WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam
proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca
yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran
disana-sini. Happy Reading!
BAB 8
Cahaya
matahari mengenai wajahku, membuatku mengernyit dan hari baru sudah tiba.
Niatku untuk merenggangkan tubuh hilang saat sadar jika sekarang tubuhku bahkan
tak bisa bergerak, Jung melilitku seperti tanaman rambat. Hangat tubuhnya
membuatku berkeringat. Dingin AC-nya tidak terasa. Mataku melirik jam di meja
kecil disamping tempat tidurku dan sekarang sudah jam setengah tujuh.
Mataku
nyaris tertutup kembali saat tiba-tiba tubuhku menegang, hari ini Jung akan
pergi ke Jepang dengan penerbangan pagi, sekarang sudah jam setengah tujuh.
“Hey,
Bodoh! Bangunlah, ini sudah pagi! Kau bisa ketinggalan pesawat.” Aku mendengar
erangan malasnya, dan lilitannya kian mengerat, ya Tuhan aku bisa kehilangan
napasku. Dia melilit seperti ular.
Dengan
keras, aku mencoba melepaskan diri darinya, benar dugaanku jika Jung adalah tukang
tidur, dia bahkan tidak mengindahkan ucapanaku tadi. “Hey, Jung! Bangun! Kau
harus pergi ke Jepang hari ini kan! Hey!”
Aku
berteriak hingga dia melepaskan lilitannya pada tubuhku, membuatku dapat
bernapas dengan lega.
“Ini
masih pagi, kenapa kau sudah berteriak seperti itu?”
Aku
memutar bola mataku, menyingkir dari tempat tidur dan mengambil air di kamar
mandi, aku akan membasahi wajahnya biar dia bangun dari mimpinya. Entah apa
yang dia impikan sampai sulit untuk move
on dari tempat tidurku.
Aku
memercikkan air ke wajah Jung dan berteriak di depan wajahnya. Reaksinya lebih
hebat dari pada yang kubayangkan sebelumnya, dengan gerakan cepat dia terduduk
dengan mata melotot. Aku yakin dia akan mengalami pusing setelahnya.
“Cepat
bangun, Tuan Pemalas! Kau akan ketinggalan pesawat nanti. Mandilah, pakai
apapun yang kusediakan karena aku tidak memiliki baju pria selain yang dibeli
oleh Taehyung Oppa waktu itu. Aku
akan membuatkanmu sarapan dan apa aku harus ikut mengatarmu ke bandara juga?”
“Ya
Tuhan, aku tidak percaya jika semalam aku tidur dengan monster sepertimu! Mana
ada gadis yang membangunkan pacarnya dengan cara sebrutal itu. Kau benar-benar
gadis mengerikan!”
Aku
terkekeh melihat wajah kesal campur mengantuknya. Seandainya dia tidak pergi,
aku tentu lebih memilih bermalas-malasan di sini bersamanya, tapi aku harus
masuk sekolah hari ini, mungkin di kelas berikutnya.
Menunduk,
mengecup pipinya. “Selamat pagi,” bisikku.
Aku tersenyum lebar dan melimbai meninggalkan
kamarku.
Mie
buatanku akan membuatnya merasa lebih baik hari ini, ya Tuhan, harusnya dia
tidak pergi di saat seperti ini, lagipula apa sih yang dia kerjakan di Jepang
sampai harus selama itu?
Dia
bahkan baru menyatakan perasaannya padaku kemarin dan hari ini dia sudah akan
meninggalkanku. “Aku tahu kau sedang menggerutu dipikiranmu saat ini.” Aku
tersentak saat mendengar suara Jung di balik punggungku.
“Tunggulah,
aku akan menghidangkan ini di meja.”
Membawa
dua piring untuk kami dengan pancake serta botol saus.
“Jung,
apa kau benar-benar harus pergi?”
“Aku
harus pergi dan mendapatkan uang, jadi aku bisa menghidupi diriku sendiri.”
“Jadi
ini soal uang? Aku bahkan tidak bisa membayangkan berapa nominal nol di dalam
rekening bankmu.”
“Kau
harus memahaminya, Yoora. Ini adalah pengalihan, ini adalah caraku untuk
mengalihkan perhatian dari semua masalahku,” ujarnya.
Tentu
saja, dasar bodoh! Harusnya aku mengeti itu. Aku mengangguk, tak lagi mencoba
untuk menanyakan apapun padanya. Kurasa itu akan percuma toh aku tetap tidak
bisa menahannya pergi.
Kami
menyelesaikan sarapan lebih cepat tanpa percakapan apapun lagi, aku bahkan
bersiap-siap lebih cepat dari biasanya dan kami langsung bergegas menuju
bandara. Lucunya, aku membawa supirku dan Jung menaikki mobilnya sendiri.
Karena ketika pulang nanti aku akan
langsung ke sekolah.
