Jumat, 21 Agustus 2015

INRO HIS WORLD BAB 28

WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran disana-sini. Happy Reading!





BAB 28



Jessica benar-benar tidak pulang semalam dan dia baru muncul pagi ini saat kami semua sedang sarapan. Ruang makan itu heboh karena teriakannya dan juga dia menangis karena merasa sangat bersalah padaku. Sekarang semua kesalahpahaman sudah terselesaikan.
Siang ini aku dan Jung akan pergi ke kantor paman dan membicarakan masalah kerja sama juga dukungan untuk menggagal pertunangan itu. Jung bilang Taehyung dan Hye Ni sudah berhasil membocorkan beritanya. Sekarang media dan masyarakat tengah dihebohkan dengan hubungan kacau orangtua Jung yang diakibatkan oleh kakeknya.

“Aku yakin paman akan mendukung kita, tapi apa yang akan kita lakukan saat tiba di Seoul nanti? Bagaimana caranya kita akan menghadapi kakekmu?” tanyaku.
“Biarkan aku yang mengurus itu, Yoora. Sekarang kita selesaikan tugas kita karena hanya tugas kita saja yang belum selesai sampai saat ini sedang besok adalah waktunya,” jawab Jung.
Aku menekan tombol lift ke lantai paling atas untuk menuju ke ruangan pamanku. Gedung perusahaan ini terletak di pusat kota, pernah dinobatkan menjadi gedung paling indah dibandingkan gedung perusahaan lain dulu, tapi sekarang sudah banyak perusahaan dengan gedung bagus lain yang berdiri di Amerika.
Lift membawa kami naik ke atas dan seorang resepsionis mengantar aku dan Jung masuk ke dalam karena memang paman sudah menunggu kami berdua.
Pria paruh baya itu mengangkat wajahnya dari berkas-berkas yang sedang ia tekuni di meja kerjanya begitu aku dan Jung masuk ke dalam. Dia tersenyum senang melihatku.
“Duduklah. Sejak kekasihmu ini menghubungiku beberapa hari yang lalu dan mengatakan jika dia dan kau sangat membutuhkan bantuanku, aku langsung memikirkan hal itu terus. Untunglah, kalian akan kemari jadi kita bisa membicarakannya dengan baik agar aku mengerti situasinya. Jadi, jelaskan padaku, apa yang sebenarnya sudah terjadi?”
Jung duduk di sampingku dengan wajah kakunya. Sampai kapanpun akan sulit baginya untuk bisa beradaptasi dengan mudah, dia akan selalu kaku seperti itu kecuali pada orang-orang yang membuatnya nyaman. Apa yang sudah ia alami ketika dia masih kecil telah membentuk kepribadiannya.
“Sebelumnya aku ingin mengatakan padamu, Mr. Jika aku mencintai Yoora. Dan aku melakukan semua ini untuk mempertahankan hubungan kami semampu yang aku bisa. Kakekku berencana untuk menjodohkanku dengan seorang gadis berdarah setengah Korea dan setengah Eropa, dia adalah putri bungsu dari pemilik Key Group. Aku rasa Anda pasti tahu tentang perusahaan itu. Aku tidak akan membiarkan pria tua itu mengatur hidupku seperti aku ini bonekanya dan bernasip sama seperti ayahku karena tidak mampu melawan kakek. Aku ingin meminta bantuan dari Anda untuk bersedia melakukan kerja sama dengan perusahaanku, dengan begitu ketika semua rencanaku untuk menggagalkan pertunangan itu terjadi, aku akan tunjukan pada kakekku jika aku bisa memenangkan kerja sama perusahaan besar yang berbasis di Amerika dan eksistensinya bahkan tidak perlu ditanyakan lagi. Aku mohon, bantulah kami. Aku tidak bisa kehilangan Yoora. Aku tidak pernah berpikir bagaimana akan hidup setelah keponakanmu ini mencuri hatiku,” jelas Jung.
Pamanku terdiam, tampak berpikir. Sesekali dia akan melihat padaku dan akan mengalihkan lagi pandangannya pada Jung.
Setelah sekian menit suasana hening yang canggung menemani kami, akhirnya pamanku menghela napasnya lalu aku sudah melihat jika dia sudah memutuskan apa yang akan dilakukannya.
“Aku tidak akan menyalahkanmu untuk melakukan hal seperti ini, Anak muda. Kau hanya sedang jatuh cinta dan kau sedang berjuang untuk mempertahankan hubungan kalian. Aku mengerti itu, tapi mengaitkan hal itu dengan urusan bisnis seperti ini aku harus berpikir keras karena aku tidak bisa menjalin kerja sama begitu saja denganmu tanpa melihat potensi dan keuntungan apa saja yang kau tawarkan padaku. Karena apa, karena bisnis tetaplah bisnis. Kau tidak bisa mencampur adukkan masalah pribadimu ke dalamnya. Kau tenang saja, aku sudah pasti akan membantu kalian terutama kau Yoora, apapun demi kebahagiaanmu. Tapi bukan membantu dengan cara seperti ini. Aku bisa menjatuhkan kakekmu itu dalam sekali jentikan jari melalui wanita Eropa yang memimpin Key Group itu. Dia adalah temanku dulu ketika kami sama-sama bersekolah di Harvard. Dia bisa membantuku untuk mempermalukan kakekmu dan dengan begitu pertunanganmu akan batal lalu kau bisa tetap bersama dengan keponakanku. Bagaimana?”
Itu adalah sebuah kejutan mengetahui jika ibu dari Han Nara adalah teman kuliah pamanku dulu. Betapa sempitnya dunia ini, Tuhan!
“Maksud Anda, Anda tidak menerima permintaan kerja samaku?”
“Kita akan tetap melakukan kerja sama, tapi tidak sekarang dan tidak dengan cara seperti ini. Aku benar-benar tidak bisa melanggar prinsip kerjaku sejak dulu, Nak. Aku merestui hubungan kalian, kau pria yang baik dan jaga keponakanku ini. Jika kau membuatnya tidak bahagia, aku akan mengambilnya darimu,” ujar Pamanku sambil tersenyum.
“Sekarang, kalian bersiaplah, bukankah nanti malam kalian akan kembali ke Seoul? Biarkan aku yang menghubungi Mrs Han untuk memberitahunya semua ini. Wanita itu mungkin sedikit keras kepala, tapi aku mengenalnya dengan sangat baik, dia pasti akan bersedia membantuku. Apalagi ini demi keponakanku.”
“Eh, Uncle, apakah wanita itu tidak tahu jika aku ini adalah keponakanmu? Karena kami sempat bertemu ketika aku dan Jung makan malam bersama mereka beberapa hari yang lalu,” tanyaku.
“Tidak, Yoora. Dia bahkan tidak mengenal Jessy. Kalian tidak perlu khawatir lagi. Aku akan membereskan semuanya dan sekarang sudah ada banyak orang yang menungguku di ruang rapat. Aku tinggal dulu.” Pamanku melimbai meninggalkan kami.
Pantas saja, ternyata wanita itu tidak tahu tentang aku bahkan tentang Jessica juga jadi wajar-wajar saja jika dia bisa melayangkan tatapan sesinis itu padaku dulu.
Aku dan Jung pergi berkeliling sebentar sebelum pulang, aku mengenalkan kota kelahiranku padanya. Dan kami pergi ke pantai yang ramai di kunjungi orang-orang.  
“Aku tidak ingin melihatmu memakai pakaian minim seperti wanita-wanita itu,” desisnya tiba-tiba.
Well sekarang kami sedang duduk di kedai menikmati air kelapa dengan pemandangan lautan biru. Aku mengerti maksud Jung berkata seperti itu. Aku pernah memakai bikini beberapa kali ketika sedang di pantai, kadang aku hanya mengenakan atasannya saja dan bawahannya aku memakai hotpantsku. Tapi, terakhir yang kuingat aku memakai bikini tahun lalu saat ada pesta ulang tahun temanku dengan tema pool party di rumahnya. Bikini yang kupakai juga tidak terlalu mencolok untuk bisa menjadi perhatian banyak orang. Hanya bikini biasa. Setelah hari itu, aku rasa aku tidak pernah lagi memakai bikini, lebih sering mengenakan kaos kebesaran tanpa lengan dan hotpants meski aku memakai bikini di dalamnya, tapi orang-orang tidak akan bisa melihat.
“Jangan pernah lupakan tempat di mana aku dibesarkan, Jung. Inilah lingkunganku sejak aku kecil. Ini sudah biasa untukku. Aku pernah memakai pakaian seperti gadis-gadis itu hanya saja aku tidak berani membukanya di depan umum untuk tampil topless. Tapi kau tenang saja, aku sudah tidak pernah memakainya lagi sejak lama.”
“Bagus, rasanya aneh kalau ada pria yang mengagumi tubuh pacarku di depanku, jangankan mengalaminya, memikirkannya saja sudah membuatku kesal.”
Aku terkikik mendengarnya. “Jangan dipikirkan lagi. Kurasa kita lebih baik pulang sekarang, sebentar lagi kita harus ke bandara.”
Jung mengangguk dan kami beranjak dari kursi-kursi kayu itu, melimbai pergi meninggalkan pantai yang ramai.
Sekali lagi besok, aku akan menghadapi hari besarku. Dan hari besar Jung juga. Aku harap rencana yang dibuatnya ini berhasil menyadarkan kakeknya jika perbuatannya salah. Tidak seharusnya dia memisahkan cucunya sendiri dari teman-temannya juga seseorang yang dicintainya.
“Aku rasa kita harus lewat pintu lain untuk masuk ke pesawat nanti karena sudah ada banyak wartawan yang menunggu kita di sana. Mereka sudah berhasil mengetahui jika aku dan kau ada di Miami. Aku baru saja mendapat telepon dari bawahanku,” jelasnya.
Aku hanya diam mendengarnya. Aku sudah terbiasa berada di situasi seperti ini, tapi rasa khawatir dan ketakutan masih melingkupiku. Orang-orang itu bisa lepas kendali dan menyakiti aku ataupun Jung. Aku harap pihak keamanan berhasil membereskan mereka semua.
“Tapi kita tidak bisa menunda jam keberangkatan atau kita akan telat datang ke pestanya besok malam.”
“Kita tidak akan menunda jam keberangkatan, Chagiya. Kita akan tetap berangkat sebentar lagi hanya saja kita harus sedikit mengelabui mereka.”
Aku diam lagi hingga mobil yang dibawanya ini berhenti di pekarangan rumahku. Jessy dan bibi Joan ada di ruang santai saat aku dan Jung masuk ke dalam. Mereka sedang asik menonton berita.
“Kalian akan menempuh perjalanan panjang sebentar lagi, lebih baik kalian makan sekarang. Aku sudah buatkan makanan untuk kalian,” seru bibi Joan.
Wanita ini memiliki hati yang lembut, dia sosok ibu paling sempurna di dunia ini. Seandainya aku diizinkan untuk mengenal ibuku sebentar saja. Aku mungkin tidak akan berkata seperti itu karena tentunya aku akan lebih memilih ibuku ketimbang bibi Joan.
Aku, Jung, dan Jessica makan bersama sore itu. Jessy sudah memutuskan akan ikut ke bandara untuk mengantarku dan Jung.
Kami sudah menjelaskan padanya tentang wartawan bodoh itu, tapi kata Jessy dia malah senang jika harus disorot karena dia akan merasa seperti artis Hollywood papan atas. Dasar dia itu!

Aku memakai pakaian santai milikku karena memang kemungkinan besar malam ini aku dan Jung akan menghabiskan malam di atas udara. Kami mungkin akan tiba besok subuh di Seoul.
Mobil Jessy membawa aku dan Jung pergi meninggalkan rumah masa kecilku itu dan entah kapan aku akan kembali kesini lagi. Bulan depan, aku sudah akan sibuk dengan rutinitas kuliahku. Jung akan pergi ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya juga karena saat ini orang-orang berpendidikan tinggi saja tidak dapat menjamin kelangsungan hidupnya apalagi orang-orang yang kurang dalam hal pendidikan.
“Aku harap rencana kalian berhasil dengan baik. Aku yakin ayah tidak mungkin membiarkan sesuatu yang buruk menimpa keponakan tersayangnya,” cetus Jessy.
“Ya, semoga saja seperti itu,” lirihku.
“Hei, ngomong-ngomong aku sudah menerima ajakan kencan seorang pria dari Inggris kemarin. Kami akan berkencan besok lusa. Doakan aku ya, semoga saja kencanku kali ini diberkahi dan dia tidak akan lari dariku,” serunya sambil terkikik.
Bukan prianya yang lari, tapi dialah yang lari. Jessy memang sering lari dari kebanyakan kencan yang dia terima karena memang pria-pria itu sering membuatnya jijik atau lebih tepatnya Jessy sudah ilfeel duluan sebelum kencannya berlangsung.
“Aku turut senang karena kau akan kembali berkencan dengan pria yang semoga saja baik untukmu. Aku berdoa semoga kencanmu kali ini berakhir bahagia sampai ke pelaminan,” ujarku dengan cengiran lebar.
Jessy terkekeh dan memberhentikan mobilnya di depan pintu keberangkatan bandara. “Kurasa, aku hanya bisa mengantar sampai di sini saja. Aku masih ada tugas yang harus kuselesaikan, semoga perjalanan kalian menyenangkan.”
Aku dan Jung melambai padanya dan mobil itu melesat pergi begitu saja.
Setelah memperhatikan sekelilingku aku akhirnya tahu jika ada banyak orang di sini yang membawa kamera. Kemungkinan besar mereka adalah wartawan bodoh yang berniat mengorek-orek informasi.
 Jung merangkulku dengan posesif, menyembunyikan wajahku di balik jaket tebalnya dan membawaku masuk dalam diam. Kami berjalan setenang mungkin agar tidak menarik perhatian siapapun.
Melewati pintu keberangkatan itu, aku mengangkat kepalaku dan menoleh kebelakang lalu memberikan senyuman manis pada beberapa di antara mereka yang berhasil melihatku, tapi terlambat mereka tidak bisa masuk ke dalam.
Salah satu dari wartawan itu berteriak dan mereka langsung bergerak, berusaha untuk menerobos pintu masuk. Security berdatangan dan menghalau keributan yang mereka buat. Sebenarnya, aku pemicunya, tapi rasanya senang bisa mengelabui mereka semua.
“Kau harusnya tidak perlu menunjukan wajahmu di depan mereka,” ujar Jung.
“Tidak apa-apa, sesekali kita harus mengerjai mereka semua,” balasku sambil tertawa senang.
Kami naik kembali pesawat pribadi milik pacarku ini dan pramugarinya menanyakan apa-apa saja yang kami butuhkan dan kata Jung yang dibutuhkannya saat ini hanyalah istirahat.

Subuh-subuh, aku dan Jung tiba di Seoul dan Oppa-Oppa kesayanganku itu sudah berjaga di bandara untuk menjemput kami. Mereka tersenyum dengan senang karena semua rencana dan pembagian tugas yang dilakukan berhasil dan berjalan dengan baik.
Masyarakat tengah heboh dengan berita hancurnya hubungan rumah tangga ibu dan ayahnya Jung.
“Kemarin, pihak manajemen di hubungi oleh kakekmu. Katanya, kami semua sudah lancang karena berani membantumu untuk menentangnya,” celetuk Nam Joon.
“Aku sudah menduga hal itu, Hyung. Kalian tenang saja. Semuanya akan berakhir malam ini dan kalian bisa berangkat tour dengan tenang,” balas Jung.
Kami sedang ada di rumah Bangtan. Jung sudah mendatangkan penata rias yang sama dengan yang mendandaniku terakhir kali kemarin beserta gaun yang harus kupakai malam ini.
“Aku dan Hye Ni benar-benar sudah bekerja keras untuk bisa meyakinkan pembuat-pembuat berita itu agar mereka mau membocorkan berita besar ini. Apalagi setelah kami menambahkan embel-embel keuntungan besar yang akan perusahaan mereka peroleh nantinya karena berita ini dipastikan akan menggegerkan pasar dan juga masyarakat banyak,” jelas Taehyung.
“Kalian semua memang yang terbaik.” Jung tersenyum saat mengatakannya.
“Kami melakukan ini demi kalian berdua. Kami menyayangi kalian dan tidak akan membiarkan kalian menghadapi masalah sebesar dan seberat ini sendirian,” kata Seo Jin.
“Kalau begitu, sekarang kurasa kita bisa mendapatkan sedikit waktu istirahat sebelum menyambut sore hari nanti yang akan menjadi hari paling besar untuk kita semua.” Ho Seok beranjak dari duduknya dan meninggalkan kami semua.
Sekilas aku masih merasa jika dia masih kesal padaku. Apalagi jika bukan tentang Sehun dan gadis bernama Kwon Haneul itu. Ini pasti ulah Jimin. Dia pasti memberitahu Ho Seok jika aku tetap pergi dengan Sehun. Dasar!
“Istirahatlah, Oppa. Nanti malam kalian harus berangkat untuk tour jadi kalian lebih membutuhkan banyak istirahat,” ujarku.

Dua jam sebelum pestanya di mulai, penata rias yang waktu itu datang ke rumah Bangtan untuk meriasku dan merapikan beberapa pria tampan itu. Dia membawakanku gaun berwarna abu-abu lembut yang menutupi bagian depan tubuhku dengan sempurna, tapi memamerkan punggung cantikku. Panjangnya sampai mata kaki, tidak lupa juga heels hitam dengan tinggi sebelas senti, sangat pas di kakiku.
“Seseorang menitipkan ini padaku untuk disampaikan pada Anda, Nona.”
Dahiku berkerut bingung menatap kotak beludru merah dengan amplop putih yang ia letakkan di atas meja rias. Dengan hati-hati aku membuka kotak beludru itu dan menemukan sepasang anting berlian yang sangat cantik di dalamnya. Ya ampun! Siapa yang memberikan ini padaku! Dengan cepat aku meraih amplop putih itu dan membukanya.
Hai, Ms Fletcher..
Sebenarnya, aku tidak tahu harus mulai darimana, tapi baiklah aku akan mulai dari hadiah dulu. Aku pernah menjanjikan sebuah hadiah padamu, Yoora. Aku pikir aku bisa menemuimu dan memberikannya secara langsung lalu mengatakan padamu tentang semua yang ada di hatiku tentang dirimu.
Aku pikir itu semua akan mudah, tapi ternyata semua yang ada dipikiranku itu salah besar. Ternyata aku tidak bisa bertemu denganmu lagi setelah mendengar cerita Sehun ketika dia mengantarmu menerima pengumuman. Dia bilang, jika binar bahagia di wajahmu telah kembali setelah hilang ketika Jungkook pegi.
Awalnya kupikir, aku masih memiliki kesempatan untuk sekedar menyapamu dan melihat jika aku masih memiliki kesempatan untuk merebut hatimu darinya. Tapi nyatanya aku salah lagi. Aku melihatmu pergi ke bandara dengannya dan aku yakin kalian akan terbang ke Miami. Aku melihatmu keluar dari apartemen dengan wajah berseri. Sesuatu yang selalu kunantikan darimu dan aku berharap akulah penyebabnya, tapi melihat seseorang yang berdiri di sampingmu, merangkulmu dengan kepemilikan, juga melihat kalung yang sempat kau lepas sudah kembali menggantung di lehermu membuatku sadar.
Semua itu seperti sebuah tamparan untukku, Yoora. Aku tersadar dari semua angan-anganku untuk memilikimu yang ternyata itu terlalu tinggi dan mustahil. Kris sudah memberitahuku tentang ini berulang kali. Yang lainnya juga, tapi aku. Aku hanya terlalu keras kepala untuk membuka mataku dan benar-benar melihat kenyataan jika kau tidak akan pernah menyerahkan hatimu pada yang lain lagi. Kau sudah memberikan hatimu padanya untuk dia jaga dan membiarkan dia memilikimu. Kau tidak akan mengizinkan yang lain masuk.
Sekarang, izinkan aku untuk mengungkapkan sesuatu yang selama ini hanya kuungkapan melalui isyarat padamu bahwa aku… bahwa aku mencintaimu, Kim Yoora. Aku mencintaimu entah sejak kapan, tapi kemungkinan besar sejak aku melihat wajahmu pertama kali saat aku menabrakmu dulu. Aku ingat kau menatapku dengan lemas sebelum menutup matamu. Bola matamu sudah menumbuhkan sesuatu yang asing dalam hatiku. Mungkin sejak saat itulah aku jatuh cinta padamu.
Kau tenang saja, aku tidak akan menuntut apapun padamu, Yoora. Aku mencintaimu dengan tulus dan aku sadar dari awal jika kemungkinan untuk memilikimu itu nyaris nol persen. Tapi kupikir tidak ada salahnya jika aku berusaha, siapa tahu Tuhan berkenan untuk membiarkanku memilikimu.
Aku senang, akhirnya kau bisa kembali bersama dengan seseorang yang kau inginkan untuk bersama denganmu. Aku di sini akan berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan rasa sakitku karena dari semua hal yang paling penting untukku adalah kebahagiaanmu. Memastikan jika dirimu bahagia itu sudah lebih dari cukup untukku.
Kumohon, simpan dan pakailah hadiah dariku itu. Anting itu adalah anting milik ibuku. Katanya, dia ingin aku memberikan anting itu pada seorang wanita yang dengannya ingin kuhabiskan sisa hidupku. Bagiku, kau adalah orangnya meski aku tidak bisa memilikimu.
Kau tenang saja, aku pasti akan menemukan seseorang suatu saat nanti, aku pasti akan jatuh cinta lagi dan melupakan perasaanku padamu. Tapi saat ini, yang kutahu kau adalah satu-satunya gadis yang kucintai.
Tetaplah jadi Yoora-ku yang tegar. Aku akan selalu memastikan kebahagiaanmu, Yoora. Aku mencintaimu~
                                                                                                Doo Kyung Soo

Air mataku mengalir begitu aku selesai membaca surat ini. Oppa…
Aku memeluk surat ini erat. Tidak, aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitinya. Aku tidak ingin menyakiti siapapun, tapi aku mencintai Jung, aku tidak mungkin membiarkan dia lebih tersiksa lagi dengan perasaannya sendiri seandainya aku bertingkah seolah-olah aku juga memiliki perasaan yang sama dengannya.
Maafkan aku, Oppa. Kau pasti akan menemukan seseorang yang lebih baik dariku, yang akan mencintaimu dengan tulus dan membahagiakanmu.
“Kita tidak bisa menebak rencana Tuhan, Nona. Pria itu mencintaimu atas izin Tuhan, dan biarkan Tuhan yang membantunya menyembuhkan luka. Anda tidak perlu bersedih, saya yakin pria itu akan mendapatkan seseorang yang lebih baik nantinya.”
Aku mengangguk mendengar nasihatnya. Menghapus air mataku dan kembali menatap ke cermin.
“Apa Tuan Muda sudah memberitahu Anda tentang kedatangan Nyonya?”
Aku menatap penata rias ini dari cermin dengan tatapan bertanya. Apa itu maksudnya ibu Jung akan ada di pesta ini juga?
“Nyonya Allysa akan hadir di pertunangan ini. Dia sudah tahu tentang berita jika hubungan buruknya dan suaminya sudah terbongkar. Dia pasti berusaha sekuat mungkin untuk terlihat baik-baik saja, padahal saat ini dia pasti sedang dalam keadaan terguncang. Rahasia yang selama ini tersimpan rapat-rapat dalam keluarganya terbongkar dan publik pastilah memandang hina keluarganya.”
“Semoga saja, aku bisa bertemu dengannya nanti. Aku akan berbicara dengannya tentang semua ini,” jawabku.
“Anda adalah gadis yang kuat, dia pasti akan sangat senang mendapati Andalah gadis yang dipilih oleh putranya.”
Aku hanya tersenyum dan menutup mataku saat dia mulai berfokus merias mataku.
Tidak lama, dia menyelesaikan pekerjaannya dan aku memakai gaun yang sudah disiapkan Jung untukku.
“Aku senang bisa membantu Anda sekali lagi untuk mempersiapkan penampilan Anda,” ujarnya menatap puas padaku.
“Terima kasih, eh ngomong-ngomong aku harus memanggilmu dengan sebutan apa?”
Dia terkekeh pelan. “Anda bisa memanggilku dengan Daeyoo.”
“Baiklah, terima kasih Daeyoo,” ujarku.
Jung masuk ke kamarnya setelah aku mengatakan terima kasih pada penata riasnya. Dia sudah rapi dan luar biasa tampan layaknya CEO muda.
Daeyoo meninggalkan kamar ini setelah dia membungkuk hormat pada Jung. Pria itu melangkah mendekatiku.
“Aku tidak ingin mengatakannya lagi, tapi rasanya itu seperti aku terlalu munafik. Jadi, biarkan aku mengatakannya, kau terlihat sangat cantik sore ini,” ungkapnya.
Pipiku panas saat mendengar pujiannya padahal ini bukan pujian pertamanya padaku, tapi reaksiku selalu seperti itu.
“Kau terlihat cukup baik, Sir.”
“Hei, apa-apaan itu! Aku mengatakan padamu jika kau tampak sangat cantik dan kau hanya mengatakan jika aku cukup baik?” protesnya sambil menekan kata ‘cukup baik’.
Aku tertawa pelan. “Jangan selalu mengharapkan pujian dari oranglain, Sir. Agar kau tidak kecewa.”
“Aku tidak mengharapkan pujian dari oranglain. Aku hanya mengharapkannya darimu,” katanya ketus.
“Baiklah, baik. Kau terlihat tampan sore ini. Apa sekarang kau senang?”
Aku melangkah mendekatinya dan merapikan lipatan-lipatan tuxedonya. Aku bisa merasakan senyumannya di atasku.
“Kau tidak akan mengerti, Yoora. Perasaan seperti ini hanya ada untukmu saja,” desisnya.
“Suatu saat mungkin aku akan mengerti. Sekarang, kita harus berangkat, yang lain tidak akan bisa berlama-lama di sana karena malam ini mereka harus berangkat untuk tour dunia mereka.”
Jung mengagguk dan kami beranjak meninggalkan kamarnya atau lebih tepatnya kamarnya saat dia masih menjadi anggota Bangtan. []



KEMBARAN :*

KYUNGSOO :D

PACAR :*




2 komentar: