Ini cerpen pertama saya dulu, udah jadul bingitss -,- maaf buat keanehan di sana-sini :3
happy reading~
Judul:
GISTLE ANNAWESTLE
Cast: - Gistle Annawestle
-
Edward
Manhole
-
Abigail
Lountner
-
Jack
Richel
Gerne: Romance, Sad
Writer: Heni Kurniyasari
“Cinta, jalan penderitaan yang harus ditempuh
untuk setiap kehidupan”
(aku sanggup melewati jalan penderitaan itu, hanya
dengan berpegang teguh pada sebuah janji)
“Cause I’m your Lady & You are my Man”
Ini Gistle :*
I don’t know if tomorrow has a
day
I don’t know if the rains will
shine my way
All I know is that I’m standing
In a place well my future is like
the skies of L.A
Bulan desember,
tiap tahun di kota ini akan dihujani dan dipenuhi dengan butiran-butiran salju.
Cuaca dingin menyeruak disetiap sudut yang kosong. Tak perduli akan apa yang
ada dihadapannya, gadis itu tetap terpaku pada satu titik arah pandangan,
padahal kenyataannya tak ada apapun dalam pikirannya. Semuanya telah pergi,
melayang meninggalkanmya bersama dengan kehidupan yang kelam ini.
Gadis itu tetap duduk manis
disamping sebuah makam seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya, belahan
jiwanya, nyawanya, jiwanya, nafasnya, lelaki yang telah mengubah hidupnya.
Lelaki yang memiliki semua dalam hidupnya. Lelaki yang sangat ia cintai.
**
New York , 2008
Menyenangkan
sekali, akhirnya aku bisa seragam ‘senior high school’ku dan melangkah ke
sebuah tempat yang baru. Aku adalah mahasiswa baru di Harvard University. Siapa
yang tidak tahu tentang Harvard? Oh
ayolah, itu kampus paling keren dan juga kampus nomor satu di dunia,
benar-benar seperti mimpi yang menjadi kenyataankan??
‘Gist’ itu namaku,
orang-orang memanggilku seperti itu. Gistle Annawistle. Dan itu nama lengkapku.
Siapa yang tidak mengenal keluarga ‘Annawistle’ yang fenomenal? Hhh, sungguh sebenarnya aku bosan dengan
semua ini maksudku apa yang ada dalam hidupku ini meskipun sebenarnya aku bisa
berpoya-poya dengan harta berlimpah yang dimiliki keluargaku. Tapi, semuanya
berubah, berubah pada hari dimana liburan musim dingin dimulai. Kami melakukan
perjalanan panjang menyebrangi samudera Atlantik, jangan salah pikiran dulu,
ini hanya sekedar liburan akhir tahun bukan untuk shooting film Titnic yang ke-tiga.
Aku hanya gadis
biasa yang beruntung dilahirkan dari keluarga yang kaya raya, padahal
sebenarnya aku seperti dikurung di dalam sangkar emas oleh orangtuaku yang
terlalu berlebihan tentang semuanya, tentang hidupku.
Hari itu tanggal 7
Desember 2008.
“Hey Gist, apa
yang sedang kau pikirkan? Ah, jangan
bilang kau sedang memikirkan sejarah lautan yang pernh terjadi diatas Atlantik
ini.”
Abigail, gadis
yang bisa dibilang dia adalah teman dekatku ah
mungkin lebih tepat disebut dengan sahabatku. Aku hanya memandangnya sesaat.
“Tidak, aku hanya
sedang berpikir ingin merasakan betapa dinginnya air dengan suhu -3 derajat
Celsius itu.” Kudengar ia terkekeh pelan
“Kau gila, kau
akan mati jika melakukan hal itu.” Aku tersenyum mendengar ucapannya.
“Kau tahu, Jack
mengajakku makan malam bersama dan bagaimana jika kau menemaniku?” Dia menoleh
ke arahku yang menatapnya dengan tatapan bingung.
“Kau yang gila. Untuk
apa kau mengajakku? Kan kau yang akan makan malam dengannya.” Dia terkekeh
lagi.
“Bodoh! Jack akan
mengajak temannya juga.”
Jack, laki-laki
dari Colombus University yang berhasil membuat sahabatku tergila-gila padanya.
Remaja 17 tahun memang memiliki gairah yang tinggi kepada lawan jenis yang
menarik perhatiannya.
