Minggu, 12 Juli 2015

INTO HIS WORLD BAB 8

WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran disana-sini. Happy Reading!






BAB 8



Cahaya matahari mengenai wajahku, membuatku mengernyit dan hari baru sudah tiba. Niatku untuk merenggangkan tubuh hilang saat sadar jika sekarang tubuhku bahkan tak bisa bergerak, Jung melilitku seperti tanaman rambat. Hangat tubuhnya membuatku berkeringat. Dingin AC-nya tidak terasa. Mataku melirik jam di meja kecil disamping tempat tidurku dan sekarang sudah jam setengah tujuh.
Mataku nyaris tertutup kembali saat tiba-tiba tubuhku menegang, hari ini Jung akan pergi ke Jepang dengan penerbangan pagi, sekarang sudah jam setengah tujuh.
“Hey, Bodoh! Bangunlah, ini sudah pagi! Kau bisa ketinggalan pesawat.” Aku mendengar erangan malasnya, dan lilitannya kian mengerat, ya Tuhan aku bisa kehilangan napasku. Dia melilit seperti ular.
Dengan keras, aku mencoba melepaskan diri darinya, benar dugaanku jika Jung adalah tukang tidur, dia bahkan tidak mengindahkan ucapanaku tadi. “Hey, Jung! Bangun! Kau harus pergi ke Jepang hari ini kan! Hey!”
Aku berteriak hingga dia melepaskan lilitannya pada tubuhku, membuatku dapat bernapas dengan lega.
“Ini masih pagi, kenapa kau sudah berteriak seperti itu?”
Aku memutar bola mataku, menyingkir dari tempat tidur dan mengambil air di kamar mandi, aku akan membasahi wajahnya biar dia bangun dari mimpinya. Entah apa yang dia impikan sampai sulit untuk move on dari tempat tidurku.

Aku memercikkan air ke wajah Jung dan berteriak di depan wajahnya. Reaksinya lebih hebat dari pada yang kubayangkan sebelumnya, dengan gerakan cepat dia terduduk dengan mata melotot. Aku yakin dia akan mengalami pusing setelahnya.
“Cepat bangun, Tuan Pemalas! Kau akan ketinggalan pesawat nanti. Mandilah, pakai apapun yang kusediakan karena aku tidak memiliki baju pria selain yang dibeli oleh Taehyung Oppa waktu itu. Aku akan membuatkanmu sarapan dan apa aku harus ikut mengatarmu ke bandara juga?”
“Ya Tuhan, aku tidak percaya jika semalam aku tidur dengan monster sepertimu! Mana ada gadis yang membangunkan pacarnya dengan cara sebrutal itu. Kau benar-benar gadis mengerikan!”
Aku terkekeh melihat wajah kesal campur mengantuknya. Seandainya dia tidak pergi, aku tentu lebih memilih bermalas-malasan di sini bersamanya, tapi aku harus masuk sekolah hari ini, mungkin di kelas berikutnya.
Menunduk, mengecup pipinya. “Selamat pagi,” bisikku.
 Aku tersenyum lebar dan melimbai meninggalkan kamarku.

Mie buatanku akan membuatnya merasa lebih baik hari ini, ya Tuhan, harusnya dia tidak pergi di saat seperti ini, lagipula apa sih yang dia kerjakan di Jepang sampai harus selama itu?
Dia bahkan baru menyatakan perasaannya padaku kemarin dan hari ini dia sudah akan meninggalkanku. “Aku tahu kau sedang menggerutu dipikiranmu saat ini.” Aku tersentak saat mendengar suara Jung di balik punggungku.
“Tunggulah, aku akan menghidangkan ini di meja.”
Membawa dua piring untuk kami dengan pancake serta botol saus.
“Jung, apa kau benar-benar harus pergi?”
“Aku harus pergi dan mendapatkan uang, jadi aku bisa menghidupi diriku sendiri.”
“Jadi ini soal uang? Aku bahkan tidak bisa membayangkan berapa nominal nol di dalam rekening bankmu.”
“Kau harus memahaminya, Yoora. Ini adalah pengalihan, ini adalah caraku untuk mengalihkan perhatian dari semua masalahku,” ujarnya.
Tentu saja, dasar bodoh! Harusnya aku mengeti itu. Aku mengangguk, tak lagi mencoba untuk menanyakan apapun padanya. Kurasa itu akan percuma toh aku tetap tidak bisa menahannya pergi.

