WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam
proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca
yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran
disana-sini. Happy Reading!
BAB 13
“Dia mengalami waktu-waktu tersulit dalam hidupnya
dan dia tidak bisa menghadapinya dengan baik, dia shock dan mengalami depresi
yang cukup berbahaya, jika terlambat ditangani, itu bisa berdampak pada
kejiwaannya. Untunglah, dia masih memiliki semangat hidup yang kuat, jadi dia
masih berusaha dengan baik untuk bertahan. Darah yang keluar dari hidungnya itu
hanyalah menandakan keadaannya yang lemah dan tidak stabil karena dia baru
keluar dari rumah sakit ini kemarin. Kalian tidak perlu khawatir, dia akan
sadar nanti dan jangan membuatnya berpikir terlalu banyak, biarkan dia beristirahat
dan mendapatkan kembali kesehatannya yang hilang karena tekanan demi tekanan
yang sulit dia kontrol. Kau adalah kekasihnya, dia membutuhkanmu untuk
mengendalikan tekanan yang terus datang padanya. Kalau begitu, aku permisi
dulu.”
“Terima kasih, Dok.” Itu suara Jung. Dia
ada di sini. Mengapa mataku terasa berat sekali untuk dibuka?
“Ya Tuhan, kenapa hal seperti ini harus
terjadi? Dia gadis yang baik, dia berhak untuk bahagia. Yoora, sadarlah. Aku
berjanji padamu, ketika kau sadar nanti, kita akan mengusulkan beasiswa bersama
ke Oxford atau Harvard atau kampus manapun yang kau mau dan kita akan memulai
kehidupan baru di sana bersama-sama sebagai kakak-adik. Kita akan melupakan
semua yang sudah terjadi di sini dan menulis lembar baru yang bahagia untuk
hidup kita. Tolong, setelah kehilangan ibuku, aku tidak memiliki siapa-siapa
lagi, aku mungkin beruntung karena masih diberi kesempatan untuk mengenal
ibuku, tapi kau tak pernah diberi kesempatan itu. Aku mohon, sadarlah, aku
berjanji akan menjadi kakak yang baik untukmu. Aku tidak ingin merasa kehilangan
lagi, aku tidak mau.” Isak tangis Euna terdengar dengan jelas di telingaku
dan aku merasakan air mataku ikut mengalir, aku ada di posisi yang sama, mataku
terasa begitu berat dan usahaku untuk membukanya sia-sia sejak tadi. Aku tidak
tahu sudah berapa lama aku berbaring di bankar ini.
Aroma
khas rumah sakit benar-benar membuatku muak. Kenapa aku harus berakhir di sini
‘lagi’?
“Hey,
Baby, jangan menangis. Kau tidak perlu memikirkan apapun, istirahatlah dulu,
jika nanti kau sudah merasa lebih baik, kau bisa bangun dan aku akan ada di
sini menemanimu,” bisik Jung di dekat telingaku.
“Lebih
baik, kita tinggalkan dia. Biarkan dia beristirahat agar keadaannya cepat
membaik. Dan kurasa, kita memiliki urusan lain yang harus kita selesaikan.
Kupastikan Yoora sadar dan menyaksikan bagaimana pria itu hancur nanti, tidak
akan lama lagi. Satu minggu ini berita tentang kita akan terus ditayangkan di
semua stasiun televise dan masyarakat akan memberontak terus jika presiden kita
tidak diberhentikan dari jabatannya. Gambar Yoora pingsan tadi berhasil
tertangkap cctv dan sudah ada orang kepercayaanku yang memberikan copy-an
kasetnya pada stasiun televise kepercayaan ayahku. Dengan begitu, simpati
publik akan dimiliki Yoora seutuhnya. Keadaan akan segera baik-baik saja. Kita
akan menontonnya bersama-sama saat Mr Kim mendapatkan kehancurannya.” Itu
adalah Jin Hwa, aku merasakan langkah kaki mereka
siapapun-yang-ada-di-ruangan-ini pergi dan selanjutnya hanya ada kesunyian.
Suara
langkah kaki seseorang kembali membuatku terjaga, aku tak tahu sudah berapa
lama aku tertidur di tempat ini, tapi aku merasa lebih bugar dan lebih
berenergi, ini juga berkat cairan yang mengalir melalui jarum infuse itu. Lagi,
aku mencoba untuk membuka mataku dan berhasil. Perlahan namun pasti, mataku
mulai terbuka dan semuanya buram untuk beberapa detik lalu terlihat dengan
jelas setelahnya.