Aku sudah siap
dengan dress bermotif yang melekat di tubuhku, high heels, dan rambut yang kugerai
bebas seperti biasanya.
Kami berjalan
menuju restoran kapal ini, oh ya
kapal yang sedang kami tumpangi ini adalah revolusi terbaru dari kapal uap
paling bersejarah, Titanic. Nama kapal ini adalah ‘The Pearl of Titan’
semuanya jauh lebih canggih daripada Titanic yang pernah tenggelam di tempat
ini maksudku, Atlantik. Sekarang perjalanannya adalah dari New York ke London,
Inggris.
“Hey, kenalkan ini
Edward. Edward Manhole, dia temanku.” Jack tersenyum padaku dan Abigail. Kami
saling menjabat tangan.
“Kenalkan juga ini sahabatku,
Gistle Annawestle.” Aku tersenyum pada mereka berdua.
Itulah awal dari sejarah kisah cinta yang
panjang. Awal dari jalan hidup yang akan kulalui sampai ke masa depan.
Cinta, semuanya
mengubah hidupku, seorang Gistle Annawestle. Pria itu, pria yang begitu
membuatku jatuh hati padanya, membuatku selalu memikirkannya. Hidupku jadi
lebih berwarna akan semuanya, perubahan yang ia bawa begitu besar. Aku sangat
menggilainya, aku mencintainya, membutuhkannya, aku tak bisa jauh darinya sosok
pria itu sudah merasuk terlalu jauh dalam sumbu roh kehidupanku. Tuhan
menciptakannya dalam sebuah kesempurnaan yang membuatku tak bisa berhenti
mengguminnya, tak bisa berhenti untuk mencintainya. Dia membuatku melihat hidup
dengan sebuah mata yang selama ini tak kupikirkan akan ada. Dia membuatku
mengerti jika kesempurnaan dan kasih sayang tak harus di dapat dengan kemewahan.
Dia yang membuatku tahu jika kebahagiaan bisa di dapat hanya dengan cara yang
begitu mudah, hanya dengan menjadi sederhana.
**
London, Inggris 2008
Hari-hari
selajutnya, tanggal 17 Desember 2008. Kejadian itu, kejadian tragis yang
merebut nyawanya, nyawa kekasihku. Pria yang selalu aku kagumi dan selalu
membuatku merasa sempurna jika berada disisinya.
Begitu tiba di
Inggris, aku tak tahu jika momy dan dady telah mengetahui tentang Edward.
Mereke mengirim seseorang untuk menembak Ed dan saat itulah, aku kehilangan
semuanya. Nyawaku, hidupku, jiwaku, aku tak sempurna tanpanya, aku terlalu
mencintainnya. Aku tak pernah berpikir jika kebahagiaan itu akan berakhir
begitu cepat.
Perasaanku begitu
berkecamuk melihat seseorang yang aku sayangi, aku cintai dengan segenap jiwaku
telah pergi, melepas nafas terakhirnya di hadapanku, di depan mataku.
“Kau. Aku mencintaimu
Gist, aku mencintaimu. Maafkan aku tak bisa menepati janji kita, kau harus
berjanji satu hal padaku Gist.”
Oh tuhan, sungguh
aku tak mampu lagi membandung air mataku ini, kau tahu aku begitu
mencintainnya. Aku terlalu menyayanginnya, buliran-buliran air itu basah
mengalir deras membasahi wajahku.
“Apapun itu,
kumohon, Ed. Kumohon jangan tinggalkan aku. Aku tak bisa, tak bisa tanpamu. Kumohon.”
Dengan erat kugenggam tangannya yang mulai melemas
“Kau harus
berjanji padaku Gist, jadilah seorang ibu untuk anak-anakmu dan istri untuk
suamimu. Kumohon berjanjilah untuk mengingatku disetiap kali kau bernafas.” Air
matanya mengalir membasahi wajahnya yang begitu pucat menahan sakit.
“Bertahanlah, aku
akan memanggil team medis.” Aku
berusaha untuk merogoh saku celana jeans-ku.
“Tidak, kumohon,
jangan lakukan itu, semuanya akan percuma Gist, ak..aku..menc..cintai..mu”
“Ed … Ed … Wake up .. please Wake up , Nooo
Ed….”
**
Kejadian yang takkan kulupakan dalam hidupku,
sejarah kisah cinta yang pernah dianugerahkan tuhan padaku. Hari itu tepat di
pelabuhan itu aku kehilangan sebagian hidupku, penyempurna yang telah melayang
pergi tanpa sempat menyampaikan batin kecil ‘betapa aku mencintainnya, betapa aku membutuhkannya’ semuanya
berakhir!
Setelah hari itu,
aku anggap semuanya berakhir. Hatiku terkunci untuk yang lainnya. Hanya tukang
kayu itu, hanya Edward yang memilikiku sepenuhnya, seluruhnya. Aku tak perduli
apa pun dia, siapa pun dia, sekalipun dia hanya seorang tukang kayu yang miskin
serta serba berkecukupan yang terpenting bagiku adalah cintaku, cintaku padanya
yang membuatku masih berpegang teguh dengan sebuah janji tulus yang diikrarkan
seorang lelaki padaku. Meskipun jiwaku dilanda badai petir yang meremukkan keseluruhan
dari sosokku, Gistle Annawestle.
Aku sempat
mengalami konflik besar dengan orang tuaku, jasad Ed telah dikuburkan di Los Angeles,
dan aku melarikan diri kembali ke New York dengan The Pearl of Titan, di atas
kapal uap yang merupakan revolusi dari Titanic. Mungkin ini kisah cinta Jack
dan Rose yang merupakan tokoh fiksi dari film Titanic karya James Cameron,
maksudku ini adalah kisah cinta yang sama-sama terjadi dan disaksikan oleh
Samudera Atlantik.
Malam ini aku
kembali keluar dari kamarku yang berada di kelas VIV kapal ini. Berjalan dengan
piyama tidurku ke ujung deck kapal. Merentangkan kedua tanganku, menutup mata
dan menikmati angin musim dingin yang menerpa tubuhku malam ini. Mungkin suhu
saat ini -0 derajat celcius. Seandainya Ed ada disini, di sampingku, memelukku.
“Cinta jalan penderitaan yang harus
ditempuh untuk setiap kehidupan.”
“Apapun itu asalkan kau bersamaku.”
Aku sanggup melewati ‘jalan
penderitaan’ itu hanya dengan berpegang teguh pada sebuah janji.
Aku teringat
perkataannya hari itu, hari dimana kami resmi menjadi sepasang kekasih yang
memiliki cinta dalam sebuah keabadian.
Cause I’m your Lady and you are my Man
** 2 tahun kemudian
Los Engeles 2010
Hari ini tanggal
13 Mei tepat dimana Ed berulang tahun. Aku telah ada di makamnya untuk
merayakan ulang tahunnya yang ke-24. Lihat!, cintaku takkan pernah terhapus,
entah itu oleh jarak maupun waktu.
“Ed, Happy Birthday. Semoga kau bahagia
disana. Aku mencintaimu. Masih dan akan selalu mencintaimu.”
Akan kupegang
teguh janjiku padamu dan jika nanti aku bertemu dengan seseorang aku akan
menepati janjiku Ed, janjiku padamu.
Bisikan-bisikan di
pagi pecinta
Sekarang saat aku melihat matamu,
aku berpegang pada tubuhmu dan merasakan setiap gerakkan yang kau buat,
Suaramu hangat penuh dengan kasih
yang tak bisa kutinggalkan.
Karena aku wanitamu dan kau priaku,
aku melakukan semua yang ku bisa.
Hilang adalah
bagaimana aku merasa berbaring dalam pelukanmu saat dunia luar terlalu banyak
untuk mengambil bahwa semua berakhir saat aku bersamamu.
Suara detak jantungmu terdengar
dengan jelas, timbul perasaan bahwa aku tak bisa pergi jauh. Kau sedang menuju
untuk sesuatu, suatu tempat yang tak pernah kulihat, kadang-kadang rasa takut
itu menerpaku tapi aku siap belajar dari kekuatan cinta.
-semuanya tak seberat yang kau pikirkan
hatimu akan menjawab semuanya, kehidupan itu tak berhenti hanya karena
kehilangan sekalipun itu adalah seorang belahan jiwa. Simpanlah dia dalam hati,
cintailah dia disetiap hembus nafas dan detak jantungmu, jangan pernah lepaskan
dia dari dekapanmu-
Gistle Annawestle