Kami menyelesaikan sarapan lebih cepat tanpa percakapan apapun lagi, aku bahkan bersiap-siap lebih cepat dari biasanya dan kami langsung bergegas menuju bandara. Lucunya, aku membawa supirku dan Jung menaikki mobilnya sendiri. Karena ketika pulang  nanti aku akan langsung ke sekolah.
Dua puluh menit kemudian kami tiba di bandara, aku mengernyit bingung saat melihat keadaan bandara hari ini, ramai sekali, mayoritas gadis-gadis membawa poster dan berteriak-teriak tentang sesuatu yang tidak kumengerti. Aku terkejut saat melihat Jung dengan penampilan tertutup lagi, sama seperti waktu pertama kami bertemu.
Dia merangkulku, menenggelamkan wajahku ke dadanya dan menarikku untuk berjalan bersamanya. Aku mendengar seseorang berbicara dan mengantar kami lewat pintu lain.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa ada begitu banyak gadis diluar sana? Apa Justin Bieber akan konser di Seoul?”
“Apa kau pikir hanya Justin Bieber saja pria di dunia ini yang akan dikerubuni banyak gadis seperti itu? Mereka sedang menunggu idola mereka, dan itu adalah artis dari Korea bukan Justin Bieber.”
Aku cemberut padanya, akukan hanya bertanya, mengapa dia sensitive sekali?
“Jangan bertengkar denganku, jika kau membuatku kesal aku tidak akan menghubungimu selama satu minggu.” Aku mencibir padanya. Mana mungkin dia tahan tidak menelponku selama seminggu!
“Coba saja! Begitu kau kembali, kau akan melihatku menggandeng pria lain nanti!” ucapku jahil.
Dia memukul pelan kepalaku. “Akan kubunuh kau!”

Aku keluar dari pelukan Jung ketika kami tiba di ruang tunggu. Semuanya sudah ada di sini. Taehyung nyengir padaku, menatapku dengan tatapan menggoda yang terlihat menggelikan.
“Apa? Kenapa menatapku seperti itu?”
“Aku yakin sesuatu telah terjadi di antara kalian berduakan? Sekarang tidak mungkin meminta pajak jadian pada kalian, tapi ketika kami pulang nanti, aku akan menagihnya. Aku pastikan itu! Tapi, aku senang akhirnya, dia berani mengakuinya dan kau tidak lari. Yoora, aku dan yang lain berharap kau tidak pernah lari darinya. Karena dia buta untuk mengejar, dia tak tahu bagaimana caranya mengejar, maka dari itu jangan lari.” Taehyung tersenyum lebar padaku, memelukku singkat.
“Hey, Ms Amerika, sampai bertemu tujuh hari lagi ya! Aku tidak mau tahu, kau harus menjemput kami nanti!” Jimin memelukku juga dan satu per satu dari mereka memberikanku pelukan perpisahan. Aku terkejut saat melihat Seo Jin tersenyum padaku dan ikut memelukku, apa dia sudah tidak membenciku lagi?
“Maafkan aku untuk semua hal yang sudah terjadi beberapa hari ini. Aku yakin Kookie sudah menjelaskan semuanya padamu. Dia sudah seperti adikku sendiri, jika ada gadis asing yang berani menyakitinya lagi, aku akan memberinya pelajaran. Tapi aku yakin, kau bisa dipercaya. Kami semua mempercayaimu.” Aku mengalihkan tatapanku pada yang lain dan mereka tersenyum senang padaku.
Aku membalas senyuman mereka semua dan merasa begitu bahagia karena mereka dengan begitu terbuka menerima kehadiranku. “O ya Ms Amerika. Aku akan sangat merindukan kopi buatanmu.” Mereka semua tertawa mendengar nada suara Taehyung.
Panggilan pesawat yang akan mereka naikki sudah terdengar, sekarang adalah waktu berpisah yang sebenarnya.
“Kami akan masuk lebih dulu, kami mengerti, pasangan baru yang sedang kasmaran ini harus diberi waktu lebih lama.” Ho Seok terkekeh lalu berjalan meninggalkanku dan Jung menyusul yang lain.
“Jadi, mau berhenti bertengkar dan akan menelponku kan?”
“Lihat, sekarang siapa yang memohon untuk ditelpon? Kau harusnya tidak membuatku kesal. Kita tak akan bertemu selama tujuh hari.”
“Ya ya, aku tahu, aku minta maaf. Tapi bisakah lepaskan maskermu? Harusnya kau memberikanku ciuman perpisahan dan juga pelukan.” Jung tersenyum geli dibalik penutup mulut itu.
Dia melepas satu sisi maskernya dan membiarkan yang lainnya tergantung di telinganya. Merangkul pinggalku dan tanganku melingkar di lehernya. Aku tidak seperti ini dengan kekasihku dulu, tapi siapa yang peduli begitu aku lulus dari high school tiga bulan lagi aku akan mendapatkan angka tujuh belasku.
Dan aku mencintai pria menyebalkan ini. Aku pasti akan sangat merindukannya. Jung mengecupku lembut, sepuluh detik, suasana magis diantara kami tercipta lagi, aku selalu suka rasanya, ribuan kupu-kupu memenuhi perutku, sengatan-sengatan yang membuatku lemas. Kepingan puzzle-ku, pusat duniaku. Jung-ku.
“Apa itu cukup?” bisiknya di depan wajahku.
“Untukku, iya. Tapi aku yakin itu tidak cukup untukmu kan?”
Dia terkekeh pelan dan mengecupku sekali lagi. “Kalau kau terus merasa kurang, kau akan ketinggalan pesawat dan menghilangkan nominal uang yang akan kau dapatkan di Jepang.”
Suasana magisnya hilang dan dia menjauh dariku, memakai kembali maskernya. Dia memelukku erat. Pelukkannya adalah rumah untukku. Semoga perasaannya padaku adalah rumah untuk hatiku juga.
“Sampai bertemu minggu depan, belajarlah yang rajin, jangan terlalu dekat dengan Jin Hwa. Jauhi Euna. Hindari segala hal yang dapat membuatmu ada dalam masalah. Aku akan merindukanmu.” Dia mengusap kepalaku dan itu adalah cara yang diinginkan semua gadis untuk mendapatkan kembali mood baiknya, cara paling ampuh untuk membuat seorang gadis berbunga-bunga juga.
“Siap, Kapten!”
Jung berjalan meninggalkanku dengan langkah kaku khasnya. Aku memperhatikannya hingga dia memasuki pesawat dan menunggu hingga pesawatnya lepas landas.
“Nona, Anda akan terlambat ke sekolah jika kita tidak pergi sekarang.” Suara supir pribadiku mengembalikanku ke kenyataan. Aku berjalan dengan lemas mengikutinya. Semangatku untuk belajar hilang sudah. Lenyap begitu saja. Pria itu, dia sudah memengaruhiku begitu banyak.