Wajah
Jung adalah yang pertama kali ditangkap oleh mataku. Dia terlihat khawatir. Aku
tersenyum lemas padanya. Dia menghembuskan napas lega dan duduk disamping
bankarku, menggenggam tanganku, mengecupnya.
“Maafkan
aku, harusnya kita bisa menunda yang tadi itu, gara-gara itu kau jadi harus
masuk ke rumah sakit lagi.”
“Tidak,
bukan salahmu, lebih cepat akan lebih baik, karena itu sudah berlalu aku jadi
merasa lebih lega sekarang.”
“Aku
senang kau bisa sadar, kupikir tadi kau akan menjerit kesakitan, tapi melihat
kau tersenyum, itu sudah memperbaikki perasaanku.”
“Tidak
perlu sekhawatir itu, aku baik-baik saja.”
“Kalau
kau memang baik-baik saja, kau tidak akan terbaring di sini lagi,” ujarnya
kesal dan aku terkekeh pelan.
“Berhentilah
kesal terus padaku, kau harusnya bersikap lebih lembut karena aku sedang sakit.
Dasar pria es!”
“Aku
sudah bersikap lembut, tapi kau yang membuatku kesal. Aku tidak ingin
bertengkar sekarang jadi, lebih baik kita menonton apa yang ada di televise
saat ini.”
Jung
menyalakan televisenya dan wajahku langsung tepampang di layar kaca. Ya ampun, aku
benar-benar ada di televise!
“Kau
lihat, kau sudah seperti mayat hidup. Wajahmu sudah seputih kertas, bibirmu
membeku, dan tanganmu sudah sedingin es. Kau menunjukan reaksi yang sangat
berlebihan.” Aku menatap Jung tak percaya.
“Apa
kau benar-benar mengatakannya? Aku takut, Jung. Apa kau tidak juga mengerti?
Sekarang, semua orang atau mungkin seluruh dunia sudah mengetahui siapa aku
sebenarnya. Aku yang selama ini dikagumi dan dicintai oleh banyak orang kini
harus bersiap-siap untuk menerima caci maki. Apa kau tak pernah berpikir, Jung?
Orang-orang diluar sana hanya akan berpikir jika aku hanyalah anak haram dan
aku juga merupakan anak dari seorang wanita yang dulunya bekerja sebagai
seorang pelacur. Apa lagi yang bisa kuharapkan sekarang? Hidupku yang tadinya
sempurna berubah begitu saja. Atau mungkin sempurna itu hanyalah bayangan semu
karena pada kenyataannya, hanya aku orang yang tidak tahu kenyataan sebesar itu
mengenai diriku sendiri. Sedang yang lainnya sudah tahu. Apa sekarang kau
menyesal karena sudah memintaku untuk menjadi pacarmu, Jung? Ya, aku mengerti.
Tentu saja, gadis seperti aku tak sama sekali berhak menjadi kekasih dari pria
sepertimu. Apa kata orang nanti, mereka akan semakin mengejekku dan aku akan
semakin menderita.”
Pria
itu menarikku kepelukannya, tangisku pecah lagi. Dia memelukku seakan-akan kami
akan berpisah untuk selamanya. Pelukan Jung adalah rumah untukku, tempatku
berlindung dari segala hal yang menyakitiku. Pelukan Jung adalah tamengku,
perisaiku, dan tempatku menyandarkan segala hal.
Jika
ada orang yang tidak tahu masalah yang menerjang hidupku saat ini, maka dia tak
akan percaya ketika mendengarnya. Jika ada seorang gadis kecil yang kata
orang-orang terdekatnya penuh dengan cinta sekarang tengah menghadapi cobaan
hidup yang sangat berat. Jika ada seorang gadis yang saat ini sedang menangis
karena merasa hidup ini sungguh tak adil padanya, dia merasa tidak pernah
melakukan apapun yang menyakiti hati
siapapun, tapi mengapa Tuhan menyakiti hatinya sedemikian rupa hingga dia sulit
untuk mengungkapkan rasa sakitnya.
“Shhttttt maafkan aku. Aku tak bermaksud
untuk menyinggung perasaanmu, Chagiya.