Dua
puluh menit kemudian kami tiba di bandara, aku mengernyit bingung saat melihat
keadaan bandara hari ini, ramai sekali, mayoritas gadis-gadis membawa poster
dan berteriak-teriak tentang sesuatu yang tidak kumengerti. Aku terkejut saat
melihat Jung dengan penampilan tertutup lagi, sama seperti waktu pertama kami
bertemu.
Dia
merangkulku, menenggelamkan wajahku ke dadanya dan menarikku untuk berjalan
bersamanya. Aku mendengar seseorang berbicara dan mengantar kami lewat pintu
lain.
“Sebenarnya
apa yang terjadi? Mengapa ada begitu banyak gadis diluar sana? Apa Justin
Bieber akan konser di Seoul?”
“Apa
kau pikir hanya Justin Bieber saja pria di dunia ini yang akan dikerubuni
banyak gadis seperti itu? Mereka sedang menunggu idola mereka, dan itu adalah
artis dari Korea bukan Justin Bieber.”
Aku
cemberut padanya, akukan hanya bertanya, mengapa dia sensitive sekali?
“Jangan
bertengkar denganku, jika kau membuatku kesal aku tidak akan menghubungimu
selama satu minggu.” Aku mencibir padanya. Mana mungkin dia tahan tidak
menelponku selama seminggu!
“Coba
saja! Begitu kau kembali, kau akan melihatku menggandeng pria lain nanti!”
ucapku jahil.
Dia
memukul pelan kepalaku. “Akan kubunuh kau!”
Aku
keluar dari pelukan Jung ketika kami tiba di ruang tunggu. Semuanya sudah ada
di sini. Taehyung nyengir padaku, menatapku dengan tatapan menggoda yang
terlihat menggelikan.
“Apa?
Kenapa menatapku seperti itu?”
“Aku
yakin sesuatu telah terjadi di antara kalian berduakan? Sekarang tidak mungkin
meminta pajak jadian pada kalian, tapi ketika kami pulang nanti, aku akan
menagihnya. Aku pastikan itu! Tapi, aku senang akhirnya, dia berani mengakuinya
dan kau tidak lari. Yoora, aku dan yang lain berharap kau tidak pernah lari
darinya. Karena dia buta untuk mengejar, dia tak tahu bagaimana caranya
mengejar, maka dari itu jangan lari.” Taehyung tersenyum lebar padaku,
memelukku singkat.
“Hey,
Ms Amerika, sampai bertemu tujuh hari lagi ya! Aku tidak mau tahu, kau harus
menjemput kami nanti!” Jimin memelukku juga dan satu per satu dari mereka
memberikanku pelukan perpisahan. Aku terkejut saat melihat Seo Jin tersenyum
padaku dan ikut memelukku, apa dia sudah tidak membenciku lagi?
“Maafkan
aku untuk semua hal yang sudah terjadi beberapa hari ini. Aku yakin Kookie sudah
menjelaskan semuanya padamu. Dia sudah seperti adikku sendiri, jika ada gadis
asing yang berani menyakitinya lagi, aku akan memberinya pelajaran. Tapi aku
yakin, kau bisa dipercaya. Kami semua mempercayaimu.” Aku mengalihkan tatapanku
pada yang lain dan mereka tersenyum senang padaku.
Aku
membalas senyuman mereka semua dan merasa begitu bahagia karena mereka dengan
begitu terbuka menerima kehadiranku. “O ya Ms Amerika. Aku akan sangat
merindukan kopi buatanmu.” Mereka semua tertawa mendengar nada suara Taehyung.
Panggilan
pesawat yang akan mereka naikki sudah terdengar, sekarang adalah waktu berpisah
yang sebenarnya.
“Kami
akan masuk lebih dulu, kami mengerti, pasangan baru yang sedang kasmaran ini
harus diberi waktu lebih lama.” Ho Seok terkekeh lalu berjalan meninggalkanku
dan Jung menyusul yang lain.
“Jadi,
mau berhenti bertengkar dan akan menelponku kan?”
“Lihat,
sekarang siapa yang memohon untuk ditelpon? Kau harusnya tidak membuatku kesal.
Kita tak akan bertemu selama tujuh hari.”
“Ya
ya, aku tahu, aku minta maaf. Tapi bisakah lepaskan maskermu? Harusnya kau
memberikanku ciuman perpisahan dan juga pelukan.” Jung tersenyum geli dibalik
penutup mulut itu.
Dia
melepas satu sisi maskernya dan membiarkan yang lainnya tergantung di
telinganya. Merangkul pinggalku dan tanganku melingkar di lehernya. Aku tidak
seperti ini dengan kekasihku dulu, tapi siapa yang peduli begitu aku lulus dari
high school tiga bulan lagi aku akan
mendapatkan angka tujuh belasku.
Dan
aku mencintai pria menyebalkan ini. Aku pasti akan sangat merindukannya. Jung
mengecupku lembut, sepuluh detik, suasana magis diantara kami tercipta lagi,
aku selalu suka rasanya, ribuan kupu-kupu memenuhi perutku, sengatan-sengatan
yang membuatku lemas. Kepingan puzzle-ku,
pusat duniaku. Jung-ku.
“Apa
itu cukup?” bisiknya di depan wajahku.
“Untukku,
iya. Tapi aku yakin itu tidak cukup untukmu kan?”
Dia
terkekeh pelan dan mengecupku sekali lagi. “Kalau kau terus merasa kurang, kau
akan ketinggalan pesawat dan menghilangkan nominal uang yang akan kau dapatkan
di Jepang.”
Suasana
magisnya hilang dan dia menjauh dariku, memakai kembali maskernya. Dia
memelukku erat. Pelukkannya adalah rumah untukku. Semoga perasaannya padaku
adalah rumah untuk hatiku juga.
“Sampai
bertemu minggu depan, belajarlah yang rajin, jangan terlalu dekat dengan Jin
Hwa. Jauhi Euna. Hindari segala hal yang dapat membuatmu ada dalam masalah. Aku
akan merindukanmu.” Dia mengusap kepalaku dan itu adalah cara yang diinginkan
semua gadis untuk mendapatkan kembali mood
baiknya, cara paling ampuh untuk membuat seorang gadis berbunga-bunga juga.
“Siap,
Kapten!”
Jung
berjalan meninggalkanku dengan langkah kaku khasnya. Aku memperhatikannya
hingga dia memasuki pesawat dan menunggu hingga pesawatnya lepas landas.
“Nona,
Anda akan terlambat ke sekolah jika kita tidak pergi sekarang.” Suara supir
pribadiku mengembalikanku ke kenyataan. Aku berjalan dengan lemas mengikutinya.
Semangatku untuk belajar hilang sudah. Lenyap begitu saja. Pria itu, dia sudah
memengaruhiku begitu banyak.
Seperti
yang telah kuprediksikan kalau aku hanya bisa mengikuti kelas ke dua dan
meninggalkan kelas pertamaku hari ini. Mengingat jika kemarin aku bolos dengan
pacarku, itu berarti tugas yang harus kuselesaikan menjadi dua kali lipat. Ya
ampun, sepanjang malam aku akan berkencan dengan buku, kertas, dan angka-angka
yang super menyebalkan.
“Kenapa
kau tidak masuk di jam pertama?”
“Aku
harus mengantar Jung ke bandara.”
Hari
ini aku duduk di samping Jin Hwa, aku sudah memikirkan ini, kalau aku akan
tetap berteman dengan Jin Hwa dan menjauhi Euna adalah keputusan terbaik. Aku
masih perlu bertemu Mr Choi dan meminta kejelasan padanya mengenai keberadaan
ayahku.
“Sampai
seperti itu? Kau perhatian sekali padanya ya.” Aku tersenyum membalasnya.
“Tentu
saja, dia adalah pacarku, Jin. Dia pacarku!”
Aku
melihatnya membatu sesaat. “Pacar? Apa maksudmu dengan pacar?”
“Ya,
kami baru saja meresmikannya kemarin. Jadi, kau bisa mengatakan pada pacarmu
kalau aku bukanlah suatu ancaman untuk hubungan kalian. Aku mencintai pacarku.”
“Tidak,
bukan seperti itu! Aku yakin Jungkook itu sudah mengatakan semuanya padamu. Aku
akui aku memang salah waktu itu karena dengan diam-diam mendekati Euna. Aku tidak
bisa, dia begitu manis dan baik hati. Tapi ayahku tidak pernah menyukainya,
itulah mengapa ketika dia mendengar gosip itu dia marah besar padaku dan
padamu. Bagaimana bisa ayahku berlaku tidak adil padanya? Dia merasa sudah
cukup diperlakukan tidak adil oleh ayahnya sendiri dan mendapatkan hal seperti
ini dari ayahku itu adalah pukulan yang sangat keras untuknya.”
Aku
termenung mendengarkannya. Ya, itu pasti sangat sulit untuk Euna. Tapi tetap
saja dia telah menyakiti Jung. Mungkin sekarang, aku sudah tidak bisa
menyalahkannya lagi untuk apa yang sudah terjadi di masalalu mereka.
“Aku
tidak apa-apa, Jin. Jung sudah membuatku merasa lebih baik. Aku memaklumi apa
yang terjadi kemarin dan ngomong-ngomong, kapan aku bisa bertemu dengan Mr Choi
lagi?”
“Entah,
biasanya dia akan santai saat akhir pekan. Jika kau ingin menemuinya, kau bisa
menghubungiku. Aku akan membawamu ke rumah,” ujarnya.
Aku
mengangguk setuju. “Tentu, itu ide yang sangat bagus. Aku akan berkunjung ke
rumahmu akhir pekan nanti bersama dengan saudaraku. Dia akan datang besok
lusa.”
“Apa
dia Jessica?”
“Seingatku
aku tidak memiliki saudara lain selain dia.” Jin Hwa nyengir bodoh padaku.
“Ya,
itu bagus sekali. Aku akan mencoba untuk menarik perhatiannya.”
“Oh
berhentilah berusaha untuk menjadi seorang bajingan, Jin. Atau kau akan tahu
bagaimana rasanya dipukul dan kau akan mendapatkan hidungmu patah nanti.”