Seperti yang telah kuprediksikan kalau aku hanya bisa mengikuti kelas ke dua dan meninggalkan kelas pertamaku hari ini. Mengingat jika kemarin aku bolos dengan pacarku, itu berarti tugas yang harus kuselesaikan menjadi dua kali lipat. Ya ampun, sepanjang malam aku akan berkencan dengan buku, kertas, dan angka-angka yang super menyebalkan.
“Kenapa kau tidak masuk di jam pertama?”
“Aku harus mengantar Jung ke bandara.”
Hari ini aku duduk di samping Jin Hwa, aku sudah memikirkan ini, kalau aku akan tetap berteman dengan Jin Hwa dan menjauhi Euna adalah keputusan terbaik. Aku masih perlu bertemu Mr Choi dan meminta kejelasan padanya mengenai keberadaan ayahku.
“Sampai seperti itu? Kau perhatian sekali padanya ya.” Aku tersenyum membalasnya.
“Tentu saja, dia adalah pacarku, Jin. Dia pacarku!”
Aku melihatnya membatu sesaat. “Pacar? Apa maksudmu dengan pacar?”
“Ya, kami baru saja meresmikannya kemarin. Jadi, kau bisa mengatakan pada pacarmu kalau aku bukanlah suatu ancaman untuk hubungan kalian. Aku mencintai pacarku.”
“Tidak, bukan seperti itu! Aku yakin Jungkook itu sudah mengatakan semuanya padamu. Aku akui aku memang salah waktu itu karena dengan diam-diam mendekati Euna. Aku tidak bisa, dia begitu manis dan baik hati. Tapi ayahku tidak pernah menyukainya, itulah mengapa ketika dia mendengar gosip itu dia marah besar padaku dan padamu. Bagaimana bisa ayahku berlaku tidak adil padanya? Dia merasa sudah cukup diperlakukan tidak adil oleh ayahnya sendiri dan mendapatkan hal seperti ini dari ayahku itu adalah pukulan yang sangat keras untuknya.”
Aku termenung mendengarkannya. Ya, itu pasti sangat sulit untuk Euna. Tapi tetap saja dia telah menyakiti Jung. Mungkin sekarang, aku sudah tidak bisa menyalahkannya lagi untuk apa yang sudah terjadi di masalalu mereka.
“Aku tidak apa-apa, Jin. Jung sudah membuatku merasa lebih baik. Aku memaklumi apa yang terjadi kemarin dan ngomong-ngomong, kapan aku bisa bertemu dengan Mr Choi lagi?”
“Entah, biasanya dia akan santai saat akhir pekan. Jika kau ingin menemuinya, kau bisa menghubungiku. Aku akan membawamu ke rumah,” ujarnya.
Aku mengangguk setuju. “Tentu, itu ide yang sangat bagus. Aku akan berkunjung ke rumahmu akhir pekan nanti bersama dengan saudaraku. Dia akan datang besok lusa.”
“Apa dia Jessica?”
“Seingatku aku tidak memiliki saudara lain selain dia.” Jin Hwa nyengir bodoh padaku.
“Ya, itu bagus sekali. Aku akan mencoba untuk menarik perhatiannya.”
“Oh berhentilah berusaha untuk menjadi seorang bajingan, Jin. Atau kau akan tahu bagaimana rasanya dipukul dan kau akan mendapatkan hidungmu patah nanti.”
“Ya ampun, aku lupa kalau kalian adalah species gadis mengerikan dan setiap pria harus berhati-hati.”
Kami terkekeh dan langkah kakiku terhenti saat seorang gadis yang kurasa aku pernah melihatnya berjalan cepat menghampiriku. Aku memperhatikan wajahnya dengan seksama, mencoba mengingat dimana aku pernah melihatnya.
“Tidak perlu berpikir dengan keras, aku bisa memakluminya jika kau melupakanku. Aku adalah gadis yang kemarin berteriak jika privasi kau dan Kookie akan aman. Kau ingat?”
Ah, iya. Dia gadis yang berteriak waktu itu. Aku tersenyum lebar padanya. “Maaf, aku tidak bermaksud untuk melupakanmu.”
“Tidak apa. Apa kau sedang sibuk sekarang?”
Aku melirik Jin Hwa dan dia tersenyum padaku. “Kalau begitu aku akan menemui Euna sekarang. Dah.”
Aku melihatnya berjalan menjauh lalu kembali menatap gadis cantik ini. “Baik, sekarang apa yang ingin kau beritahukan padaku.”
“Tidak di sini, akan lebih nyaman kalau kita ke atap.” Aku mengangguk menyetujui usulnya.