Aku.. ya Tuhan aku benar-benar tak bermaksud untuk menyakitimu. Kumohon maafkan
aku, tenanglah, kondisimu belum stabil.” Jung berbisik didekat telingaku.
“Aku
sudah baik-baik saja. Aku hanya sedang merasa begitu sensitive, maaf kalau tingkahku berlebihan. Aku ingin pulang besok
karena kita harus menghadiri pestanya Kyung Soo, kau ingat?”
“Tentu
saja, aku ingat. Aku mulai harus memasang perisai agar kau tak jatuh ke
pesonanya.”
“Apa
kau benar-benar khawatir aku akan jatuh cinta pada Kyung Soo? Jangan konyol,
Jung. Dia mungkin tampan, dia mungkin manis, dia mungkin tidak menyebalkan dan
tidak sedingin es. Tapi dari sekian banyak hal, ada satu hal yang harus kau
tahu Jung, dia tidak memiliki hatiku seperti kau. Jadi, kau tidak perlu
mengkhawatirkan apapun. Cukup percaya padaku!”
Dia
tersenyum lebar dan mengecup dahiku lama. “Tentu, aku percaya padamu. Akan
kupastikan kau tidak akan pernah mencintai pria lain selain aku.”
“Baiklah,
Tuan Sok Tampan, kau boleh memastikan itu dan akan kupastikan juga kau tidak
akan pernah bisa mencintai gadis lain selain aku,” ujarku dengan cengiran
lebar.
Tadi
aku menangis hebat dipelukannya dan dalam beberapa detik sihir Jung sudah
membuatku kembali tertawa lagi. Dia adalah pusat jagat raya dari Yoora
Fletcher.
Tak
berapa lama kemudian, Jin Hwa dan Euna datang dengan roti gandum yang tiba-tiba
membuatku merasa lapar. Ada Taehyung dan Hye Ni tak lama kemudian dan mereka hanya membawakanku buah, tapi itu
lebih dari cukup. Makanan rumah sakit itu menjijikan, aku beritahu saja, mereka
hanya asal memasak dan asal jadi lalu meletakannya diatas piring-piring dan
memberikannya ke pasien-pasien mereka agar pasien mereka lama sembuh dan
keuntungan mereka semakin banyak. Aku selalu benci masakan rumah sakit, apapun
bentuknya sekalipun mereka memberiku salmon.
“Jadi,
apa kau sudah merasa lebih baik sekarang gadis
bom?”
Aku
berkerut bingung saat mendengar pertanyaan dari Jin Hwa. “Apa maksudmu dengan gadis bom?”
“Iya,
itu adalah nama panggilan paling cocok untukmu karena dimanapun kau berada kau
selalu berhasil membuat suasana meledak, persis seperti yang terjadi hari ini.”
Aku
cemberut padanya. “Kau membuat keadaanku memburuk dengan membuatku kesal.”
“Jangan
ganggu dia, Jin. Kau akan menerima amukan dari Kookie.” Kami tertawa mendengar
celetukan dari Taehyung.
“Aku
ingin memberitahu kalian kabar baik. Ini tentang misi kita yang sukses tanpa
rugi sedikitpun. Rencana kita tak meleset sama kali karena dugaan tentang
publik yang akan memihak pada Yoora terbukti seratus persen. Dan dalam dua hari
Mr Kim akan ada dibalik jeruji besi. Dia sudah terbukti melanggar beberapa
pasal dan itu berakibat sangat fatal bagi karir dan kehidupannya.”
Aku
menghela napas lega saat mendengar penjelasan dari Jin Hwa. Syukurlah, itu
artinya, aku akan menerima sedikit caci maki dan mungkin banyak simpati.
“Kau
sudah dengar kan? Semuanya akan baik-baik saja.” Hye Ni merangkulku santai.
Aku
menatapnya dengan penuh tanda tanya, dia datang kemari bersama Taehyung?
Hye
Ni mengerti arti tatapanku dan dia tersenyum sambil mengangguk. Ya Tuhan! Itu
artinya dia benar-benar memikirkan saran dan perkataanku. Aku tersenyum lebar
padanya dan wajahnya memerah karena malu.
“Well, kurasa kita harus berhati-hati
sekarang, kedua gadis ini terlihat memancarkan sinyal darurat untuk kita. Aku
jadi curiga. Jangan-jangan mereka jatuh cinta satu sama lain.”
“Hei
sialan, Hyung! Jangan asal bicara.
Mana mungkin Yoora mau menjadi kekasihku jika dia penyuka sesama jenis.”
Aku
terkekeh melihat tingkah aneh Taehyung dan Jung. Mereka adalah pria gila yang
tampan yang baik hati yang lucu yang keren dan yang yang yang lainnya lagi.
“Aku
dan Hye Ni memiliki urusan kami sendiri. Ini adalah urusan perempuan dan kalian
tak perlu tahu,” ucapku tegas. Disambut dengan anggukan kepala Hye Ni.
“Kurasa
aku harus bergabung dengan mereka berdua.” Euna duduk disampingku yang lainnya.
Kami saling berangkulan. Para pria dihadapan kami terlihat saling memandang
satu sama lain dan lantas mengangkat bahu tak acuh.
“Terserah,
urus saja ‘urusan perempuan’ kalian yang tidak penting itu. Kami akan menikmati
waktu kami sendiri kalau begitu. Akhirnya, aku bisa bebas kembali tanpa ada
gadis manapun yang membuntutiku.”
Aku
merasakan Euna menegang disampingku ketika mendengar ucapan dari Jin Hwa. Jung
dan Taehyung saling melirik. “Oh jadi selama ini kau merasa jika aku ini
mengekangmu sehingga kau tidak bebas? Jadi selama ini kau berpikir jika aku
hanya membuntutimu? Apa kau benar-benar mengatakan hal itu, Oppa?”
O ow!
Ini gawat. Kenapa Euna jadi marah?
“Oh
ayolah, Euna. Kita sedang bercanda dan tidak ada yang serius di sini. Kau
jangan ikut-ikutan jadi sangat sensitif seperti Yoora. Aku bisa susah nanti.”
Aku
tertawa saat mendengar ucapannya dan tawaku adalah yang paling keras dari yang
lainnya.
Sekarang,
aku bisa mengatakan ini adalah keberuntungan dan keajaiban yang lainnya yang
dikirim Tuhan dalam hidupku. Tapi untuk percaya jika mereka menyayangiku, aku
belum bisa kecuali Jung tentu saja. Aku merasa ini bukanlah saat yang tepat
untuk berpikir apakah aku berada diantara orang-orang yang menyayangiku atau
tidak.
Yang
harus kulakukan sekarang adalah, menutup dan membakar buku lama, lalu membuka
buku baru untuk menulis cerita lain dalam hidupku karena bagian yang terjadi
hari ini adalah bagian masalalu yang memang seharusnya diletakkan di masalalu.
Aku harus memulai hidup yang baru bersama mereka mungkin. Aku tak tahu, karena
seperti yang pernah kukatakan Tuhan sudah mengatur semua yang terjadi dalam
hidup ini, kita hanya berhak untuk menjalaninya saja.
Besoknya,
seperti yang kuminta Jung mengatakan pada dokter yang merawatku kalau aku ingin
pulang hari ini dan dia mengizinkan. Tentu saja, aku tak betah lama-lama ada di
tempat ini.
Dengan
senyuman lebar di wajahku aku mencoba untuk turun dari bankar dan ajaib aku
sudah merasa jika kakiku telah kembali berfungsi sebagaimana mestinya, jadi
nanti Jung tak perlu menggendongku seperti kemarin.
“Kalau
kau tidak ingin aku membatalkan rencana kita nanti malam, maka kau harus
menuruti semua perkataanku sepanjang hari ini. Aku benar-benar tidak ingin
terjadi sesuatu apapun padamu lagi, kumohon, Yoora-ssi!”
Aku
mendongak dan Jung berdiri di pintu masuk ruang rawatku dengan wajah khawatir.
Aku memberikan cengiran lebarku padanya.
“Kau
tenang saja, aku benar-benar sudah merasa lebih baik sekarang dan kau juga tidak
perlu menggendongku nanti, Oke? Aku bisa jalan sendiri.”
“Baik,
tapi kau harus tetap menuruti perkataanku sampai hari ini berakhir, Oke?”
“Baiklah,
Tuan Pemaksa. Aku akan menurut padamu khusus hari ini saja.”
Barulah,
setelah aku berkata seperti itu padanya, dia tersenyum lebar dan kami melangkah
keluar bersama.[]
My Twin :*
Hye Ni
Euna
TaeTae
Kookie :*
Jin Hwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar