WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam
proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca
yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran
disana-sini. Happy Reading!
BAB 7
Sudah
jam delapan malam begitu Jung dan aku tiba di apartemenku. Kami menghabiskan
waktu seharian di tempatnya. Aku juga sempat memasak di dapurnya. Katanya, aku
akan mejadi satu-satunya wanita yang akan memasak di sana. Manis sekalikan.
Ternyata dibalik sikap dinginnya itu, dia bisa begitu manis. Dia juga sering
menggodaku. Tapi itu adalah waktu-waktu yang selalu aku inginkan untuk ada di
hidupku.
“Kau
sudah menyiapkan koperku, Hyung?”
“Sudah, semuanya sudah siap. Apa kau akan
pulang malam ini?”
“Tidak,
aku akan menginap di rumah Yoora malam ini. Besok aku akan langsung menuju
bandara. Oke?”
“Ya ya, baiklah. Kau harus mentraktirku
nanti. Aku sudah menyiapkan kopermu dan aku juga akan membawa supir tambahan
untuk membawa kembali mobilmu. Dah, nikmati waktu kalian. Kau tidak akan
bertemu dengannya selama satu minggu. Selamat merindu, Kookie.”
Aku
mendengar tawa senang disebrang sana lalu sambungan terputus. Aku tidak tahu
apa yang mereka bicarakan karena ya aku tak bisa bicara dalam bahasa korea.
Menatap Jung menunggu penjelasan darinya.
Dia
menghela napas sebelum mulai berbicara. “Besok hingga satu minggu ke depan aku
akan pergi. Jepang. Aku akan pergi ke Jepang. Jadi, kita tak akan bertemu
selama tujuh hari.”
Aku
terdiam lagi. Dia akan ke Jepang?
“Apa
yang kau lakukan di Jepang?”
“Bekerja,
tentu saja. Nanti kau akan tahu. Yang jelas, malam ini aku akan menginap di
sini bersamamu karena waktu tujuh hari itu akan sangat lama untukku tidak
bertemu denganmu.”
“Berlebihan!
Aku tahu kau pasti akan sangat merindukan aku.”
“Kau
juga akan merindukanku, lihat saja nanti.”
Aku
tersenyum padanya. Meraih remot tv dan menyalakannya, berita terkini menyambut
kami. Aku cemberut tak suka, aku paling benci berita, aku lebih suka acara
gosip. Jung menghentikanku ketika aku hendak mengganti cannelnya.
“Jangan,
kau bisa melihat apa yang sedang terjadi saat ini di kota besar macam ini.
Lihatlah!”
Aku
kembali menatap televise dan menemukan berita yang terlihat sedang hangat.
Reporter itu berbicara dalam bahasa korea tapi televiseku memiliki subtitle langsung. Mataku melotot tak
percaya jika berita itu adalah tentang orang nomor satu di Korea Selatan, dia
diberitakan memiliki anak haram dan ya Tuhan tentu saja itu akan menghancurkan
karirnya sebagai pejabat tertinggi negara ini. Tapi bagaimana bisa wartawan
mencium berita privat yang seharunya
disimpan dengan baik seperti itu.
Semua
orang bisa berpikir jika presiden negeri ini adalah seorang pria brengsek.
“Apa
itu benar? Presiden kalian memiliki anak haram?”
“Entah,
sudah dua minggu ini, hanya berita inilah yang paling sering diperbincangkan,
hingga sekarang, dia belum memberi keterangan apapun pada media dan negara ini.
Dia masih sibuk mengurus beberapa perjanjian penting. Harusnya dia tak
membiarkan berita jelek seperti ini berjalan sampai dua minggu, itu membuat
masyarakat berpikir jika ini bukan hanya sekedar gosip belaka, tapi merupakan
kenyataan. Jika itu memang benar terjadi, dia akan diberhentikan secara tidak
hormat dari jabatannya dan kehilangan segala haknya untuk ikut kembali ke dunia
politik, hidupnya akan hancur.”