Angin kencang berhembus menerbangkan rambutku, di sini begitu damai. Dan memiliki memori tersendiri untukku. Seandainya dia ada di sini. Apa yang sedang dilakukannya sekarang? Apa dia sedang memikirkanku juga? Padahal belum sampai satu hari aku berpisah dengannya.
“Pertama sebelum aku mengatakan sesuatu padamu. Aku akan memperkenalkan diriku dulu. Namaku Lee Hye Ni. Aku dari kelas yang sama dengan Euna. Kami bersahabat cukup lama, sejak kami di sekolah dasar. Kemarin, aku tak sengaja melihat ketika Euna membentakmu dan mengatakan sesuatu yang buruk padamu. Selama persahabatan kami, dia selalu membagi segala hal denganku, aku memang jarang bertegur sapa dengannya saat di sekolah dan Kookie sendiri pasti tidak mengetahui tentang pertemananku dengan Euna. Aku mengetahui semua hal tentangnya bahkan juga tentang ayahnya dan gosip tentang keluarganya yang menyeruak ke permukaan dua minggu terakhir.” Dia berhenti dan menghela napasnya. Menatapku yang masih menunggu kelanjutan ceritanya.
“Aku kesini untuk mewakilinya meminta maaf padamu. Kau tahu, sebenarnya dia adalah gadis yang baik. Keadaanlah yang merubahnya menjadi seperti ini, bahkan Jin Hwa sendiri tahu itu. Itulah mengapa dia masih mempertahankan hubungannya dengan Euna karena dia tahu Euna tidak pernah berubah, dia hanya mencoba untuk terlihat baik dan bahagia, tidak ingin menunjukkan pada siapapun tentang betapa menyedihkan kehidupannya.” Gadis bernama Hye Ni ini kembali berhenti. Memberi jeda, cukup lama, sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
“Aku adalah saksi di saat kenyataan jika ayahnya telah berkhianat dari ibunya dengan memiliki anak lain selain Euna, aku ada di sana, saat keluarganya hancur dalam waktu singkat. Reputasi ayahnya sebagai seorang presiden akan hancur jika gosip itu berubah menjadi fakta. Euna, sudah memutuskan untuk tidak pernah menganggap Mr Kim adalah ayahnya sejak saat itu. Dan ibunya meninggal tak lama kemudian, dia menjadi sendirian, selain aku, dia tidak memiliki siapapun lagi. Tapi ketika masuk ke sekolah ini, dia mengenal Jin Hwa, dan lebih dulu mengenal Kookie memang. Aku tahu kalau Kookie menyukai Euna, tapi Jin Hwa berhasil mendapatkannya lebih dulu. Awalnya Euna kira dengan memiliki Jin Hwa sebagai kekasihnya dan Kookie sebagai sahabatnya itu akan mengembalikan lagi kesempurnaan dalam hidupnya yang telah lama lenyap, tapi Kookie menyakiti Jin Hwa, itu membuat Euna marah dan kecewa. Dia memutuskan untuk tidak akan pernah berbicara lagi dengan Kookie. Aku saksi dari segala hal yang terjadi diantara mereka, Yoora. Dan kau akan terkejut ketika kau mengetahui rahasia besar apa yang mereka semua sembunyikan darimu. Aku tak bisa menjadi begitu lancang mengatakannya padamu, baik itu tentang Kookie ataupun tentang Euna, Jin Hwa dan Mr Choi dan ….ibumu! Tujuanku menemuimu hanya untuk meminta maaf atas nama sahabatku dan jika boleh aku ingin meminta sesuatu padamu.” Aku mengangguk pelan, aku tak tahu apa yang harus kukatakan.
“Pergilah dari kota ini! Pindahlah dan lupakan semua yang pernah menjadi tujuanmu kemari. Aku tidak ingin menyaksikan apapun lagi, kau adalah gadis yang baik, kau adalah gadis yang penuh dengan cinta dan kasih sayang sama seperti Euna-ku, tapi kumohon pergilah dan bukalah lembaran yang baru. Kumohon! Jika kau bersedia mengabulkannya, aku akan merasa sangat senang,” ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Kepalaku berdenyut. Sungguh, aku sulit mengerti semua yang gadis ini katakan. Dia terdengar seperti sedang berusaha untuk menyelamatkanku dari badai besar. Apa yang sebenarnya terjadi?
“Maafkan aku. Tapi aku tidak berniat untuk mengganggu kehidupan siapapun, aku hanya ingin mencaritahu siapa ayahku. Mengapa dia membuangku? Apakah itu salah? Kau tidak akan mengerti sebelum kau berada diposisiku. Lalu bagaimana bisa kau memintaku untuk pergi bahkan sebelum aku dapat mengetahui apapun.”
“Tidak, Yoora. Aku yang seharusnya meminta maaf, aku hanya tidak ingin kau menjadi seperti Euna. Tersakiti, jika kau tidak mau pergi, itu adalah keputusanmu. Dan itu berarti sekali lagi, aku akan menyaksikan badai lagi.” Dia membungkuk padaku lalu berjalan cepat meninggalkanku yan berdiri mematung bersama angin yang berhembus dengan kencang.
Mengapa ada begitu banyak rahasia dalam hidupku? Mengapa aku harus melwati semua ini? Mendadak aku merasa harus menyerah dan menuruti permintaan gadis itu untuk pergi dan melupakan apapun yang sudah terjadi. Tapi sebagian dari diriku bersikeras untuk tetap bertahan dan melihat apa yang Tuhan akan lakukan selanjutnya. Gadis bernama Hye Ni itu bilang kalau dia tidak ingin melihatku menjadi seperti Euna, apa hubungannya? Aku tidak sama dengannya. Aku bahkan tidak pernah ingin menjadi sama dengan siapapun. Biarlah aku menjadi aku.
Mengapa niatku untuk mencari ayah kandungku harus melalui jalan seperti ini? Mengapa aku tidak bisa langsung bertemu dengannya dan menanyakan apapun yang ingin kutanyakan padanya, atau setidaknya melihat rupanya seperti apa. Tidak, aku tidak bisa menangis lagi. Sudah cukup! Aku tidak akan membuang-buang air mataku lagi untuk hal yang sia-sia.

*****

Akhir pekan ini aku sudah memiliki banyak rencana. Tentu saja, nanti siang aku akan menjemput Jessy di bandara, lalu malamnya, kami akan makan malam di rumah Mr Choi. Dan kuharap nanti malam aku bisa mengetahui siapa ayahku, entah kenapa, ada sesuatu dalam diriku yang mengatakan kalau Mr Choi tahu siapa ayahku hanya saja dia sulit untuk mengatakannya. Aku tak mengerti kenapa, mungkin saja perasaanku itu benar.
Sudah dua hari ini, aku berhubungan lewat telepon dengan Jung. Dia bilang dia sangat merindukanku dan seandainya dia bisa pulang tanpa harus menunggu selama lima hari lagi. Kami melepas rindu lewat telepon dan terkadang bercanda lewat skype. Aku juga sangat merindukannya. Tidak ada yang menggangguku dan itu sangat tidak enak. Mungkin karena aku sudah terbiasa dengan dia. Ditelepon kadang kami bertengkar juga, dia akan mematikan sambungannya dan beberapa detik berikutnya dia akan kembali menelponku lalu meminta maaf. Jung ternyata lebih manja saat dia sedang berada jauh dariku. Dia benar-benar bersifat kekanakan.
Oya, aku juga bercerita padanya tentang kejadian di atap tempo hari. Di saat gadis bernama Hye Ni itu menceritakan sesuatu padaku. Jung bilang, mungkin gadis itu mengetahui sesuatu tentang rahasiaku itu, tentu, aku juga cukup yakin akan hal itu. Aku juga sudah mengatakan padanya kalau malam ini aku akan makan malam di rumah Mr Choi dan itu artinya ada Jin Hwa, dia cemberut awalnya dan ketika aku mengatakan padanya kalau ada Jessy juga bersamaku barulah dia mengizinkanku pergi. Lihatkan, saat berada jauh dariku, dia begitu manja, tapi ketika dia di sini, akulah yang manja.
Satu lagi, Jung juga mengatakan kalau gadis bernama Hye Ni itu pernah memiliki hubungan dengan Taehyung. Awalnya, aku tidak percaya. Tapi setelah Jung menjelaskan ceritanya padaku, barulah aku mengerti.
Dulu, Taehyung bertemu dengan Hye Ni di taman ketika mereka sedang sama-sama lari pagi. Gadis itu cukup pendiam, wajahnya bersinar dan Taehyung tak bisa untuk tidak tertarik. Mereka berkencan dan semuanya baik-baik saja sampai katanya perkerjaan mereka yang membuat Taehyung kehilangan kesempatan untuk menyatakan perasaannya lebih jauh pada Hye Ni.
Aku jadi bingung, mengapa hanya karena pekerjaan Hye Ni harus menjauh? Bukankah Taehyung bekerja itu untuk hidupnya? Dan mungkin juga, masa depan mereka. Harusnya dia memberikan semangat, bukannya menjauh seperti itu. Benar-benar konyol! Aku jadi tak habis pikir, apa yang sebenarnya ada dipikiran gadis itu. Lagipula, Taehyung adalah pria yang  baik menurutku, apalagi sebelum aku menyadari perasaanku sendiri pada Jung, aku sempat berpikir jika aku menyukainya. Mungkin aku memang menyukainya, dia terlihat seperti seorang kakak yang baik.

Aku dan supir pribadiku menunggu Jessica keluar dari pintu khusus jet pribadi. Ya, dia memang kurang suka menaikki penerbangan umum, selama pamanku tidak memakai jet pribadinya, maka Jessy bisa memakainya kapan saja.
Gadis dengan rambut hitam kecokelatan, memakai hot pants pink berkilau, blazer sewarna dengan top hitam ketat yang pas ditubuh rampingnya. Ah heels ungu setinggi 11 cm melekat dikaki jenjangnya. Dia berjalan dengan penuh percaya diri kearahku yang sudah menyunggingkan cengiran lebar di wajahku. Ya Tuhan aku sangat merindukan dia!!!
Jessy menubruk tubuhku dan memelukku seperti kami tidak bertemu selama berabad-abad. “Ya ampun, seminggu tidak bertemu aku merasa kau semakin pendek saja!” Aku memukul pelan kepalanya dan dia terkekeh geli.
“Dasar tidak sopan! Harusnya, aku yang memukulmu. Sepertinya kau sangat menikmati kota ini ya, sampai-sampai menghubungi kami saja kau tidak sempat. Ibuku merindukanmu, kakek, nenek juga. Atau jangan-jangan kau asik pacaran saja di sini. Awas saja, aku akan melaporkannya pada ayah!”
“Oh, bisakah kita melanjutkannya di rumah? Aku juga harus membeli gaun karena malam ini, aku diundang makan malam bersama keluarga Mr Choi. Kau kenalkan? Kau juga diundang jika kau berkenan untuk datang.”
Kami melangkah meninggalkan bandara, petugas pamanku membawa koper Jessy ke mobil dibantu oleh supirku juga.
“Benarkah? Itu akan seru, aku juga ingin melihat bagaimana rupa sahabat bibiku itu.”
“Tidak ada, yang istimewa, dia sudah tua, kau tahu? Jangan katakan padaku jika seleramu sudah berganti.” Dia mendelik padaku.
“Tentu saja tidak. Kau gila hah! Aku hanya ingin melihat, karena dari yang kudengar dia juga memiliki seorang putra yang tampan kan? Kau pasti sudah bertemu dengannya. Katakan padaku, bagaimana rupanya? Apa dia cocok untuk menjadi pangeranku?”
“Bodoh! Pria yang kau bilang tampan itu sudah memiliki kekasih dan kau tahu siapa gadis yang menjadi pacarnya? Dia adalah Goo Euna, anak dari presiden negara ini!”
Jessy terdiam seketika. Aku mengerutkan dahiku. Aneh! “Hey! Kenapa kau jadi diam?”
“Tidak, tidak apa-apa! Aku lelah sekali sebenarnya. Bisakah kita menelfon yang punya butiknya saja dan memintanya untuk membawakan beberapa koleksi gaunnya ke rumah?”
“Kau kira ini Miami hah? Aku bahkan tidak memiliki nomor telepon pemilik butik di kota ini. Jika kau tak ingin ikut aku, kau bisa pulang duluan. Nanti aku akan pulang dan kita akan berdandan bersama, bagaimana?”
“Ide yang sangat bagus! Aku setuju, tenang saja, kau akan terlihat seperti Cinderella nanti!”
“Tidak, aku tidak suka disamakan dengan Cinderella. Aku lebih suka menjadi Odette, oke?”
Dia mengangkat tangannya tanda menyerah dan menjatuhkan tubuhnya pada sandaran kursi, memejamkan matanya. Untunglah dia tidak terserang jet lag seperti yang kualami waktu pertama sampai di kota ini.

“Bergegaslah! Pakai dressmu. Apa kau yakin akan memakai baju santai seperti itu?”
Untuk yang kesekian kalinya, aku memutar bola mataku. Dia sudah menanyakan hal itu berulang kali sejak aku kembali dari mall dengan beberapa dress santai. Dia terus berkomentar pada pilihanku, katanya makan malam dengan Mr Choi haruslah berpenampilan terbaik. Setidaknya jangan memakai dress santai seperti itu.
“Ini tidak terlalu santai, Jess. Dress ini bisa dipakai dimanapun, entah di acara formal ataupun hanya makan malam biasa seperti ini. Kau tenang saja, kita tidak sedang ingin hadir di acara para pebisnis dengan wartawan dan pengumuman siapa gadis dengan gaun terbaik seperti saat kita di Miami, oke? Ini hanya makan malam biasa! Mr Choi adalah orang yang menyenangkan dan aku menjamin dia tidak akan memiliki keluhan hanya karena kita memakai dress seperti ini,” ujarku. Jessy diam sambil berpikir, memperhatikan dressnya dengan seksama hingga akhirnya mengangguk setuju.
Setelah berdandan sederhana, memakai pakaian baru kami, supirku sudah menekan bel apartemen tandanya jika tidak bergegas kami akan terlambat, dan itu akan menjadi sebuah keluhan untuk Mr Choi, dia seorang pebisnis yang professional dan keterlambatan akan menjadi nilai minus untuknya.
“Kuharap malam ini akan berjalan dengan baik,” bisik Jessy tampak cemas.
“Apa yang kau cemaskan, Jess. Ini hanya makan malam, ya ampun demi pantat bebek! Kau tidak perlu mencemaskan apapun.” Aku berdecak kesal padanya.
“Kau hanya tidak mengerti. Kecemasanku ini beralasan, kuharap ini hanya perasaanku saja, kuharap semuanya akan baik-baik saja.” Dia meraih tanganku dan kami bergandengan menuju mobil yang sudah terparkir rapi di depan gedung apartemenku. Resepsionis yang sudah mengenalku tersenyum sopan dan membungkuk, juga petugas keamanan yang kini sudah mengenalku dengan baik.
“Ah, kau tahu nama distrik ini?”
Aku mengangkat bahu tak peduli, apa pentingnya? Aku tidak tahu apa aku akan lama berada di kota ini. Sekolahku tinggal beberapa bulan lagi. Aku akan memilih Perancis untuk melanjutkan kuliah kedokteranku di sana. Ah aku sudah menantikan saat-saat itu.
“Dasar bodoh! Kalau aku jadi kau, aku sudah mengetuk pintu rumah artis satu per satu dan berfoto bersama mereka lalu aku akan memperkenalkan diri dengan bangga.”
“Bukan aku yang bodoh! Tapi kau. Berfoto dengan artis? Bahkan di Amerika ada begitu banyak orang yang berharap bisa berfoto bersama kita. Kau sudah bisa merasa puas dengan itu harusnya.”
“Ya ya, terserah kau!”
Kami tiba di rumah megah Mr Choi setelah lima belas menit perjalanan. Jujur saja, aku masih sangat buta dengan jalan-jalan di kota ini. Aku sama sekali tidak berniat untuk menghapalkannya, selama ada Jung-ku, aku akan aman. Ya ampun, aku merindukan dia.
Kami melangkah masuk ke rumah besar ini layaknya gadis terpelajar, semua orang pasti bisa melihatnya bahkan dari langkah kaki kami saja kalau kami tidak berasal dari kalangan biasa.
Seorang pria yang sudah kuhapal wajahnya muncul di ruang tamu yang luar biasa indah ini dengan cengiran bodohnya. Dia adalah Jin Hwa. Terlihat santai dengan setelan rumahnya, celana batas lutut dan t-shirt, sandal juga. Dia terlihat lebih dewasa dengan penampilannya sekarang.
“Wow, kalian datang lebih cepat dari dugaanku sebelumnya,” ujarnya.
“Apa dia putra Mr Choi?” Jessy berbisik di telingaku.
Aku menjawabnya dengan anggukan kepala. “Tidak buruk, dia tampan kau tahu.”
Aku memutar bola mataku. “Ingat, dia sudah memiliki kekasih.”
“Tapi, aku tidak melihat ada cincin yang melingkar di jarinya, itu berarti tidak masalah kalau aku sedikit memamerkan pesonaku padanyakan?”
“Kau gila hah! Pacarnya itu bahkan lebih menyeramkan dari hantu Insidious!”
Aku tersenyum lebar pada Jin Hwa. Dia menatapku sambil melirik ke Jessy, aku tahu jika dia berharap aku mengenalkan kakakku yang cantik ini padanya.
“Jin, kenalkan dia adalah Jessica Fletcher, saudara sepupuku. Dan Jess, kenalkan dia adalah Choi Jin Hwa, teman satu kelasku sekaligus anak dari Mr Choi.” Mereka melempar senyum satu sama lain.
“Ayah sudah menunggumu di meja makan, ada ibuku juga dan ada Euna juga.”
Aku mengikuti langkah kakinya masuk lebih jauh ke dalam rumahnya. Kalau saja Jin Hwa tidak memiliki kekasih aku pasti sudah menjodohkannya dengan Jessy, kurasa mereka cocok juga, apalagi mereka memiliki pemikiran yang sama tentang hidup ini.
Mr Choi duduk di kursi utama bersama dengan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di sisi sebelah kanan meja makan. mereka tersenyum padaku, aku membungkuk memberi hormat sekaligus salam pada mereka. Jessica mengikutiku dengan kaku, wajar saja, aku memang belum memberitahunya.
Aku baru sadar ada keberadaan Euna di ruangan yang sama denganku. Dia duduk di kursi tengah di sebelah kiri. Jin Hwa duduk di depannya. Aku melangkah duduk di samping Euna dan Jessy duduk di sampingku. Entah kenapa suasananya sangat kaku. Aku jadi ikut merasa canggung.
“Senang, akhirnya bisa bertemu denganmu secara langsung, Yoora. Kau cantik sekali.” Aku tersenyum seadanya pada Mrs Choi, dia tersenyum padaku, kerutan di matanya terlihat menandakan jika dia sudah tidak muda lagi.
“Dan kau adalah Jessica. Persis seperti Joanne!” Jessy tersenyum manis pada Mr Choi.
“Ah, aku sudah tahu tentang tujuan makan malam kita ini. Tapi sebelum itu, aku juga sedang menunggu satu orang lagi tamuku yang menjanjikan akan datang malam ini.”
Kami mengangguk mengerti. Tak berapa lama, seseorang yang mungkin adalah tamu yang tadi dikatakan oleh Mr Choi pada kami semua, serentak kami menoleh dan aku merasakan suasana yang mendadak menegang begitu orang ini masuk. Dia adalah seorang pria seumuran paman dan Mr Choi. Dengan tuxedo hitam, sepatu kulit mengilap, dasi abu-abu dengan kemeja putih. Aku menangkap sedikit kebingungan di wajahnya saat dia menatap kearahku, mungkin pria itu bertanya-tanya tentang siapa aku, lalu kebingungan itu masih ada di wajahnya ketika dia menatap kearah Jessy yang tampak mematung di sampingku.
Wajahnya kembali biasa, dia memamerkan senyuman tipis di wajahnya saat menatap Mr Choi, kurasa dia adalah sahabat Mr Choi. Tapi sepertinya, aku pernah melihat orang ini. Wajahnya tidak asing untukku.
“Lama tidak bertemu, Teman.” Aku melihat mereka berpelukan singkat, sudah pasti jika mereka memiliki hubungan yang dekat.
“Melihat kesibukanmu saat ini, aku merasa begitu terhormat kau mau menyempatkan datang di rumah kecilku ini,” ujar Mr Choi dengan candaan. Pria asing itu duduk di hadapan Mrs Choi seraya melempar senyum sopan.
“Baiklah, semuanya sudah hadir, kurasa kita bisa mulai makan sekarang, aku yakin kalian sudah protes aku belum juga mempersilakan kalian untuk makan. Silakan nikmati makanannya. Yoora dan Jessica, ini semua adalah masakan khas Korea, kalian harus mencicipinya, apalagi kau Yoora, kau adalah bagian dari negara ini juga.” Mr Choi tersenyum penuh makna padaku.
Betapa perkataannya membuatku bingung, dia menyimpan makna lain dibalik ucapannya tadi, ya ampun, aku kurang pandai dalam mengartikan hal-hal seperti itu. Kami mulai menikmati hidangan yang ada di meja makan besar ini. Aku melirik kearah Euna, wajahnya pucat, tampak tegang, seperti sedang menunggu pengumuman kelulusan. Mataku melirik Jin Hwa dan diapun sama, rahangnya mengeras, semua orang diruangan ini tidak terkecuali Jessica memasang mimik wajah yang sama, aku jadi bingung. Apa yang terjadi pada semua orang?[]





Jessica

Jin Hwa

Yoora

Hye Ni

Cowok-cowok sinting kesayangan :*


My Jung :*

3 komentar:

  1. Ya ampun! Ada rahasia apa lagi ini? Kenapa orang-orang di meja makan pada gitu semua? Jessica juga kayanya tau sedikit banyak tentang Seoul, ya setidaknya dia lebih tau daripada Yoora. >...< Kenapa Hye Ni minta Yoora buat pindah? Siapa laki-laki yang datang itu? Ayahnya Yoora? Aaa~ seandainya ada Jung (?) *ga nyambung deh*

    Semakin banyak rahasia, semakin banyak rasa kepo saya. xD Semangat ya, nulisnya~ Hwaiting! Hwaiting!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hohohohoho :D *smirk Tunggu kelanjutannya yaaaa :)

      Hapus
    2. hohohohoho :D *smirk Tunggu kelanjutannya yaaaa :)

      Hapus