“Ya
ampun, aku lupa kalau kalian adalah species
gadis mengerikan dan setiap pria harus berhati-hati.”
Kami
terkekeh dan langkah kakiku terhenti saat seorang gadis yang kurasa aku pernah
melihatnya berjalan cepat menghampiriku. Aku memperhatikan wajahnya dengan
seksama, mencoba mengingat dimana aku pernah melihatnya.
“Tidak
perlu berpikir dengan keras, aku bisa memakluminya jika kau melupakanku. Aku
adalah gadis yang kemarin berteriak jika privasi kau dan Kookie akan aman. Kau
ingat?”
Ah,
iya. Dia gadis yang berteriak waktu itu. Aku tersenyum lebar padanya. “Maaf,
aku tidak bermaksud untuk melupakanmu.”
“Tidak
apa. Apa kau sedang sibuk sekarang?”
Aku
melirik Jin Hwa dan dia tersenyum padaku. “Kalau begitu aku akan menemui Euna
sekarang. Dah.”
Aku
melihatnya berjalan menjauh lalu kembali menatap gadis cantik ini. “Baik,
sekarang apa yang ingin kau beritahukan padaku.”
“Tidak
di sini, akan lebih nyaman kalau kita ke atap.” Aku mengangguk menyetujui
usulnya.
Angin
kencang berhembus menerbangkan rambutku, di sini begitu damai. Dan memiliki
memori tersendiri untukku. Seandainya dia ada di sini. Apa yang sedang
dilakukannya sekarang? Apa dia sedang memikirkanku juga? Padahal belum sampai
satu hari aku berpisah dengannya.
“Pertama
sebelum aku mengatakan sesuatu padamu. Aku akan memperkenalkan diriku dulu.
Namaku Lee Hye Ni. Aku dari kelas yang sama dengan Euna. Kami bersahabat cukup
lama, sejak kami di sekolah dasar. Kemarin, aku tak sengaja melihat ketika Euna
membentakmu dan mengatakan sesuatu yang buruk padamu. Selama persahabatan kami,
dia selalu membagi segala hal denganku, aku memang jarang bertegur sapa
dengannya saat di sekolah dan Kookie sendiri pasti tidak mengetahui tentang
pertemananku dengan Euna. Aku mengetahui semua hal tentangnya bahkan juga
tentang ayahnya dan gosip tentang keluarganya yang menyeruak ke permukaan dua
minggu terakhir.” Dia berhenti dan menghela napasnya. Menatapku yang masih
menunggu kelanjutan ceritanya.
“Aku
kesini untuk mewakilinya meminta maaf padamu. Kau tahu, sebenarnya dia adalah
gadis yang baik. Keadaanlah yang merubahnya menjadi seperti ini, bahkan Jin Hwa
sendiri tahu itu. Itulah mengapa dia masih mempertahankan hubungannya dengan
Euna karena dia tahu Euna tidak pernah berubah, dia hanya mencoba untuk
terlihat baik dan bahagia, tidak ingin menunjukkan pada siapapun tentang betapa
menyedihkan kehidupannya.” Gadis bernama Hye Ni ini kembali berhenti. Memberi
jeda, cukup lama, sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
“Aku
adalah saksi di saat kenyataan jika ayahnya telah berkhianat dari ibunya dengan
memiliki anak lain selain Euna, aku ada di sana, saat keluarganya hancur dalam
waktu singkat. Reputasi ayahnya sebagai seorang presiden akan hancur jika gosip
itu berubah menjadi fakta. Euna, sudah memutuskan untuk tidak pernah menganggap
Mr Kim adalah ayahnya sejak saat itu. Dan ibunya meninggal tak lama kemudian,
dia menjadi sendirian, selain aku, dia tidak memiliki siapapun lagi. Tapi
ketika masuk ke sekolah ini, dia mengenal Jin Hwa, dan lebih dulu mengenal
Kookie memang. Aku tahu kalau Kookie menyukai Euna, tapi Jin Hwa berhasil
mendapatkannya lebih dulu. Awalnya Euna kira dengan memiliki Jin Hwa sebagai
kekasihnya dan Kookie sebagai sahabatnya itu akan mengembalikan lagi
kesempurnaan dalam hidupnya yang telah lama lenyap, tapi Kookie menyakiti Jin
Hwa, itu membuat Euna marah dan kecewa. Dia memutuskan untuk tidak akan pernah
berbicara lagi dengan Kookie. Aku saksi dari segala hal yang terjadi diantara
mereka, Yoora. Dan kau akan terkejut ketika kau mengetahui rahasia besar apa
yang mereka semua sembunyikan darimu. Aku tak bisa menjadi begitu lancang
mengatakannya padamu, baik itu tentang Kookie ataupun tentang Euna, Jin Hwa dan
Mr Choi dan ….ibumu! Tujuanku menemuimu hanya untuk meminta maaf atas nama
sahabatku dan jika boleh aku ingin meminta sesuatu padamu.” Aku mengangguk
pelan, aku tak tahu apa yang harus kukatakan.
“Pergilah
dari kota ini! Pindahlah dan lupakan semua yang pernah menjadi tujuanmu kemari.
Aku tidak ingin menyaksikan apapun lagi, kau adalah gadis yang baik, kau adalah
gadis yang penuh dengan cinta dan kasih sayang sama seperti Euna-ku, tapi
kumohon pergilah dan bukalah lembaran yang baru. Kumohon! Jika kau bersedia
mengabulkannya, aku akan merasa sangat senang,” ucapnya dengan mata yang
berkaca-kaca.
Kepalaku
berdenyut. Sungguh, aku sulit mengerti semua yang gadis ini katakan. Dia
terdengar seperti sedang berusaha untuk menyelamatkanku dari badai besar. Apa
yang sebenarnya terjadi?
“Maafkan
aku. Tapi aku tidak berniat untuk mengganggu kehidupan siapapun, aku hanya
ingin mencaritahu siapa ayahku. Mengapa dia membuangku? Apakah itu salah? Kau
tidak akan mengerti sebelum kau berada diposisiku. Lalu bagaimana bisa kau
memintaku untuk pergi bahkan sebelum aku dapat mengetahui apapun.”
“Tidak,
Yoora. Aku yang seharusnya meminta maaf, aku hanya tidak ingin kau menjadi
seperti Euna. Tersakiti, jika kau tidak mau pergi, itu adalah keputusanmu. Dan
itu berarti sekali lagi, aku akan menyaksikan badai lagi.” Dia membungkuk
padaku lalu berjalan cepat meninggalkanku yan berdiri mematung bersama angin
yang berhembus dengan kencang.
Mengapa
ada begitu banyak rahasia dalam hidupku? Mengapa aku harus melwati semua ini?
Mendadak aku merasa harus menyerah dan menuruti permintaan gadis itu untuk
pergi dan melupakan apapun yang sudah terjadi. Tapi sebagian dari diriku
bersikeras untuk tetap bertahan dan melihat apa yang Tuhan akan lakukan
selanjutnya. Gadis bernama Hye Ni itu bilang kalau dia tidak ingin melihatku
menjadi seperti Euna, apa hubungannya? Aku tidak sama dengannya. Aku bahkan tidak
pernah ingin menjadi sama dengan siapapun. Biarlah aku menjadi aku.
Mengapa
niatku untuk mencari ayah kandungku harus melalui jalan seperti ini? Mengapa
aku tidak bisa langsung bertemu dengannya dan menanyakan apapun yang ingin kutanyakan
padanya, atau setidaknya melihat rupanya seperti apa. Tidak, aku tidak bisa
menangis lagi. Sudah cukup! Aku tidak akan membuang-buang air mataku lagi untuk
hal yang sia-sia.
*****
Akhir
pekan ini aku sudah memiliki banyak rencana. Tentu saja, nanti siang aku akan
menjemput Jessy di bandara, lalu malamnya, kami akan makan malam di rumah Mr
Choi. Dan kuharap nanti malam aku bisa mengetahui siapa ayahku, entah kenapa,
ada sesuatu dalam diriku yang mengatakan kalau Mr Choi tahu siapa ayahku hanya
saja dia sulit untuk mengatakannya. Aku tak mengerti kenapa, mungkin saja
perasaanku itu benar.
Sudah
dua hari ini, aku berhubungan lewat telepon dengan Jung. Dia bilang dia sangat
merindukanku dan seandainya dia bisa pulang tanpa harus menunggu selama lima
hari lagi. Kami melepas rindu lewat telepon dan terkadang bercanda lewat skype. Aku juga sangat merindukannya.
Tidak ada yang menggangguku dan itu sangat tidak enak. Mungkin karena aku sudah
terbiasa dengan dia. Ditelepon kadang kami bertengkar juga, dia akan mematikan
sambungannya dan beberapa detik berikutnya dia akan kembali menelponku lalu
meminta maaf. Jung ternyata lebih manja saat dia sedang berada jauh dariku. Dia
benar-benar bersifat kekanakan.
Oya,
aku juga bercerita padanya tentang kejadian di atap tempo hari. Di saat gadis
bernama Hye Ni itu menceritakan sesuatu padaku. Jung bilang, mungkin gadis itu
mengetahui sesuatu tentang rahasiaku itu, tentu, aku juga cukup yakin akan hal
itu. Aku juga sudah mengatakan padanya kalau malam ini aku akan makan malam di
rumah Mr Choi dan itu artinya ada Jin Hwa, dia cemberut awalnya dan ketika aku
mengatakan padanya kalau ada Jessy juga bersamaku barulah dia mengizinkanku
pergi. Lihatkan, saat berada jauh dariku, dia begitu manja, tapi ketika dia di
sini, akulah yang manja.
Satu
lagi, Jung juga mengatakan kalau gadis bernama Hye Ni itu pernah memiliki
hubungan dengan Taehyung. Awalnya, aku tidak percaya. Tapi setelah Jung
menjelaskan ceritanya padaku, barulah aku mengerti.
Dulu,
Taehyung bertemu dengan Hye Ni di taman ketika mereka sedang sama-sama lari
pagi. Gadis itu cukup pendiam, wajahnya bersinar dan Taehyung tak bisa untuk
tidak tertarik. Mereka berkencan dan semuanya baik-baik saja sampai katanya
perkerjaan mereka yang membuat Taehyung kehilangan kesempatan untuk menyatakan
perasaannya lebih jauh pada Hye Ni.
Aku
jadi bingung, mengapa hanya karena pekerjaan Hye Ni harus menjauh? Bukankah
Taehyung bekerja itu untuk hidupnya? Dan mungkin juga, masa depan mereka.
Harusnya dia memberikan semangat, bukannya menjauh seperti itu. Benar-benar
konyol! Aku jadi tak habis pikir, apa yang sebenarnya ada dipikiran gadis itu.
Lagipula, Taehyung adalah pria yang baik
menurutku, apalagi sebelum aku menyadari perasaanku sendiri pada Jung, aku
sempat berpikir jika aku menyukainya. Mungkin aku memang menyukainya, dia
terlihat seperti seorang kakak yang baik.
Aku
dan supir pribadiku menunggu Jessica keluar dari pintu khusus jet pribadi. Ya, dia memang kurang suka
menaikki penerbangan umum, selama pamanku tidak memakai jet pribadinya, maka
Jessy bisa memakainya kapan saja.
Gadis
dengan rambut hitam kecokelatan, memakai hot pants pink berkilau, blazer
sewarna dengan top hitam ketat yang pas ditubuh rampingnya. Ah heels ungu
setinggi 11 cm melekat dikaki jenjangnya. Dia berjalan dengan penuh percaya
diri kearahku yang sudah menyunggingkan cengiran lebar di wajahku. Ya Tuhan aku sangat merindukan dia!!!
Jessy
menubruk tubuhku dan memelukku seperti kami tidak bertemu selama berabad-abad.
“Ya ampun, seminggu tidak bertemu aku merasa kau semakin pendek saja!” Aku
memukul pelan kepalanya dan dia terkekeh geli.
“Dasar
tidak sopan! Harusnya, aku yang memukulmu. Sepertinya kau sangat menikmati kota
ini ya, sampai-sampai menghubungi kami saja kau tidak sempat. Ibuku
merindukanmu, kakek, nenek juga. Atau jangan-jangan kau asik pacaran saja di
sini. Awas saja, aku akan melaporkannya pada ayah!”
“Oh,
bisakah kita melanjutkannya di rumah? Aku juga harus membeli gaun karena malam ini,
aku diundang makan malam bersama keluarga Mr Choi. Kau kenalkan? Kau juga
diundang jika kau berkenan untuk datang.”
Kami
melangkah meninggalkan bandara, petugas pamanku membawa koper Jessy ke mobil
dibantu oleh supirku juga.
“Benarkah?
Itu akan seru, aku juga ingin melihat bagaimana rupa sahabat bibiku itu.”
“Tidak
ada, yang istimewa, dia sudah tua, kau tahu? Jangan katakan padaku jika
seleramu sudah berganti.” Dia mendelik padaku.
“Tentu
saja tidak. Kau gila hah! Aku hanya ingin melihat, karena dari yang kudengar
dia juga memiliki seorang putra yang tampan kan? Kau pasti sudah bertemu dengannya.
Katakan padaku, bagaimana rupanya? Apa dia cocok untuk menjadi pangeranku?”
“Bodoh!
Pria yang kau bilang tampan itu sudah memiliki kekasih dan kau tahu siapa gadis
yang menjadi pacarnya? Dia adalah Goo Euna, anak dari presiden negara ini!”
Jessy
terdiam seketika. Aku mengerutkan dahiku. Aneh! “Hey! Kenapa kau jadi diam?”
“Tidak,
tidak apa-apa! Aku lelah sekali sebenarnya. Bisakah kita menelfon yang punya
butiknya saja dan memintanya untuk membawakan beberapa koleksi gaunnya ke
rumah?”
“Kau
kira ini Miami hah? Aku bahkan tidak memiliki nomor telepon pemilik butik di
kota ini. Jika kau tak ingin ikut aku, kau bisa pulang duluan. Nanti aku akan
pulang dan kita akan berdandan bersama, bagaimana?”
“Ide
yang sangat bagus! Aku setuju, tenang saja, kau akan terlihat seperti
Cinderella nanti!”
“Tidak,
aku tidak suka disamakan dengan Cinderella. Aku lebih suka menjadi Odette, oke?”
Dia
mengangkat tangannya tanda menyerah dan menjatuhkan tubuhnya pada sandaran
kursi, memejamkan matanya. Untunglah dia tidak terserang jet lag seperti yang kualami waktu pertama sampai di kota ini.
“Bergegaslah!
Pakai dressmu. Apa kau yakin akan memakai baju santai seperti itu?”
Untuk
yang kesekian kalinya, aku memutar bola mataku. Dia sudah menanyakan hal itu
berulang kali sejak aku kembali dari mall dengan beberapa dress santai. Dia
terus berkomentar pada pilihanku, katanya makan malam dengan Mr Choi haruslah
berpenampilan terbaik. Setidaknya jangan memakai dress santai seperti itu.
“Ini
tidak terlalu santai, Jess. Dress ini bisa dipakai dimanapun, entah di acara
formal ataupun hanya makan malam biasa seperti ini. Kau tenang saja, kita tidak
sedang ingin hadir di acara para pebisnis dengan wartawan dan pengumuman siapa
gadis dengan gaun terbaik seperti saat kita di Miami, oke? Ini hanya makan
malam biasa! Mr Choi adalah orang yang menyenangkan dan aku menjamin dia tidak
akan memiliki keluhan hanya karena kita memakai dress seperti ini,” ujarku.
Jessy diam sambil berpikir, memperhatikan dressnya dengan seksama hingga
akhirnya mengangguk setuju.
Setelah
berdandan sederhana, memakai pakaian baru kami, supirku sudah menekan bel
apartemen tandanya jika tidak bergegas kami akan terlambat, dan itu akan
menjadi sebuah keluhan untuk Mr Choi, dia seorang pebisnis yang professional
dan keterlambatan akan menjadi nilai minus untuknya.
“Kuharap
malam ini akan berjalan dengan baik,” bisik Jessy tampak cemas.
“Apa
yang kau cemaskan, Jess. Ini hanya makan malam, ya ampun demi pantat bebek! Kau
tidak perlu mencemaskan apapun.” Aku berdecak kesal padanya.
“Kau
hanya tidak mengerti. Kecemasanku ini beralasan, kuharap ini hanya perasaanku
saja, kuharap semuanya akan baik-baik saja.” Dia meraih tanganku dan kami
bergandengan menuju mobil yang sudah terparkir rapi di depan gedung
apartemenku. Resepsionis yang sudah mengenalku tersenyum sopan dan membungkuk,
juga petugas keamanan yang kini sudah mengenalku dengan baik.
“Ah,
kau tahu nama distrik ini?”
Aku
mengangkat bahu tak peduli, apa pentingnya? Aku tidak tahu apa aku akan lama
berada di kota ini. Sekolahku tinggal beberapa bulan lagi. Aku akan memilih
Perancis untuk melanjutkan kuliah kedokteranku di sana. Ah aku sudah menantikan
saat-saat itu.
“Dasar
bodoh! Kalau aku jadi kau, aku sudah mengetuk pintu rumah artis satu per satu
dan berfoto bersama mereka lalu aku akan memperkenalkan diri dengan bangga.”
“Bukan
aku yang bodoh! Tapi kau. Berfoto dengan artis? Bahkan di Amerika ada begitu
banyak orang yang berharap bisa berfoto bersama kita. Kau sudah bisa merasa
puas dengan itu harusnya.”
“Ya
ya, terserah kau!”
Kami
tiba di rumah megah Mr Choi setelah lima belas menit perjalanan. Jujur saja,
aku masih sangat buta dengan jalan-jalan di kota ini. Aku sama sekali tidak
berniat untuk menghapalkannya, selama ada Jung-ku, aku akan aman. Ya ampun, aku
merindukan dia.
Kami
melangkah masuk ke rumah besar ini layaknya gadis terpelajar, semua orang pasti
bisa melihatnya bahkan dari langkah kaki kami saja kalau kami tidak berasal
dari kalangan biasa.
Seorang
pria yang sudah kuhapal wajahnya muncul di ruang tamu yang luar biasa indah ini
dengan cengiran bodohnya. Dia adalah Jin Hwa. Terlihat santai dengan setelan
rumahnya, celana batas lutut dan t-shirt, sandal juga. Dia terlihat lebih
dewasa dengan penampilannya sekarang.
“Wow,
kalian datang lebih cepat dari dugaanku sebelumnya,” ujarnya.
“Apa
dia putra Mr Choi?” Jessy berbisik di telingaku.
Aku
menjawabnya dengan anggukan kepala. “Tidak buruk, dia tampan kau tahu.”
Aku
memutar bola mataku. “Ingat, dia sudah memiliki kekasih.”
“Tapi,
aku tidak melihat ada cincin yang melingkar di jarinya, itu berarti tidak
masalah kalau aku sedikit memamerkan pesonaku padanyakan?”
“Kau
gila hah! Pacarnya itu bahkan lebih menyeramkan dari hantu Insidious!”
Aku
tersenyum lebar pada Jin Hwa. Dia menatapku sambil melirik ke Jessy, aku tahu
jika dia berharap aku mengenalkan kakakku yang cantik ini padanya.
“Jin,
kenalkan dia adalah Jessica Fletcher, saudara sepupuku. Dan Jess, kenalkan dia
adalah Choi Jin Hwa, teman satu kelasku sekaligus anak dari Mr Choi.” Mereka
melempar senyum satu sama lain.
“Ayah
sudah menunggumu di meja makan, ada ibuku juga dan ada Euna juga.”
Aku
mengikuti langkah kakinya masuk lebih jauh ke dalam rumahnya. Kalau saja Jin
Hwa tidak memiliki kekasih aku pasti sudah menjodohkannya dengan Jessy, kurasa
mereka cocok juga, apalagi mereka memiliki pemikiran yang sama tentang hidup
ini.
Mr
Choi duduk di kursi utama bersama dengan seorang wanita paruh baya yang masih
terlihat cantik di sisi sebelah kanan meja makan. mereka tersenyum padaku, aku
membungkuk memberi hormat sekaligus salam pada mereka. Jessica mengikutiku
dengan kaku, wajar saja, aku memang belum memberitahunya.
Aku
baru sadar ada keberadaan Euna di ruangan yang sama denganku. Dia duduk di
kursi tengah di sebelah kiri. Jin Hwa duduk di depannya. Aku melangkah duduk di
samping Euna dan Jessy duduk di sampingku. Entah kenapa suasananya sangat kaku.
Aku jadi ikut merasa canggung.
“Senang,
akhirnya bisa bertemu denganmu secara langsung, Yoora. Kau cantik sekali.” Aku
tersenyum seadanya pada Mrs Choi, dia tersenyum padaku, kerutan di matanya
terlihat menandakan jika dia sudah tidak muda lagi.
“Dan
kau adalah Jessica. Persis seperti Joanne!” Jessy tersenyum manis pada Mr Choi.
“Ah,
aku sudah tahu tentang tujuan makan malam kita ini. Tapi sebelum itu, aku juga
sedang menunggu satu orang lagi tamuku yang menjanjikan akan datang malam ini.”
Kami
mengangguk mengerti. Tak berapa lama, seseorang yang mungkin adalah tamu yang
tadi dikatakan oleh Mr Choi pada kami semua, serentak kami menoleh dan aku
merasakan suasana yang mendadak menegang begitu orang ini masuk. Dia adalah
seorang pria seumuran paman dan Mr Choi. Dengan tuxedo hitam, sepatu kulit
mengilap, dasi abu-abu dengan kemeja putih. Aku menangkap sedikit kebingungan
di wajahnya saat dia menatap kearahku, mungkin pria itu bertanya-tanya tentang
siapa aku, lalu kebingungan itu masih ada di wajahnya ketika dia menatap kearah
Jessy yang tampak mematung di sampingku.
Wajahnya
kembali biasa, dia memamerkan senyuman tipis di wajahnya saat menatap Mr Choi,
kurasa dia adalah sahabat Mr Choi. Tapi sepertinya, aku pernah melihat orang
ini. Wajahnya tidak asing untukku.
“Lama
tidak bertemu, Teman.” Aku melihat mereka berpelukan singkat, sudah pasti jika
mereka memiliki hubungan yang dekat.
“Melihat
kesibukanmu saat ini, aku merasa begitu terhormat kau mau menyempatkan datang
di rumah kecilku ini,” ujar Mr Choi dengan candaan. Pria asing itu duduk di
hadapan Mrs Choi seraya melempar senyum sopan.
“Baiklah,
semuanya sudah hadir, kurasa kita bisa mulai makan sekarang, aku yakin kalian
sudah protes aku belum juga mempersilakan kalian untuk makan. Silakan nikmati
makanannya. Yoora dan Jessica, ini semua adalah masakan khas Korea, kalian
harus mencicipinya, apalagi kau Yoora, kau adalah bagian dari negara ini juga.”
Mr Choi tersenyum penuh makna padaku.
Betapa
perkataannya membuatku bingung, dia menyimpan makna lain dibalik ucapannya
tadi, ya ampun, aku kurang pandai dalam mengartikan hal-hal seperti itu. Kami
mulai menikmati hidangan yang ada di meja makan besar ini. Aku melirik kearah
Euna, wajahnya pucat, tampak tegang, seperti sedang menunggu pengumuman
kelulusan. Mataku melirik Jin Hwa dan diapun sama, rahangnya mengeras, semua
orang diruangan ini tidak terkecuali Jessica memasang mimik wajah yang sama,
aku jadi bingung. Apa yang terjadi pada semua orang?[]
Jessica
Jin Hwa
Yoora
Hye Ni
Cowok-cowok sinting kesayangan :*
My Jung :*
Ya ampun! Ada rahasia apa lagi ini? Kenapa orang-orang di meja makan pada gitu semua? Jessica juga kayanya tau sedikit banyak tentang Seoul, ya setidaknya dia lebih tau daripada Yoora. >...< Kenapa Hye Ni minta Yoora buat pindah? Siapa laki-laki yang datang itu? Ayahnya Yoora? Aaa~ seandainya ada Jung (?) *ga nyambung deh*
BalasHapusSemakin banyak rahasia, semakin banyak rasa kepo saya. xD Semangat ya, nulisnya~ Hwaiting! Hwaiting!
hohohohoho :D *smirk Tunggu kelanjutannya yaaaa :)
Hapushohohohoho :D *smirk Tunggu kelanjutannya yaaaa :)
Hapus