Aku
mengangguk setuju pada Jung. “Apa dia memiliki seorang anak yang tersorot?”
“Kau
akan terkejut jika kau mengetahui siapa anaknya. Dia satu sekolah dengan kita.”
Mulutku menganga tak percaya. Ya ampun, apa dia sedang bercanda?
“Kau
tidak sedang bercandakan?”
“Tidak,
aku sedang sangat serius saat ini. Kau sudah bertemu dan melihatnya, kau bahkan
sudah berbicara dengannya. Dia, Goo Euna, adalah anak dari Mr Kim, orang nomor
satu di Korea Selatan.”
Petir
menyambar di atas kepalaku. Goo Euna adalah anak dari presiden Kim? Kebetulan
yang sangat luar biasa. Tapi mengapa dia tidak memakai marga ayahnya?
“Mengapa
dia bermarga Goo bukan Kim? Aneh!”
“Setahuku,
dulu dia pernah bercerita tentang alasannya padaku. Euna sebenarnya memiliki
marga ayahnya, tapi ketika menginjak masa remaja dan waktu itu Mr Kim tengah
sibuk mempersiapkan diri untuk meningkatkan eksistensinya di dunia politik
hingga kesibukan Mr Kim membuat Euna merasa sudah tak lagi menjadi bagian dari
kehidupan ayahnya, dia hanya memiliki ibunya dan memutuskan untuk memakai marga
ibunya saja. Bahkan di saat ibunya meninggalpun ayahnya hanya hadir beberapa
menit lalu pergi lagi untuk mengurus karir politiknya.”
“Jadi,
dia membenci ayahnya? Begitukah?”
“Dia
tak pernah mengatakan hal seperti itu. Dia hanya..dia sama sepertiku, kurang
perhatian dari orangtuanya. Kesepian.”
“Tapi
dia masih memiliki ibunya walau tidak lama kan? Sedangkan dirimu, kau tidak
memiliki siapapun, tapi tenang saja, mulai hari ini kau memilikiku.” Aku
menjatuhkan tubuhku dalam pelukannya. Memejamkan mata saat dia mengecup dahiku
dengan lembut lalu memainkan rambutku dengan jemarinya.
“Tentu,
aku tidak perlu merasa khwatir akan apapun lagi sekarang, gadis yang saat ini
sedang bermanja-manja dipelukanku adalah gadis dengan penguasaan bela diri
terbaik yang pernah kukenal,” ujarnya.
“Ya,
aku akan memotong-motong orang itu, siapapun dia jika dia berani menyakiti
kekasihku.”
“Kau
menyeramkan sekali! Tapi, well itu
cukup romantis.”
“Aneh!
Setahuku, pria adalah sosok yang diwajibkan untuk menjadi romantis pada
kekasihnya, tapi kenapa aku jadi yang lebih romantis dibandingkan denganmu. Apa
kau mau bertukar posisi? Aku menjadi prianya dan kau menjadi wanitanya?”
“Kau
gila hah!” ujarnya sambil memukul pelan kepalaku. Aku terkikik geli. Ternyata
wajahnya saat sedang kesal itu menggelikan juga. Dia terlihat cute!
“Aku
bisa lebih romantis daripada itu. Itu masih biasa saja!”
Aku
menatap jahil padanya.
“Lalu,
apa yang bisa kau berikan untukku kalau begitu? Tidak, tidak, apa yang bisa kau
lakukan untukku saja?” Aku menatapnya seraya menaik-turunkan alisku.
“Aku
bisa memberikanmu duniaku. Tidakkah itu sudah mencakup segalanya?”
“Kau
tahu, kau bukan pacar pertamaku, tapi kau yang kelima, cukup menyedihkan memang.
Bagi gadis-gadis Amerika, empat sebelum dirimu itu sangat payah, di sana
teman-temanku bergonta-ganti pasangan tiap minggunya, mereka bahkan melakukan beach party dengan alkohol dan sex. Jangan heran, kau pasti mengerti,
dari semua pengalamanku, aku belum menemukan pria yang yang berbeda, yang bisa
memberikanku duniannya. Itu terdengar mustahil. Sampai sekarang aku masih
berpikir jika semua pria di dunia ini sama saja dan aku juga yakin kau pasti
berpikir semua wanita itu sama saja, bukankah begitu?”
“Tidak,
semuanya sudah berubah, aku sudah merubah semua pikiranku tentang itu sejak aku
bertemu denganmu. Kau gadis yang berbeda dan kau adalah milikku. Aku tak akan
membiarkanmu lari. Aku akan mengikatmu dengan rantai tak kasat mata. Lihat
saja! Dan aku akan membuktikannya padamu, kalau kau sudah menjadi pusat duniaku
sekarang, Yoora.”
“Aku
tak akan menyembunyikan kenyataan yang satu ini darimu, ketika kau menyatakan
semua perasaanmu padaku, aku sudah menemukannya dan mengakui hal itu lebih dulu
pada diriku sendiri. Bahwa kau telah menjadi pusat duniaku juga.” Kami
tersenyum dalam diam, aku selalu suka menyelam ke dalam matanya yang kini
berisikan air hangat dan bisa menghangatkanku kapan saja.
“Bisakah
kita pergi tidur sekarang? Aku benar-benar membutuhkannya,” ujarnya pelan di
depan wajahku.
Aku
menariknya mengikutiku, ini adalah yang pertama, aku tidak pernah membawa
seorang pria masuk ke kamarku, tapi entah kenapa aku yakin padanya. Kami hanya
akan beristirahat dan tidur, melepas segala kepenatan di hari bolos yang sangat
berkesan ini.
“Kau
memiliki kamar ternyaman, bahkan lebih nyaman dari kamarku,” komentarnya begitu
dia menjatuhkan tubuhnya di atas kasurku.
“Ganti
dulu bajumu, bersihkan tubuhmu, aku memiliki beberapa kaos besar yang akan
cukup untukmu dan celana pendek juga.”
“Bagaimana
bisa kau memilikinya?”
“Waktu
itu, ketika aku belanja dengan Taehyung Oppa,
dia mengambil kaos ukurannya dan juga celana pendeknya. Ketika aku bertanya, untuk
apa. Dia bilang kalau nanti aku pasti akan membutuhkannya.”
“Sial!
Hyung, sudah gila!”
“Sudah
cepat mandi, setelah kau baru aku.” Dia mengangguk dan menyambut handuk yang
kulempar padanya. “Pakaiannya di atas kasur, jika kau membutuhkan sesuatu aku
ada di dapur, aku akan membuatkanmu tea panas,” ujarku lalu menutup pintu
kamar.
Aku
kembali ke ruang santai di mana aku meninggalkan tasku. Meraihnya dan dengan
cepat, memeriksa apa saja yang ada di ponselku. Aku mendapatkan tiga pesan dan
lima panggilan tak terjawab. Dua pesan dari Jin Hwa dan satu pesan dari
Taehyung. Tiga panggilan tak terjawab dari Jin Hwa dan dua dari Jessy.
Isi
pesan Jin Hwa hanya menanyakan di mana aku dan apa semuanya baik-baik saja
serta permintaan maaf atas ucapan tidak sopan yang sudah dikatakan kekasihnya
padaku. Taehyung, hanya menanyakan keadaanku karena katanya sedang tidak ada
kerjaan. Aku memutuskan untuk kembali menelpon Jessy, siapa tahu dia ingin
membicarakan hal yang penting denganku.
Aku
mengaktivkan loudspeaker-nya dan
meletakkan ponselku di atas counter.
Nada dering ketiga, suara cempreng Jessy sudah memenuhi dapurku.
“Hey kau! Kim Yoora! Berani-beraninya kau
tidak menghubungiku kemarin hah? Kau tidak tahu ada begitu banyak hal yang
ingin kuceritakan padamu. Kau tahu, dua hari lagi aku akan menyusulmu ke sana
seperti perjanjian kita. Aku sangat tidak sabar. Halo? Kau ada di sana kan?
Yoora?”
“Bagaimana
aku bisa bicara jika sedari tadi kau terus yang berteriak.” Dia terkekeh di
sana.
“Maaf, jadi ceritakan padaku? Apa saja yang
terjadi padamu di sana?”
“Tidak
ada, semuanya baik-baik saja. Hanya saja, banyak orang yang tak menyukaiku, dan
salah satunya adalah anak dari presiden Korea Selatan. Dia satu sekolah
denganku, tadi aku bertemu dengannya di sekolah dan dia mengatakan hal yang
buruk tentangku, padahal dia belum mengenalku sama sekali. Tapi beruntungnya
aku memiliki seseorang yang mampu menenangkanku. Jadi, sekarang, situasinya
sudah aman terkendali. Kau tak perlu khawatir.”
Dua
menit, Jessy tak kunjung bersuara. “Jess? Halo? Kau masih di sana?”
“Ah, iya, aku masih di sini! Wow, jadi kau
satu sekolah dengan anak seorang presiden? Itu luar biasa sekali. Apa dia
cantik?”
“Dia
cantik, tapi perilakunya tidak secantik wajahnya.”
“Ah ya, aku mengerti. Eh, Yoora, aku ada
urusan sekarang, lain kali kita bicara lagi ya, dah..”
Dahiku
berkerut saat Jessy memutus sambungannya begitu saja. Aneh! Apa yang terjadi?
“Apa
tea-ku sudah siap?”
Aku
tersenyum pada Jung, dia terlihat lebih segar sekarang. Aku memberikannya
secangkir tea hangat. “Nikmatilah tea-mu, aku akan mandi.”
Aku
meninggalkannya di dapur.
Lima
belas menit di kamar mandi aku berpikir mengenai semua hal yang terjadi dan
yang selalu ada di kepalaku adalah Euna. Mengapa dia tidak menyukaiku? Kami
bahkan tak saling kenal sebelumnya. Pasti ada masalah serius dibalik semua ini.
Tak mungkin hanya karena gosip perjodohan bodohku dan Jin Hwa, dia menjadi
begitu marah dan membenciku. Tentu saja, ada sesuatu yang lain, yang telah
terjadi dan aku tidak tahu apapun.
Jung
sudah berbaring dengan nyaman di atas tempat tidurku saat aku keluar dari kamar
mandi. Dia sedang serius memperhatikan ponselnya. Aku menyusul dan ikut
berbaring di sampingnya.
“Besok
kau harus pergi pagi ke bandara kalau tidak ingin ketinggalan pesawat, tidurlah
sekarang dan matikan ponselmu.” Aku mengambil ponselnya paksa dan mematikannya.
“Harusnya
kau biarkan aku menyelesaikannya, sedikit lagi menang.” Dia juga penggila game. Aku tidak mempedulikan
gerutuannya, membalikkan tubuhku membelakanginya dan memutuskan untuk tidur.
“Kita
tidak akan bertemu selama seminggu dan sekarang kau malah membuatku kesal.”
“Terserah,
aku mengantuk, dan hari ini cukup melelahkan walaupun tak melakukan apapun. Aku
ingin tidur, besok aku tak akan membangunkanmu kalau kau kesiangan,” desisku
pelan.
Lama
tak terdengar apa pun dari Jung hingga dia melingkarkan tangannya di
belakangku, dan jatuh tertidur. []
Yoora :)
Euna
Jin Hwa
My Kookie :*
Tumben pendek gini? Tapi biarlah~ aku masih kepoo~ kenapa euna kejam begitu~
BalasHapusBab ini emang pendek wkwkwkkwk.. tunggu kelanjutannya ya chingu😚
Hapus