Title : Dark
Shadows
Author : Valleria Russel/Heni Kurniyasari
Cast : -
Kim Yoon Hye as Kang Yoonhye
-
Jeon
Jungkook as himself
-
Kim
Soo Eun as Kang Mi Hi
-
Park
Seul as Lee Thalia
-
Kim
Seok Jin as himself
-
Park
Jimin as himself
-
Park
So Ra as Cho Liorra
Genre : Fantasy, Sequel, Drama, Action,
Alternate Universe
Length : Oneshoot
Rated : Teens-15
WARNING!!!
OKEYLAH.. INI SEQUEL LAGI DARI SERI DARK
PRINCESS YA HAHAHA MUMPUNG ADA IDE LEWAT JADI DIKERJAIN AJA :) MAAP KALO GAJE
BIN AJAIB :’) MASIH AMATIRAN HEHE :) SEBELUM BACA YANG INI BACA YG à
DARK PRINCESS SAMA DARK QUEEN DULU YA KARENA INI SEQUELNYA :) MAAF JIKA BANYAK TYPOSNYA DAN SELAMAT MEMBACA :)
—Sihir
diibaratkan seperti elemen yang saling berdampingan di dalam tubuh, berbentuk
emosi yang dilambangkan dengan berbagai macam warna.
“Tidak bisa, Yoonhye!
Kau harusnya mengerti, meminta bantuan pada kaum blackwitch adalah saran yang sama sekali tidak bisa diterima oleh
kami,” tegas Wooyun.
Dasar hakim idiot!
Bisa-bisanya dia tidak mempercayaiku. Apa dia sudah lupa siapa aku dan apa
kedudukanku? Aku bahkan bisa memenggal kepalanya detik ini juga.
Tersenyum semanis madu
padanya, aku beranjak berdiri dari kursiku, berjalan dengan anggun mengitari mejanya.
“Kupikir kau sudah
mengenalku dengan baik, Wooyun, tapi ternyata tidak. Kau pikir kita harus
meminta bantuan siapa untuk bisa menghadapi para Shadows itu kalau bukan mereka?
Apa kau pikir dengan mengumpulkan semua whitewitch
terbaik dari seluruh dunia akan bisa membantu kita menang di medan tempur hah?
Kau bodoh! Idiot! Dan tolol! Seorang pemimpin pemerintahan seharusnya berpikir
dengan pikiran terbuka, tidak hanya memikirkan harga diri dan egomu sendiri
saja! Dunia ini sedang dipertaruhkan dan kau masih sempat-sempatnya memikirkan harga
diri dan egomu,” cercahku.
Menarik napas kembali
sebelum melanjutkan ocehanku. “Aku adalah bagian dari dua sisi dunia kita, Wooyun. Jangan pernah
lupakan jika di dalam diriku, aku memiliki sebagian kekuatan bangsa blackwitch! Nenekku sudah berjuang
selama hidupnya untuk mendamaikan sisi berlawanan yang terjadi pada dunia kita.
Mungkin inilah tujuannya, mungkin karena dia tahu suatu saat nanti, kita semua
harus bersatu untuk mempertahankan dunia kita tetap aman dari para pemburu.
Kedudukanmu lebih tinggi dariku, Wooyun, tapi aku bisa melakukan sesuatu yang
akan membuatmu mau tidak mau menuruti semua perintahku,” tekanku padanya.
Mataku menghitam.
Sekilas aku melihat ketakutan melintas di matanya. Sisi gelapku tersenyum
dengan angkuh.
“Apa yang akan kau
lakukan? Aku peringatkan padamu untuk tidak macam-macam padaku, Yoonhye. Kau
baru seratus tahun menjabat sebagai Dark Queen, ingat itu baik-baik!” ancamnya.
Kekehan geli keluar
dariku begitu mendengar ancaman bodohnya. “Mengancamku uh? Aku bisa
melenyapkanmu saat ini juga, Wooyun. Jangan pernah bermain-main dengan emosi
serta kesabaranku atau kau akan mati. Sekarang kau hanya memiliki dua pilihan,
mati di tanganku atau pergi menghadap ke kerajaan Jung Ho Seok dan sampaikan
permintaanku padanya,” tegasku lagi sebelum merapal mantra dan kembali ke
istanaku.
Seratus tahun sudah
berlalu sejak hari pengangkatanku menjadi pemimpin tertinggi dunia sihir
bersama Jungkook. Ini adalah masalah pertama yang harus kuhadapi. Satu bulan
yang lalu, Thalia memberitahuku jika sekelompok besar pengacau akan menembus
sihir pertahanan dan membatai dunia sihir tanpa ampun.
Setelah mendapat kabar
itu dari Thalia aku langsung pergi ke perpustakaan mencoba menemukan sumber
yang bisa membantuku mengetahui siapa sekelompok pengacau yang Thalia lihat
dalam mimpinya. Sebuah buku dengan judul Dark Shadows berhasil kutemukan
setelah menyebutkan berbagai macam kata sandi untuk membuat buku itu datang
menghampiriku.
Aku membaca buku tua
usang yang kuyakini sudah ada saat nenekku masih hidup. Atau m ungkin juga diturunkan langsung dari
para leluhur Kang.
Mereka dikenal dengan
banyak nama. Setiap bangsa yang ada dan hidup memiliki sekelompok pemburu yang
akan terus memburu hingga ke akar-akarnya demi mengejar berkah dari Lucifer, pemimpin
para Dark Shadows. Dunia sihir sudah mengenal dengan baik kelompok pemburu yang
tidak bisa mati ini. Kakekku bahkan meninggal saat menghadapi mereka dan
nenekku ikut melepaskan diri dari tanggung jawabnya.
Bangsa vampire memiliki
kelompok musuh yang diberi nama Dark Hunter, mereka juga bertugas untuk
membasmi bangsa vampire hingga tak ada lagi yang tersisa demi sesuatu yang
disebut Red Diamond yang dipegang oleh pemimpin mereka Asmodeus.
Kelompok-kelompok
pemburu itu merupakan titisan langsung dari sembilan penguasa neraka, mereka
dianugerahi kekuatan yang luar biasa, hingga rasanya mustahil untuk bisa
menghadapi mereka.
Bangsa werewolf juga
memiliki musuhnya, juga pixy, peri,
mermaid, warlock, demon, immortal, dan lain sebagainya. Mereka semua
memiliki musuh yang harus dihadapi karena kelompok itu dapat menyerang kapanpun
mereka mau.
Untuk dunia yang sudah
kupasang mantra perlindungan tingkat satu dan rasanya sangat sulit untuk
dipercaya jika mereka bisa menembusnya pun bisa mereka tembus. Wooyun sudah
menjelaskannya padaku di pertemuan tadi.
Kepalaku berdenyut
memikirkan apa yang harus kulakukan untuk menyelesaikan masalah ini.
“Bae, kau baik-baik
saja?”
Lengan kekar Jungkook
melingkar di pinggangku, pria itu meletakkan dagunya di atas pundakku.
“My Lord, mereka akan
segera datang. Thalia bisa merasakan pergerakan mereka semakin dekat. Ini
adalah untuk yang pertama kalinya aku merasa tidak yakin pada kemampuanku
sendiri. Sekalipun aku tahu aku adalah penyihir paling kuat, aku tetap merasa
tidak yakin pada diriku sendiri kali ini. Kau sudah membaca sendiri buku tua
itu, My Lord. Kau tahu seberapa berbahayanya mereka bagi dunia ini dan kita
semua,” desisku.
Jungkook mendaratkan
kecupan lembut di lekukan leherku. “Mungkin sudah saatnya kau mencoba
menggunakan tongkat peninggalan nenekmu itu, My Mistress. Aku yakin kita akan
menang dalam pertempuran jika kau menguasai tingkatan sihir sampai ke yang
tertinggi. Baik itu yang putih dan juga yang hitam. Biarkan aku yang mengatur
pasukan, kita akan mengepung kelompok pemburu itu dari semua arah, tapi untuk
itu kita tentu membutuhkan dua orang lagi untuk bisa memimpin pasukan,”
jelasnya.
Erangan lepas dari
mulutku saat dia menggigit kecil telingaku. “Aku sudah memerintahkan si Wooyun
idiot itu untuk menghadap ke kerajaan Ho Seok dan mungkin nanti setelah
mencapai keputusan barulah aku bisa menunjuk yang lainnya. Ho Seok adalah blackwitch terbaik di kelasnya. Kau
tahukan,” bisikku.
“Tentu, aku setuju pada
pilihanmu, lebih baik kita lupakan sejenak masalah persiapan perang ini dan
mengambil waktu kita untuk bersenang-senang. Kurasa Kang Mi Hi menginginkan
kehadiran seorang adik,” bisik Jungkook di telingaku.
Ah aku lupa pada Mi Hi,
dia adalah keturunan murniku melalui Jungkook. Gadis itu sekarang sedang
melatih sihirnya bersama Yoon Gi dan Thalia. Yoon Gi adalah pelatih perang di
istanaku. Dia sangat bersemangat, sama sepertiku. Dia adalah perwujutanku dalam
umur yang lebih muda.
Saat mendengar tentang
perang, Mi Hi mati-matian berlatih siang dan malam demi membantuku melawan
musuh di medan tempur di umurnya yang keseratus, aku sudah menceritakan semua
hal tentangku padanya dan juga pengetahuan lain tentang rahasia keluarga
padanya. Dia menerima semua ceritaku, dia juga memiliki hobi mempermainkan hati
para pangeran sepertiku dulu.
Aku dan Mi Hi lebih
seperti adik dan kakak ketimbang ibu dan anak. Thalia lebih seperti ibu
untuknya dibandingkan denganku. Gadis itu sangat menyayangi Mi Hi. Suami
Thalia, Kim Seok Jin, kakaknya Taehyung yang sudah kubunuh juga sangat
menyayangi Mi Hi.
Mungkin akan lebih baik
jika aku menempatkan Mi Hi sebagai pemimpin pasukan jika dia sudah berhasil
menguasai sihirnya dengan baik.
Lenguhan nikmat keluar
dari mulutku dan Jungkook begitu kami sampai pada puncak untuk yang kesekian
kalinya. Pria ini tidak pernah membuatku bosan. Mencintaiku dan membuatku
merasa jika cintanya adalah satu-satunya alasanku untuk tetap hidup di dunia
ini.
“Kita harus
beristirahat dulu sebelum memulai sesi selanjutnya,” bisiknya di dekat
telingaku. Aku terkikik senang. Entah ini adalah sesi bercinta kami yang
keberapa setelah menikah seratus tahun yang lalu dan aku tidak pernah bosan dengan
itu. Dia adalah satu-satunya pria yang tidak pernah membuatku bosan. Priaku,
cintaku, hidupku.
“Apa menurutmu ketika
mereka datang Mi Hi sudah siap untuk tugas pertamanya?”
Jungkook menarikku,
memposisikanku di atasnya lalu memeluk pinggangku dengan erat. Kami saling
berpandangan. “Tentu saja, dia adalah keturunanmu, penerusmu. Dia sama
sepertimu, cepat belajar, bahkan dia sudah menguasai tahap tiga di umur delapan
puluhnya, tahap dua ketika dia sembilan puluh tahun dan tahap satu akan dia
kuasai sebentar lagi. Percaya padaku! Pengacau-pengcau itu tidak akan bisa mengusik
ketenangan dunia kita selama kau memimpin. Tongkat itu! Dia pasti akan sangat
berguna untuk kita,” tegas Jungkook.
Tongkat yang
dibicarakan olehnya adalah tongkat sihir peninggalan nenekku. Tongkat itu
tersimpan di peti perak agar tidak ada yang bisa menyentuhnya kecuali aku dan
Mi Hi. Aku hanya pernah melihat tongkat itu saja, tanpa pernah menyentuhnya
atau mempelajari apapun tentang kegunaannya. Apa dia bisa membantu? Aku masih
belum tahu dan sama sekali belum mengambil keputusan.
Masalah kali ini, aku
seperti menghadapi ujian Negara saja. Kepalaku bahkan terasa nyeri karena
terus-terusan memikirkannya.
Setelah memikirkannya
berulang kali akhirnya, aku memutuskan
untuk mengikuti saran suamiku itu. Mungkin saja tongkat itu benar bisa
membantuku untuk melindungi dunia ini. Sekejam apapun aku, aku tetap menyadari
kodratku. Keturunan Kang sudah dianugerahi kekuatan luar biasa dengan takdir
yang sama menakjubkannya. Kami istimewa, maka dari itu kami terpilih. Hanya
yang istimewalah yang akan terpilih untuk menghadapi ujian.
“Ibu, apa yang akan
kita lakukan di sini?”
Aku menatap Mi Hi
dengan pandangan beku, dia juga memandangku seperti itu. Setiap melihatnya di
depanku, aku seperti melihat diriku sendiri sedang berbicara padaku. Meski Mi
Hi memiliki mata dan hidung ayahnya.
“Kita akan menuruti
saran ayahmu untuk mencaritahu cara memakai tongkat ini juga kegunaannya. Jika
benar benda ini bisa membantu kita memenangkan perang maka kita harus
mempelajarinya secepat mungkin dan memanfaatkan situasi sebelum para Shadows
sampai di sini,” jelasku.
Mi Hi berjalan
mendekatiku, ikut memandang benda kokoh dengan ukiran-ukiran kuno yang tidak
kumengerti. Tersimpan dengan anggun di dalam peti perak ini, bersamaan dengan
sihir perlindungan yang hanya bisa ditembus olehku dan Mi Hi saja bahkan
Jungkook tidak bisa memusnahkan sihir pelindungnya.
Setelah penyerangan
Taehyung dulu kepadanya, aku sering memintanya untuk berlatih denganku, Jungkook
ternyata memiliki kemampuan yang kurang baik dalam hal pertahanan diri, maka
aku mengajarkannya banyak hal yang kutahu. Sekarang, dia sudah berubah menjadi
raja penuh karisma dan semua putri yang ada di dunia ini bahkan dengan bodohnya
masih mengharapkannya padahal jelas-jelas seorang Jeon Jungkook hanya akan
menjadi milik Kang Yoonhye saja. Tidak akan ada yang bisa merampas Jungkook
dariku.
“Kurasa, ada sesuatu
yang bisa membantu kita, ibu. Mungkin sebuah catatan, buku, jurnal, atau
pesan.”
“Itulah masalahnya, Mi
Hi. Aku tidak bisa menemukan apapun yang bisa membantu kita untuk dapat
menggunakan benda ini. Jika aku mematahkan sihir pelindungnya sekarang maka
akan berbahaya untuk kita. Akan ada banyak bangsawan yang gelap mata dan
berusaha untuk merebut tongkat ini dariku,” jelasku.
“Mungkin kita bisa
meminta bantuan paman Seok Jin. Dia bisa menghubungi penyihir yang sudah mati,
Ibu. Kau tahu sendiri, hanya paman Seok Jin saja yang memiliki kekuatan seperti
itu. Jika dia mau membantu kita menghubungi nenek, kemungkinan besar masalah
kita akan terselesaikan,” cetus Mi Hi.
Ya ampun, bagaimana aku
bisa melupakannya! Seok Jin, suami Thalia, kakaknya Taehyung pasti bisa membantu
menyelesaikan masalah ini. Dia sudah tahu semuanya, Thalia sudah menjelaskan pada
Seok Jin tentang diriku dan juga pembunuhan yang sudah kulakukan pada kedua
adiknya, Taehyung dan Yoora seratus tahun yang lalu.
Pada akhirnya, pria itu
menerima semuanya dan dia menyayangi putriku seperti Mi Hi adalah putrinya
sendiri karena selama mereka menikah, Seok Jin dan Thalia belum juga dikaruniai
keturunan.
“Ide yang sangat bagus,
Mi Hi. Kau bicaralah pada Seok Jin, dengan cara apapun buat dia mau
melakukannya. Ini untuk keselamatan semua penyihir. Tekankan hal itu padanya,
kalau perlu bicaralah di depan Thalia juga. Aku mempercayakan hal ini padamu,
Honey.”
Mi Hi membungkuk hormat
lalu meninggalkanku sendiri masih termenung menatap tongkat sihir ini.
Cukup aneh, setahuku
selama ini belum pernah ada satupun penyihir yang memiliki tongkat. Sihir
diibaratkan seperti elemen yang saling berdampingan di dalam tubuh, berbentuk
emosi yang dilambangkan dengan berbagai macam warna. Setiap elemen itu saling
melengkapi satu sama lainnya, berada pada titik-titik yang sama dan seimbang.
Jika ada satu dari emosi itu yang tidak stabil maka sihirnya juga tidak akan
bagus, bisa berakibat buruk.
Dalam literatur kuno,
seorang penyihir dilarang membunuh sesamanya karena itu merupakan dosa besar
dan aku sudah melakukan hal itu berulang kali untuk memuaskan napsu amarahku.
Jika ada satu saja
emosi yang tidak stabil maka sihir itu akan melenyapkan musuhnya tanpa ampun,
apalagi untuk kelasan sepertiku, Jungkook, Thalia, dan deretan penyihir terbaik
lainnya, bisa merubah tubuh musuhnya menjadi abu, membakarnya, atau mencairkannya.
Dan itu pernah terjadi padaku dulu, aku melenyapkan Taehyung menjadi debu. Itu
adalah yang pertama dan terakhir kalinya aku kehilangan kendali diriku hingga
emosi dalam diriku meletup dengan kerasnya.
Besoknya, Seok Jin dan
Wooyun menemuiku di ruang sidang istana. Aku meminta mereka untuk kemari karena
aku sedang malas untuk mengunjungi kementrian.
Mereka berdiri dengan
tegang. Aku yakin Mi Hi sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik, dan Wooyun
jika dia berani macam-macam denganku maka aku akan benar-benar memenggal
kepalanya hari ini.
“Jadi, Wooyun, apa yang
ingin kau bicarakan?”
Pria ini menatapku
tidak suka. “Lord Ho Seok, bersedia membantu dan katanya dia akan mengumpulkan
pasukan sebanyak mungkin untuk membantu mempertahankan dunia kita, My
Mistress.”
Senyuman mencongak
terukir di wajahku. “Bagus, aku senang mendengarnya. Kau atur semuanya, Wooyun.
Dan sekarang, giliranmu, My Lord. Apa kau sudah memutuskan untuk membantuku?
Membantu semua orang?”
“Aku melakukan semua
ini karena aku menyayangi Mi Hi,” ujar Seok Jin kesal. Dia belum sepenuhnya
menerima kenyataan jika aku adalah pembunuh kedua adiknya.
“Aku tahu kau sangat
menyayangi putriku itu, My Lord. Wooyun, aku ingin kau urus semua persiapan
sekarang. Perintahkan pada Yoon Gi untuk menambah jam latihan semua pasukan
mulai hari ini, semua pasukan tanpa terkecuali,” titahku.
Aku bisa merasakannya
saat hakim idiot itu memutar bola matanya di belakangku. Jika saja aku tidak
membutuhkannya, aku pasti sudah mengakhiri eksistensinya sejak dulu.
Perhatianku kembali pada Seok Jin. Menatapnya dengan dingin.
“Aku ingin kau
menghubungi Dark Queen I, My Lord. Kita memerlukan bantuannya,” kataku.
“Untuk apa kita
menghubunginya, Yoonhye? Aku tidak tahu apakah aku sanggup memanggilnya karena
ini tentang pengendalian roh, bisa saja kita mendatangkan orang lain dan itu
bisa menimbulkan masalah baru lagi,” jelasnya.
“Kau adalah
satu-satunya penyihir yang mampu mengendalikan roh, tidak ada pilihan lain, My
Lord. Bagaimanapun caranya kau harus memanggil nenekku,” tekanku.
Pria ini terlihat
berusaha dengan keras untuk menahan emosinya. “Baik, kita akan menghubungi
nenekmu, tapi jika sesuatu yang nanti datang bukanlah nenekmu, kau harus
menanggung sendiri akibatnya.”
“Aku akan menanggung
semuanya, My Lord. Kau tidak perlu khawatir.”
Seok Jin berdiri dari
kursinya. Keadaan berubah hening. Aku tetap diam, mengusahakan napasku setenang
mungkin. Dia memusatkan konsentrasinya, aku bisa merasakan ada begitu banyak
emosi yang mengelilingiku. Mata Seok Jin bersinar, dia sedang mengendalikan
rohnya untuk bisa mengirim sinyal pada seseorang yang ingin kami hubungi.
Aku tahu tentang betapa
langkanya kekuatan yang dimiliki oleh suami Thalia ini. Pengendalian roh adalah
sesuatu yang istimewa dan sekaligus berbahaya. Jika kau tidak berhasil, kau
akan kehilangan nyawamu, tapi Seok Jin sudah hidup dengan keunggulannya ini
sejak lama, aku percaya padanya. Dia akan mengusahakan yang terbaik untuk dunia
ini.
“Kang Jiyeon. Aku menghubungimu, cucumu ingin bertemu denganmu.
Datanglah, Persepone sudah mengizinkanmu untuk kemari. Tunjukkan dirimu, My
Mistress.”
Lingkaran hitam muncul
di hadapan Seok Jin begitu saja, emosi-emosi kian kuat mengelilingiku. Seorang
wanita muncul dari portal asing itu dan portal itu hilang bersamaan dengan
sihir-sihir yang mulai mereda dan keadaan kembali sama lagi.
Wanita ini memiliki
aura yang sama denganku. Dia mengenakan gaun hitam, rambutnya di sanggul dengan
anggun. Dia melangkah menghampiriku.
“Senang bisa bertemu
denganmu,” katanya.
“Nenek, aku…”
“Jangan katakan apapun,
Kang Yoonhye. Aku tahu jika saat-saat seperti ini akan datang lagi. Bangsa
Shadows tahu jika dunia kita sudah kembali dipimpin oleh keturunan murniku,
maka dari itu mereka akan segera melancarkan perang dalam waktu dekat ini. Aku
hanya memiliki waktu lima menit untuk menjelaskan semuanya padamu agar kau
tidak terlalu buta nanti. Kau tahu penjaga pintu portal itu adalah seorang
wanita paling licik di dunia ini. Sementara aku berada di sini, roh pria itulah
yang menggantikanku di sana sebagai jaminan. Jadi, dengarkan aku baik-baik. Bangsa
Shadows tidak bisa mati, mereka sudah diberi berkah dari Lucifer. Sebelum
menyelesaikan tugasnya mereka tidak akan mati. Tapi yang mereka tidak tahu adalah
tidak bisa mati bukan berarti mereka tidak bisa dilenyapkan. Dengan tongkat
itu, kau bisa menghubungi portal pemisah dunia, Yoonhye. Kau bisa membuat
portal dengan tongkat itu dan mengirim mereka ke Persepone. Dengan begitu mereka tidak akan bisa muncul lagi.
Diperang pertama ketika aku memimpin, aku tidak sempat memakainya karena mereka
mengetahui kelamahanku, kakekmu. Dan mereka juga mengetahui jika suamimu adalah
kelemahanmu, jadi kusarankan padamu, perintahkan Mi Hi untuk memimpin pasukan
bersama dengan Jungkook karena gadis itu bisa diandalkan. Kau harus menggunakan
tongkat itu dan mempelajari mantranya dari papyrus peninggalanku yang disimpan
di bawah petinya. Selamat bertugas, Yoonhye. Jangan lari dari tanggung jawabmu,
seperti aku. Aku dan leluhur kita mempercayakan semua ini padamu. Selamat
tinggal.” Wanita itu tersenyum dingin sebelum portal itu kembali menelannya.
Mataku teralih menatap
Seok Jin, sinar di matanya menghilang dan tubuhnya yang kaku kembali bisa di
gerakkan.
Dia memandangku setelah
mendapatkan kembali kesadarannya. “Bagaimana? Apakah berhasil?”
Aku mengangguk saja.
“Kerja bagus, My Lord. Sekarang aku harus pergi, ada sesuatu yang harus
kuselesaikan,” kataku dingin. Setelah merapal mantra, aku menghilang tiba di
ruangan tempat peti perak itu tersimpan.
Semua kerajaan sudah
mempersiapkan pasukan terbaik mereka yang tergabung dalam empat tim inti, dan
lima tim cadangan. Mi Hi dan Jungkook memimpin pasukan pertama, aku memimpin
pasukan kedua, Ho Seok memimpin pasukan ketiga dan pasukan terakhir dipimpin
oleh Park Jimin, aku pernah mengatakan jika dia adalah salah satu dari sekian
banyak mantan kekasihku.
Thalia dan Seok Jin
akan mendampingiku di pasukan ke dua. Semua persiapan sudah dilakukan. Thalia
juga sudah mengabarkan padaku jika kelompok pemburu itu sudah berhasil membobol
sihir pelindung yang kupasang.
Aku sudah mempelajari
cara menggunakan tongkat itu dan ternyata sihir pada tongkat itu menguras habis
tenagaku dalam satu kali membuka portal dan menutupnya. Aku akan menggunakan
tongkat di waktu yang tepat dan Thalia sudah kutugaskan untuk membuat tongkat
itu tidak kasat mata karena tidak ada yang boleh tahu, jika keberadaan tongkat
pemusnah itu diketahui oleh kelompok pemburu maka mereka akan memanggil
pemimpin mereka langsung dari nereka.
Napasku memburu saat
Jungkook memperdalam ciumannya. Setelah lepas dari semua tentang perang,
Jungkook berhasil mengalihkanku dari rasa lelahku dengan mudahnya.
“My Lord, kau tahu kan,
jika aku sangat mencintaimu,” bisikku.
“Dan di hatiku, hanya
ada kau saja, My Mistress. Hanya kau seorang,” balasnya lalu melanjutkan
serangannya di leherku. Tangannya hinggap di mana-mana. Gairah meletup-letup
dengan dahsyatnya dari tubuhku bercampur panas dari tubuh Rajaku ini.
“Satu hal yang harus
kau ingat, My Lord. Jangan pernah berada jauh dari Mi Hi. Para Shadows tahu
jika kelemahan seorang Dark Queen adalah rajanya, maka dari itu, kau harus
tetap berada di dekat Mi Hi selama peperangan, Thalia bilang, setelah purnama
malam ini, mereka akan menerobos masuk ke dunia kita,” jelasku.
“Aku mengerti. Kau
tidak perlu mengkhawatirkanku, My Mistress. Purnama? Itu artinya tinggal
beberapa jam lagi,” ujarnya pelan.
Mengecupnya lagi, aku
memutar tubuhku, menindihnya, menatapnya dalam. “Ya, Beberapa jam lagi, My
Lord. Kekuatan mereka meningkat setelah purnama. Seandainya ada sesuatu yang
buruk terjadi, kumohon, tetaplah hidup untuk Mi Hi, My Lord. Aku mencintaimu,”
desisku. Mengecupnya keras, berusaha mengalihkan kebingungannya.
Purnama berlalu, semua
pasukan sudah siap di tempat mereka masing-masing. Aku, Thalia, dan Seok
Jin membawa pasukan pertama bersama kami
berhadapan dengan mata merah para Shadows terkutuk itu. Sedang pasukan yang
lain akan mengepung mereka dari semua arah.
Para Shadows itu
memiliki mata semerah darah, kulit seputih kertas namun mereka tidak bertaring
sekilas mereka agak mirip dengan bangsa vampire. Cho Liorra, gadis itu
menatapku dengan pandangan lapar.
Mataku menggelap,
kemarahan meluap dalam diriku. Angin berhembus dengan kencangnya di lapangan
yang sudah kubekukan, tidak akan ada api. Mereka semua tidak akan menemukan api
di tempat ini.
“Sekarang, My Mistress.
Sekarang!”
Thalia berteriak dengan
kerasnya. Semua pasukanku merapal mantra membuat tubuh mereka tak terlihat dan
lantas muncul di hadapan pasukan Liorra. Mantra-mantra sihir berterbangan di
udara, cahaya-cahayanya membuat lapangan beku ini terang benderang.
Seok Jin sibuk
bertempur. Aku dan Thalia masih meluncurkan tatapan dingin pada Liorra. Setelah
mataku berubah sepenuhnya, aku merapal mantra untuk menyerangnya, gadis itu
mengelak, menimbulkan ledakan di belakangnya, mengubah beberapa pasukanku
menjadi abu dan pasukannya menjadi makhluk dengan api. Api adalah elemen utama
para Shadows. Sihirku terlalu kuat hingga bisa meledak menjadi api.
Gadis itu berlari cepat
menghampiriku, aku memukulnya begitu dia tiba di hadapanku, kami terlibat adu
pukul sampai aku mendengar Thalia kembali berteriak, pasukan-pasukan lainnya
muncul, mengepung para Shadows.
Mereka mengeluarkan
pedang perak, senjata utama mereka, untuk menghadapi pasukanku, penyihir akan
mati dengan pedang perak jika pedang itu
langsung ditancapkan pada jantungnya.
“Senang bisa melihatmu,
Queen. Semuanya akan musnah malam ini. Tidak akan ada lagi, dunia sihir. Aku
akan melaksanakan kutukannya.” Senyuman licik terukir di wajahnya. Kedua
tangannya menyentuh dadaku menekannya dengan keras.
Teriakanku muncul saat
panas luar biasa masuk ke tubuhku. Tawa Liorra menggelegar hingga menghasilkan
petir.
Thalia menyerangnya
dalam sedetik menghilangkan tawa di wajahnya, membuat gadis itu tenggelam dalam
air buatan Thalia. Gadis itu berusaha menahan kekuatannya agar air itu tetap
menyelubungi Liorra.
“Cepat ambil
tongkatnya, My Mistress! Cepat!”
Mataku terpejam, merapal
mantra, tongkat pemusnah muncul di genggamanku. Semua energiku terpusat, semua
emosi, semua elemen yang kukuasai, sihir putih dan hitam berputar-putar keluar
melalui ujung-ujung jemariku mengelilingi tongkat ini, aku merasakan tubuhku
terangkat, petir menyambar-nyambar, langit merah itu menghitam, portal muncul
dari tongkat pemusnah ini, seorang wanita yang kuyakini bernama Persepone itu
melambai dengan senang di wajahnya.
“Ambil semua jiwa
terkutuk itu! Ambil semua keturunan Lucifer dan kurung mereka selama-lamanya di
duniamu. Ambil mereka, Persepone. Ambil mereka!”
Teriakanku menambah
kekuatanku. Portalnya terbentuk dengan sempurna, segera setelah itu semua
Shadows melayang dari tempat mereka berpijak, teriakan marah, rintihan sakit,
erangan memilukan memenuhi telingaku.
“Terkutuk kau, Yoonhye!
Matilah kau!” teriak Liorra.
Tubuhku yang terangkat
jatuh terhempas ke tanah begitu saja saat merasakan sesuatu menembus jantungku.
Ketika mataku terbuka, semua orang berkumpul mengelilingku. Jungkook memangkuku,
memelukku dalam pelukannya. Dia meraung pada Thalia.
“Sembuhkan dia, Thalia!
Kumohon, sembuhkan dia. Aku tidak akan bisa hidup tanpanya, kumohon, kumohon.”
Mataku menangkap pedang
perak milik Liorra yang tertancap di jantungku. Rasa sakit yang sangat menyiksa
membuat air mataku mengalir, ini adalah yang kedua kalinya aku menangis.
“Tidak bisa, My Lord.
Aku hanya bisa menahannya untuk tidak menyebrang, tapi tidak bisa mengembalikan
rohnya ke tubuhnya, kemampuan menyembuhkanku tidak akan berfungsi jika pedang
inilah yang bekerja.”
“Jadi, apa yang harus
kulakukan untuk mengembalikannya!” teriak Jungkook.
Aku merasakan air
matanya jatuh di pipiku. Tangannya memelukku dengan erat.
“Kutukannya, ayah. Kau
harus menghampus kutukannya. Untuk menghapus kutukan, kau harus pergi ke tempat
seseorang bernama Nam Joon. Di literatur sejarah kita, seseorang bernama Nam
Joon itu adalah penyihir yang mampu menghapus kutukan dan menukar roh, hanya
dia satu-satunya yang bisa membantu ibu.” Mi Hi, darimana dia bisa mengetahui
hal itu.
Tubuhku kian lemas,
rasa sakit itu merenggut semua energiku. Tidak lama aku merasakan tubuhku
diselimuti oleh air. Tidak lagi merasakan pelukan dengan berbagai macam emosi
dari Jungkook. Ini sihir Thalia.
“Air ini, akan
membuatnya bertahan, My Lord. Temukan seseorang bernama Nam Joon dan kita akan
selamatkan sahabatku.”
“Dimana kita bisa
menemukannya?” tanya Jungkook.
“Aku tahu dimana kita
bisa menemukannya, Jungkook. Tapi kita harus menyebrangi perbatasan.” Itu suara
Park Jimin.
“Ayah, kita tidak punya
banyak waktu! Temui Nam Joon dan selamatkan ibu atau relakan ibu bertemu dengan
Persepone,” tekan Mi Hi.
“Baik! Kita cari orang
bernama Nam Joon itu sekarang juga!”
Akan
ada seorang Shadow bernama Cho Liorra, dia adalah keturunan Cho Gyu Ri, wanita
yang mengutuk aku dan keturunanku, ketika seorang Dark Queen jatuh cinta maka
saat itu pulalah kematian akan menghampirinya. Kutukan itu, karena aku sudah
merebut kekasihnya Gyu Ri dan
membunuhnya, itulah kenapa Cho Gyu Ri mengutuk aku dan keturunanku. Persepone,
Yoonhye. Hanya dia yang bisa membantumu, wanita penjaga alam kematian itu tahu
benar akan tugasnya. Panggilah portalnya dan musnahkan mereka.
Perkataan terakhir
nenekku sebelum dia menghilang bersamaan dengan portalnya ketika Seok Jin
memanggilnya. Inilah kutukan yang dia maksud.
TAMAT~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar