti seorang gadis penggoda? Itu sangat-sangat tak bisa ditolerir untukku.
Tak ada seorangpun yang pernah mengatakan hal semacam itu padaku sebelumnya.
Kata itu berarti aku ini tampak seperti seorang pelacur di matanya. Apa yang
harus kulakukan? Gadis mana yang tidak marah ketika ada seorang pria yang
bahkan belum mengenalnya sedikitpun mengatakan hal seburuk itu tentang dirinya?
Selain marah dan memutuskan untuk tidak pernah bertemu dengannya lagi apa yang
bisa kulakukan? Aku pernah memukulnya di pesawat dan aku tak akan memukulnya
lagi karena dia sudah merawatku.”
“Aku
mengerti, tapi kau tidak tahu tentang dia, Yoora. Mengapa dia bisa mengatakan
hal seperti itu padamu? Kau tidak tahu. Dia adalah yang paling muda diantara
kami. Dia memiliki hubungan keluarga yang kacau. Kau akan mengerti jika kau
tahu betapa kacaunya dia. Aku yakin, kau akan memikirkan kembali semua ini.
Baiklah, ini sudah larut dan aku harus pulang sekarang. Terima kasih untuk kopi
yang sangat enak ini. Aku ingin ketika aku kembali lagi kemari, kau harus
menyiapkan kopi yang rasanya sama dengan ini ya.” Taehyung tersenyum padaku,
mengusap kepalaku dan beranjak pergi dari hadapanku. Meninggalkanku termenung memikirkan
ucapannya.[]
Kim Yoora :*
Jessica
Taehyung
Jungkookie :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar