Sabtu, 03 Oktober 2015

DARK SHADOWS (ONESHOOT SEQUEL DARK QUEEN)

Title                : Dark Shadows
Author            : Valleria Russel/Heni Kurniyasari
Cast                : -   Kim Yoon Hye as Kang Yoonhye
-          Jeon Jungkook as himself
-          Kim Soo Eun as Kang Mi Hi
-          Park Seul as Lee Thalia
-          Kim Seok Jin as himself
-          Park Jimin as himself
-          Park So Ra as Cho Liorra
Genre             : Fantasy, Sequel, Drama, Action, Alternate Universe
Length            : Oneshoot
Rated              : Teens-15
WARNING!!!
OKEYLAH.. INI SEQUEL LAGI DARI SERI DARK PRINCESS YA HAHAHA MUMPUNG ADA IDE LEWAT JADI DIKERJAIN AJA :) MAAP KALO GAJE BIN AJAIB :’) MASIH AMATIRAN HEHE :) SEBELUM BACA YANG INI BACA YG à DARK PRINCESS SAMA DARK QUEEN DULU YA KARENA INI SEQUELNYA :) MAAF JIKA BANYAK TYPOSNYA DAN SELAMAT MEMBACA :)





—Sihir diibaratkan seperti elemen yang saling berdampingan di dalam tubuh, berbentuk emosi yang dilambangkan dengan berbagai macam warna.








“Tidak bisa, Yoonhye! Kau harusnya mengerti, meminta bantuan pada kaum blackwitch adalah saran yang sama sekali tidak bisa diterima oleh kami,” tegas Wooyun.
Dasar hakim idiot! Bisa-bisanya dia tidak mempercayaiku. Apa dia sudah lupa siapa aku dan apa kedudukanku? Aku bahkan bisa memenggal kepalanya detik ini juga.
Tersenyum semanis madu padanya, aku beranjak berdiri dari kursiku, berjalan dengan anggun mengitari mejanya.
“Kupikir kau sudah mengenalku dengan baik, Wooyun, tapi ternyata tidak. Kau pikir kita harus meminta bantuan siapa untuk bisa menghadapi para Shadows itu kalau bukan mereka? Apa kau pikir dengan mengumpulkan semua whitewitch terbaik dari seluruh dunia akan bisa membantu kita menang di medan tempur hah? Kau bodoh! Idiot! Dan tolol! Seorang pemimpin pemerintahan seharusnya berpikir dengan pikiran terbuka, tidak hanya memikirkan harga diri dan egomu sendiri saja! Dunia ini sedang dipertaruhkan dan kau masih sempat-sempatnya memikirkan harga diri dan egomu,” cercahku.
Menarik napas kembali sebelum melanjutkan ocehanku. “Aku adalah bagian dari dua  sisi dunia kita, Wooyun. Jangan pernah lupakan jika di dalam diriku, aku memiliki sebagian kekuatan bangsa blackwitch! Nenekku sudah berjuang selama hidupnya untuk mendamaikan sisi berlawanan yang terjadi pada dunia kita. Mungkin inilah tujuannya, mungkin karena dia tahu suatu saat nanti, kita semua harus bersatu untuk mempertahankan dunia kita tetap aman dari para pemburu. Kedudukanmu lebih tinggi dariku, Wooyun, tapi aku bisa melakukan sesuatu yang akan membuatmu mau tidak mau menuruti semua perintahku,” tekanku padanya.
Mataku menghitam. Sekilas aku melihat ketakutan melintas di matanya. Sisi gelapku tersenyum dengan angkuh.
“Apa yang akan kau lakukan? Aku peringatkan padamu untuk tidak macam-macam padaku, Yoonhye. Kau baru seratus tahun menjabat sebagai Dark Queen, ingat itu baik-baik!” ancamnya.
Kekehan geli keluar dariku begitu mendengar ancaman bodohnya. “Mengancamku uh? Aku bisa melenyapkanmu saat ini juga, Wooyun. Jangan pernah bermain-main dengan emosi serta kesabaranku atau kau akan mati. Sekarang kau hanya memiliki dua pilihan, mati di tanganku atau pergi menghadap ke kerajaan Jung Ho Seok dan sampaikan permintaanku padanya,” tegasku lagi sebelum merapal mantra dan kembali ke istanaku.

Seratus tahun sudah berlalu sejak hari pengangkatanku menjadi pemimpin tertinggi dunia sihir bersama Jungkook. Ini adalah masalah pertama yang harus kuhadapi. Satu bulan yang lalu, Thalia memberitahuku jika sekelompok besar pengacau akan menembus sihir pertahanan dan membatai dunia sihir tanpa ampun.
Setelah mendapat kabar itu dari Thalia aku langsung pergi ke perpustakaan mencoba menemukan sumber yang bisa membantuku mengetahui siapa sekelompok pengacau yang Thalia lihat dalam mimpinya. Sebuah buku dengan judul Dark Shadows berhasil kutemukan setelah menyebutkan berbagai macam kata sandi untuk membuat buku itu datang menghampiriku.
Aku membaca buku tua usang yang kuyakini sudah ada saat nenekku masih hidup. Atau m           ungkin juga diturunkan langsung dari para leluhur Kang.
Mereka dikenal dengan banyak nama. Setiap bangsa yang ada dan hidup memiliki sekelompok pemburu yang akan terus memburu hingga ke akar-akarnya demi mengejar berkah dari Lucifer, pemimpin para Dark Shadows. Dunia sihir sudah mengenal dengan baik kelompok pemburu yang tidak bisa mati ini. Kakekku bahkan meninggal saat menghadapi mereka dan nenekku ikut melepaskan diri dari tanggung jawabnya.
Bangsa vampire memiliki kelompok musuh yang diberi nama Dark Hunter, mereka juga bertugas untuk membasmi bangsa vampire hingga tak ada lagi yang tersisa demi sesuatu yang disebut Red Diamond yang dipegang oleh pemimpin mereka Asmodeus.
Kelompok-kelompok pemburu itu merupakan titisan langsung dari sembilan penguasa neraka, mereka dianugerahi kekuatan yang luar biasa, hingga rasanya mustahil untuk bisa menghadapi mereka.
Bangsa werewolf juga memiliki musuhnya, juga pixy, peri, mermaid, warlock, demon, immortal, dan lain sebagainya. Mereka semua memiliki musuh yang harus dihadapi karena kelompok itu dapat menyerang kapanpun mereka mau.
Untuk dunia yang sudah kupasang mantra perlindungan tingkat satu dan rasanya sangat sulit untuk dipercaya jika mereka bisa menembusnya pun bisa mereka tembus. Wooyun sudah menjelaskannya padaku di pertemuan tadi.
Kepalaku berdenyut memikirkan apa yang harus kulakukan untuk menyelesaikan masalah ini.
“Bae, kau baik-baik saja?”
Lengan kekar Jungkook melingkar di pinggangku, pria itu meletakkan dagunya di atas pundakku.
“My Lord, mereka akan segera datang. Thalia bisa merasakan pergerakan mereka semakin dekat. Ini adalah untuk yang pertama kalinya aku merasa tidak yakin pada kemampuanku sendiri. Sekalipun aku tahu aku adalah penyihir paling kuat, aku tetap merasa tidak yakin pada diriku sendiri kali ini. Kau sudah membaca sendiri buku tua itu, My Lord. Kau tahu seberapa berbahayanya mereka bagi dunia ini dan kita semua,” desisku.
Jungkook mendaratkan kecupan lembut di lekukan leherku. “Mungkin sudah saatnya kau mencoba menggunakan tongkat peninggalan nenekmu itu, My Mistress. Aku yakin kita akan menang dalam pertempuran jika kau menguasai tingkatan sihir sampai ke yang tertinggi. Baik itu yang putih dan juga yang hitam. Biarkan aku yang mengatur pasukan, kita akan mengepung kelompok pemburu itu dari semua arah, tapi untuk itu kita tentu membutuhkan dua orang lagi untuk bisa memimpin pasukan,” jelasnya.
Erangan lepas dari mulutku saat dia menggigit kecil telingaku. “Aku sudah memerintahkan si Wooyun idiot itu untuk menghadap ke kerajaan Ho Seok dan mungkin nanti setelah mencapai keputusan barulah aku bisa menunjuk yang lainnya. Ho Seok adalah blackwitch terbaik di kelasnya. Kau tahukan,” bisikku.
“Tentu, aku setuju pada pilihanmu, lebih baik kita lupakan sejenak masalah persiapan perang ini dan mengambil waktu kita untuk bersenang-senang. Kurasa Kang Mi Hi menginginkan kehadiran seorang adik,” bisik Jungkook di telingaku.
Ah aku lupa pada Mi Hi, dia adalah keturunan murniku melalui Jungkook. Gadis itu sekarang sedang melatih sihirnya bersama Yoon Gi dan Thalia. Yoon Gi adalah pelatih perang di istanaku. Dia sangat bersemangat, sama sepertiku. Dia adalah perwujutanku dalam umur yang lebih muda.
Saat mendengar tentang perang, Mi Hi mati-matian berlatih siang dan malam demi membantuku melawan musuh di medan tempur di umurnya yang keseratus, aku sudah menceritakan semua hal tentangku padanya dan juga pengetahuan lain tentang rahasia keluarga padanya. Dia menerima semua ceritaku, dia juga memiliki hobi mempermainkan hati para pangeran sepertiku dulu.
Aku dan Mi Hi lebih seperti adik dan kakak ketimbang ibu dan anak. Thalia lebih seperti ibu untuknya dibandingkan denganku. Gadis itu sangat menyayangi Mi Hi. Suami Thalia, Kim Seok Jin, kakaknya Taehyung yang sudah kubunuh juga sangat menyayangi Mi Hi.
Mungkin akan lebih baik jika aku menempatkan Mi Hi sebagai pemimpin pasukan jika dia sudah berhasil menguasai sihirnya dengan baik.
Lenguhan nikmat keluar dari mulutku dan Jungkook begitu kami sampai pada puncak untuk yang kesekian kalinya. Pria ini tidak pernah membuatku bosan. Mencintaiku dan membuatku merasa jika cintanya adalah satu-satunya alasanku untuk tetap hidup di dunia ini.
“Kita harus beristirahat dulu sebelum memulai sesi selanjutnya,” bisiknya di dekat telingaku. Aku terkikik senang. Entah ini adalah sesi bercinta kami yang keberapa setelah menikah seratus tahun yang lalu dan aku tidak pernah bosan dengan itu. Dia adalah satu-satunya pria yang tidak pernah membuatku bosan. Priaku, cintaku, hidupku.
“Apa menurutmu ketika mereka datang Mi Hi sudah siap untuk tugas pertamanya?”
Jungkook menarikku, memposisikanku di atasnya lalu memeluk pinggangku dengan erat. Kami saling berpandangan. “Tentu saja, dia adalah keturunanmu, penerusmu. Dia sama sepertimu, cepat belajar, bahkan dia sudah menguasai tahap tiga di umur delapan puluhnya, tahap dua ketika dia sembilan puluh tahun dan tahap satu akan dia kuasai sebentar lagi. Percaya padaku! Pengacau-pengcau itu tidak akan bisa mengusik ketenangan dunia kita selama kau memimpin. Tongkat itu! Dia pasti akan sangat berguna untuk kita,” tegas Jungkook.
Tongkat yang dibicarakan olehnya adalah tongkat sihir peninggalan nenekku. Tongkat itu tersimpan di peti perak agar tidak ada yang bisa menyentuhnya kecuali aku dan Mi Hi. Aku hanya pernah melihat tongkat itu saja, tanpa pernah menyentuhnya atau mempelajari apapun tentang kegunaannya. Apa dia bisa membantu? Aku masih belum tahu dan sama sekali belum mengambil keputusan.
Masalah kali ini, aku seperti menghadapi ujian Negara saja. Kepalaku bahkan terasa nyeri karena terus-terusan memikirkannya.

Setelah memikirkannya berulang kali akhirnya, aku memutuskan  untuk mengikuti saran suamiku itu. Mungkin saja tongkat itu benar bisa membantuku untuk melindungi dunia ini. Sekejam apapun aku, aku tetap menyadari kodratku. Keturunan Kang sudah dianugerahi kekuatan luar biasa dengan takdir yang sama menakjubkannya. Kami istimewa, maka dari itu kami terpilih. Hanya yang istimewalah yang akan terpilih untuk menghadapi ujian.
“Ibu, apa yang akan kita lakukan di sini?”
Aku menatap Mi Hi dengan pandangan beku, dia juga memandangku seperti itu. Setiap melihatnya di depanku, aku seperti melihat diriku sendiri sedang berbicara padaku. Meski Mi Hi memiliki mata dan hidung ayahnya.
“Kita akan menuruti saran ayahmu untuk mencaritahu cara memakai tongkat ini juga kegunaannya. Jika benar benda ini bisa membantu kita memenangkan perang maka kita harus mempelajarinya secepat mungkin dan memanfaatkan situasi sebelum para Shadows sampai di sini,” jelasku.
Mi Hi berjalan mendekatiku, ikut memandang benda kokoh dengan ukiran-ukiran kuno yang tidak kumengerti. Tersimpan dengan anggun di dalam peti perak ini, bersamaan dengan sihir perlindungan yang hanya bisa ditembus olehku dan Mi Hi saja bahkan Jungkook tidak bisa memusnahkan sihir pelindungnya.
Setelah penyerangan Taehyung dulu kepadanya, aku sering memintanya untuk berlatih denganku, Jungkook ternyata memiliki kemampuan yang kurang baik dalam hal pertahanan diri, maka aku mengajarkannya banyak hal yang kutahu. Sekarang, dia sudah berubah menjadi raja penuh karisma dan semua putri yang ada di dunia ini bahkan dengan bodohnya masih mengharapkannya padahal jelas-jelas seorang Jeon Jungkook hanya akan menjadi milik Kang Yoonhye saja. Tidak akan ada yang bisa merampas Jungkook dariku.
“Kurasa, ada sesuatu yang bisa membantu kita, ibu. Mungkin sebuah catatan, buku, jurnal, atau pesan.”
“Itulah masalahnya, Mi Hi. Aku tidak bisa menemukan apapun yang bisa membantu kita untuk dapat menggunakan benda ini. Jika aku mematahkan sihir pelindungnya sekarang maka akan berbahaya untuk kita. Akan ada banyak bangsawan yang gelap mata dan berusaha untuk merebut tongkat ini dariku,” jelasku.
“Mungkin kita bisa meminta bantuan paman Seok Jin. Dia bisa menghubungi penyihir yang sudah mati, Ibu. Kau tahu sendiri, hanya paman Seok Jin saja yang memiliki kekuatan seperti itu. Jika dia mau membantu kita menghubungi nenek, kemungkinan besar masalah kita akan terselesaikan,” cetus Mi Hi.
Ya ampun, bagaimana aku bisa melupakannya! Seok Jin, suami Thalia, kakaknya Taehyung pasti bisa membantu menyelesaikan masalah ini. Dia sudah tahu semuanya, Thalia sudah menjelaskan pada Seok Jin tentang diriku dan juga pembunuhan yang sudah kulakukan pada kedua adiknya, Taehyung dan Yoora seratus tahun yang lalu.
Pada akhirnya, pria itu menerima semuanya dan dia menyayangi putriku seperti Mi Hi adalah putrinya sendiri karena selama mereka menikah, Seok Jin dan Thalia belum juga dikaruniai keturunan.
“Ide yang sangat bagus, Mi Hi. Kau bicaralah pada Seok Jin, dengan cara apapun buat dia mau melakukannya. Ini untuk keselamatan semua penyihir. Tekankan hal itu padanya, kalau perlu bicaralah di depan Thalia juga. Aku mempercayakan hal ini padamu, Honey.”
Mi Hi membungkuk hormat lalu meninggalkanku sendiri masih termenung menatap tongkat sihir ini.
Cukup aneh, setahuku selama ini belum pernah ada satupun penyihir yang memiliki tongkat. Sihir diibaratkan seperti elemen yang saling berdampingan di dalam tubuh, berbentuk emosi yang dilambangkan dengan berbagai macam warna. Setiap elemen itu saling melengkapi satu sama lainnya, berada pada titik-titik yang sama dan seimbang. Jika ada satu dari emosi itu yang tidak stabil maka sihirnya juga tidak akan bagus, bisa berakibat buruk.
Dalam literatur kuno, seorang penyihir dilarang membunuh sesamanya karena itu merupakan dosa besar dan aku sudah melakukan hal itu berulang kali untuk memuaskan napsu amarahku.
Jika ada satu saja emosi yang tidak stabil maka sihir itu akan melenyapkan musuhnya tanpa ampun, apalagi untuk kelasan sepertiku, Jungkook, Thalia, dan deretan penyihir terbaik lainnya, bisa merubah tubuh musuhnya menjadi abu, membakarnya, atau mencairkannya. Dan itu pernah terjadi padaku dulu, aku melenyapkan Taehyung menjadi debu. Itu adalah yang pertama dan terakhir kalinya aku kehilangan kendali diriku hingga emosi dalam diriku meletup dengan kerasnya.

Besoknya, Seok Jin dan Wooyun menemuiku di ruang sidang istana. Aku meminta mereka untuk kemari karena aku sedang malas untuk mengunjungi kementrian.
Mereka berdiri dengan tegang. Aku yakin Mi Hi sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik, dan Wooyun jika dia berani macam-macam denganku maka aku akan benar-benar memenggal kepalanya hari ini.
“Jadi, Wooyun, apa yang ingin kau bicarakan?”
Pria ini menatapku tidak suka. “Lord Ho Seok, bersedia membantu dan katanya dia akan mengumpulkan pasukan sebanyak mungkin untuk membantu mempertahankan dunia kita, My Mistress.”
Senyuman mencongak terukir di wajahku. “Bagus, aku senang mendengarnya. Kau atur semuanya, Wooyun. Dan sekarang, giliranmu, My Lord. Apa kau sudah memutuskan untuk membantuku? Membantu semua orang?”
“Aku melakukan semua ini karena aku menyayangi Mi Hi,” ujar Seok Jin kesal. Dia belum sepenuhnya menerima kenyataan jika aku adalah pembunuh kedua adiknya.
“Aku tahu kau sangat menyayangi putriku itu, My Lord. Wooyun, aku ingin kau urus semua persiapan sekarang. Perintahkan pada Yoon Gi untuk menambah jam latihan semua pasukan mulai hari ini, semua pasukan tanpa terkecuali,” titahku.
Aku bisa merasakannya saat hakim idiot itu memutar bola matanya di belakangku. Jika saja aku tidak membutuhkannya, aku pasti sudah mengakhiri eksistensinya sejak dulu. Perhatianku kembali pada Seok Jin. Menatapnya dengan dingin.
“Aku ingin kau menghubungi Dark Queen I, My Lord. Kita memerlukan bantuannya,” kataku.
“Untuk apa kita menghubunginya, Yoonhye? Aku tidak tahu apakah aku sanggup memanggilnya karena ini tentang pengendalian roh, bisa saja kita mendatangkan orang lain dan itu bisa menimbulkan masalah baru lagi,” jelasnya.
“Kau adalah satu-satunya penyihir yang mampu mengendalikan roh, tidak ada pilihan lain, My Lord. Bagaimanapun caranya kau harus memanggil nenekku,” tekanku.
Pria ini terlihat berusaha dengan keras untuk menahan emosinya. “Baik, kita akan menghubungi nenekmu, tapi jika sesuatu yang nanti datang bukanlah nenekmu, kau harus menanggung sendiri akibatnya.”
“Aku akan menanggung semuanya, My Lord. Kau tidak perlu khawatir.”
Seok Jin berdiri dari kursinya. Keadaan berubah hening. Aku tetap diam, mengusahakan napasku setenang mungkin. Dia memusatkan konsentrasinya, aku bisa merasakan ada begitu banyak emosi yang mengelilingiku. Mata Seok Jin bersinar, dia sedang mengendalikan rohnya untuk bisa mengirim sinyal pada seseorang yang ingin kami hubungi.
Aku tahu tentang betapa langkanya kekuatan yang dimiliki oleh suami Thalia ini. Pengendalian roh adalah sesuatu yang istimewa dan sekaligus berbahaya. Jika kau tidak berhasil, kau akan kehilangan nyawamu, tapi Seok Jin sudah hidup dengan keunggulannya ini sejak lama, aku percaya padanya. Dia akan mengusahakan yang terbaik untuk dunia ini.
Kang Jiyeon. Aku menghubungimu, cucumu ingin bertemu denganmu. Datanglah, Persepone sudah mengizinkanmu untuk kemari. Tunjukkan dirimu, My Mistress.
Lingkaran hitam muncul di hadapan Seok Jin begitu saja, emosi-emosi kian kuat mengelilingiku. Seorang wanita muncul dari portal asing itu dan portal itu hilang bersamaan dengan sihir-sihir yang mulai mereda dan keadaan kembali sama lagi.
Wanita ini memiliki aura yang sama denganku. Dia mengenakan gaun hitam, rambutnya di sanggul dengan anggun. Dia melangkah menghampiriku.
“Senang bisa bertemu denganmu,” katanya.
“Nenek, aku…”
“Jangan katakan apapun, Kang Yoonhye. Aku tahu jika saat-saat seperti ini akan datang lagi. Bangsa Shadows tahu jika dunia kita sudah kembali dipimpin oleh keturunan murniku, maka dari itu mereka akan segera melancarkan perang dalam waktu dekat ini. Aku hanya memiliki waktu lima menit untuk menjelaskan semuanya padamu agar kau tidak terlalu buta nanti. Kau tahu penjaga pintu portal itu adalah seorang wanita paling licik di dunia ini. Sementara aku berada di sini, roh pria itulah yang menggantikanku di sana sebagai jaminan. Jadi, dengarkan aku baik-baik. Bangsa Shadows tidak bisa mati, mereka sudah diberi berkah dari Lucifer. Sebelum menyelesaikan tugasnya mereka tidak akan mati. Tapi yang mereka tidak tahu adalah tidak bisa mati bukan berarti mereka tidak bisa dilenyapkan. Dengan tongkat itu, kau bisa menghubungi portal pemisah dunia, Yoonhye. Kau bisa membuat portal dengan tongkat itu dan mengirim mereka ke Persepone. Dengan begitu mereka tidak akan bisa muncul lagi. Diperang pertama ketika aku memimpin, aku tidak sempat memakainya karena mereka mengetahui kelamahanku, kakekmu. Dan mereka juga mengetahui jika suamimu adalah kelemahanmu, jadi kusarankan padamu, perintahkan Mi Hi untuk memimpin pasukan bersama dengan Jungkook karena gadis itu bisa diandalkan. Kau harus menggunakan tongkat itu dan mempelajari mantranya dari papyrus peninggalanku yang disimpan di bawah petinya. Selamat bertugas, Yoonhye. Jangan lari dari tanggung jawabmu, seperti aku. Aku dan leluhur kita mempercayakan semua ini padamu. Selamat tinggal.” Wanita itu tersenyum dingin sebelum portal itu kembali menelannya.
Mataku teralih menatap Seok Jin, sinar di matanya menghilang dan tubuhnya yang kaku kembali bisa di gerakkan.
Dia memandangku setelah mendapatkan kembali kesadarannya. “Bagaimana? Apakah berhasil?”
Aku mengangguk saja. “Kerja bagus, My Lord. Sekarang aku harus pergi, ada sesuatu yang harus kuselesaikan,” kataku dingin. Setelah merapal mantra, aku menghilang tiba di ruangan tempat peti perak itu tersimpan.
  
Semua kerajaan sudah mempersiapkan pasukan terbaik mereka yang tergabung dalam empat tim inti, dan lima tim cadangan. Mi Hi dan Jungkook memimpin pasukan pertama, aku memimpin pasukan kedua, Ho Seok memimpin pasukan ketiga dan pasukan terakhir dipimpin oleh Park Jimin, aku pernah mengatakan jika dia adalah salah satu dari sekian banyak mantan kekasihku.
Thalia dan Seok Jin akan mendampingiku di pasukan ke dua. Semua persiapan sudah dilakukan. Thalia juga sudah mengabarkan padaku jika kelompok pemburu itu sudah berhasil membobol sihir pelindung yang kupasang.
Aku sudah mempelajari cara menggunakan tongkat itu dan ternyata sihir pada tongkat itu menguras habis tenagaku dalam satu kali membuka portal dan menutupnya. Aku akan menggunakan tongkat di waktu yang tepat dan Thalia sudah kutugaskan untuk membuat tongkat itu tidak kasat mata karena tidak ada yang boleh tahu, jika keberadaan tongkat pemusnah itu diketahui oleh kelompok pemburu maka mereka akan memanggil pemimpin mereka langsung dari nereka.
Napasku memburu saat Jungkook memperdalam ciumannya. Setelah lepas dari semua tentang perang, Jungkook berhasil mengalihkanku dari rasa lelahku dengan mudahnya.
“My Lord, kau tahu kan, jika aku sangat mencintaimu,” bisikku.
“Dan di hatiku, hanya ada kau saja, My Mistress. Hanya kau seorang,” balasnya lalu melanjutkan serangannya di leherku. Tangannya hinggap di mana-mana. Gairah meletup-letup dengan dahsyatnya dari tubuhku bercampur panas dari tubuh Rajaku ini.
“Satu hal yang harus kau ingat, My Lord. Jangan pernah berada jauh dari Mi Hi. Para Shadows tahu jika kelemahan seorang Dark Queen adalah rajanya, maka dari itu, kau harus tetap berada di dekat Mi Hi selama peperangan, Thalia bilang, setelah purnama malam ini, mereka akan menerobos masuk ke dunia kita,” jelasku.
“Aku mengerti. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, My Mistress. Purnama? Itu artinya tinggal beberapa jam lagi,” ujarnya pelan.
Mengecupnya lagi, aku memutar tubuhku, menindihnya, menatapnya dalam. “Ya, Beberapa jam lagi, My Lord. Kekuatan mereka meningkat setelah purnama. Seandainya ada sesuatu yang buruk terjadi, kumohon, tetaplah hidup untuk Mi Hi, My Lord. Aku mencintaimu,” desisku. Mengecupnya keras, berusaha mengalihkan kebingungannya.

Purnama berlalu, semua pasukan sudah siap di tempat mereka masing-masing. Aku, Thalia, dan Seok Jin  membawa pasukan pertama bersama kami berhadapan dengan mata merah para Shadows terkutuk itu. Sedang pasukan yang lain akan mengepung mereka dari semua arah.
Para Shadows itu memiliki mata semerah darah, kulit seputih kertas namun mereka tidak bertaring sekilas mereka agak mirip dengan bangsa vampire. Cho Liorra, gadis itu menatapku dengan pandangan lapar.

Mataku menggelap, kemarahan meluap dalam diriku. Angin berhembus dengan kencangnya di lapangan yang sudah kubekukan, tidak akan ada api. Mereka semua tidak akan menemukan api di tempat ini.
“Sekarang, My Mistress. Sekarang!”
Thalia berteriak dengan kerasnya. Semua pasukanku merapal mantra membuat tubuh mereka tak terlihat dan lantas muncul di hadapan pasukan Liorra. Mantra-mantra sihir berterbangan di udara, cahaya-cahayanya membuat lapangan beku ini terang benderang.
Seok Jin sibuk bertempur. Aku dan Thalia masih meluncurkan tatapan dingin pada Liorra. Setelah mataku berubah sepenuhnya, aku merapal mantra untuk menyerangnya, gadis itu mengelak, menimbulkan ledakan di belakangnya, mengubah beberapa pasukanku menjadi abu dan pasukannya menjadi makhluk dengan api. Api adalah elemen utama para Shadows. Sihirku terlalu kuat hingga bisa meledak menjadi api.
Gadis itu berlari cepat menghampiriku, aku memukulnya begitu dia tiba di hadapanku, kami terlibat adu pukul sampai aku mendengar Thalia kembali berteriak, pasukan-pasukan lainnya muncul, mengepung para Shadows.
Mereka mengeluarkan pedang perak, senjata utama mereka, untuk menghadapi pasukanku, penyihir akan mati dengan pedang perak  jika pedang itu langsung ditancapkan pada jantungnya.
“Senang bisa melihatmu, Queen. Semuanya akan musnah malam ini. Tidak akan ada lagi, dunia sihir. Aku akan melaksanakan kutukannya.” Senyuman licik terukir di wajahnya. Kedua tangannya menyentuh dadaku menekannya dengan keras.
Teriakanku muncul saat panas luar biasa masuk ke tubuhku. Tawa Liorra menggelegar hingga menghasilkan petir.
Thalia menyerangnya dalam sedetik menghilangkan tawa di wajahnya, membuat gadis itu tenggelam dalam air buatan Thalia. Gadis itu berusaha menahan kekuatannya agar air itu tetap menyelubungi Liorra.
“Cepat ambil tongkatnya, My Mistress! Cepat!”
Mataku terpejam, merapal mantra, tongkat pemusnah muncul di genggamanku. Semua energiku terpusat, semua emosi, semua elemen yang kukuasai, sihir putih dan hitam berputar-putar keluar melalui ujung-ujung jemariku mengelilingi tongkat ini, aku merasakan tubuhku terangkat, petir menyambar-nyambar, langit merah itu menghitam, portal muncul dari tongkat pemusnah ini, seorang wanita yang kuyakini bernama Persepone itu melambai dengan senang di wajahnya.
“Ambil semua jiwa terkutuk itu! Ambil semua keturunan Lucifer dan kurung mereka selama-lamanya di duniamu. Ambil mereka, Persepone. Ambil mereka!”
Teriakanku menambah kekuatanku. Portalnya terbentuk dengan sempurna, segera setelah itu semua Shadows melayang dari tempat mereka berpijak, teriakan marah, rintihan sakit, erangan memilukan memenuhi telingaku.
“Terkutuk kau, Yoonhye! Matilah kau!” teriak Liorra.
Tubuhku yang terangkat jatuh terhempas ke tanah begitu saja saat merasakan sesuatu menembus jantungku. Ketika mataku terbuka, semua orang berkumpul mengelilingku. Jungkook memangkuku, memelukku dalam pelukannya. Dia meraung pada Thalia.
“Sembuhkan dia, Thalia! Kumohon, sembuhkan dia. Aku tidak akan bisa hidup tanpanya, kumohon, kumohon.”
Mataku menangkap pedang perak milik Liorra yang tertancap di jantungku. Rasa sakit yang sangat menyiksa membuat air mataku mengalir, ini adalah yang kedua kalinya aku menangis.
“Tidak bisa, My Lord. Aku hanya bisa menahannya untuk tidak menyebrang, tapi tidak bisa mengembalikan rohnya ke tubuhnya, kemampuan menyembuhkanku tidak akan berfungsi jika pedang inilah yang bekerja.”
“Jadi, apa yang harus kulakukan untuk mengembalikannya!” teriak Jungkook.
Aku merasakan air matanya jatuh di pipiku. Tangannya memelukku dengan erat.
“Kutukannya, ayah. Kau harus menghampus kutukannya. Untuk menghapus kutukan, kau harus pergi ke tempat seseorang bernama Nam Joon. Di literatur sejarah kita, seseorang bernama Nam Joon itu adalah penyihir yang mampu menghapus kutukan dan menukar roh, hanya dia satu-satunya yang bisa membantu ibu.” Mi Hi, darimana dia bisa mengetahui hal itu.
Tubuhku kian lemas, rasa sakit itu merenggut semua energiku. Tidak lama aku merasakan tubuhku diselimuti oleh air. Tidak lagi merasakan pelukan dengan berbagai macam emosi dari Jungkook. Ini sihir Thalia.
“Air ini, akan membuatnya bertahan, My Lord. Temukan seseorang bernama Nam Joon dan kita akan selamatkan sahabatku.”
“Dimana kita bisa menemukannya?” tanya Jungkook.
“Aku tahu dimana kita bisa menemukannya, Jungkook. Tapi kita harus menyebrangi perbatasan.” Itu suara Park Jimin.
“Ayah, kita tidak punya banyak waktu! Temui Nam Joon dan selamatkan ibu atau relakan ibu bertemu dengan Persepone,” tekan Mi Hi.
“Baik! Kita cari orang bernama Nam Joon itu sekarang juga!”

Akan ada seorang Shadow bernama Cho Liorra, dia adalah keturunan Cho Gyu Ri, wanita yang mengutuk aku dan keturunanku, ketika seorang Dark Queen jatuh cinta maka saat itu pulalah kematian akan menghampirinya. Kutukan itu, karena aku sudah merebut kekasihnya Gyu Ri  dan membunuhnya, itulah kenapa Cho Gyu Ri mengutuk aku dan keturunanku. Persepone, Yoonhye. Hanya dia yang bisa membantumu, wanita penjaga alam kematian itu tahu benar akan tugasnya. Panggilah portalnya dan musnahkan mereka.
Perkataan terakhir nenekku sebelum dia menghilang bersamaan dengan portalnya ketika Seok Jin memanggilnya. Inilah kutukan yang dia maksud.







TAMAT~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar