WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam
proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca
yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran
disana-sini. Happy Reading!
BAB 28
Jessica
benar-benar tidak pulang semalam dan dia baru muncul pagi ini saat kami semua
sedang sarapan. Ruang makan itu heboh karena teriakannya dan juga dia menangis
karena merasa sangat bersalah padaku. Sekarang semua kesalahpahaman sudah
terselesaikan.
Siang
ini aku dan Jung akan pergi ke kantor paman dan membicarakan masalah kerja sama
juga dukungan untuk menggagal pertunangan itu. Jung bilang Taehyung dan Hye Ni
sudah berhasil membocorkan beritanya. Sekarang media dan masyarakat tengah
dihebohkan dengan hubungan kacau orangtua Jung yang diakibatkan oleh kakeknya.
“Aku
yakin paman akan mendukung kita, tapi apa yang akan kita lakukan saat tiba di
Seoul nanti? Bagaimana caranya kita akan menghadapi kakekmu?” tanyaku.
“Biarkan
aku yang mengurus itu, Yoora. Sekarang kita selesaikan tugas kita karena hanya
tugas kita saja yang belum selesai sampai saat ini sedang besok adalah
waktunya,” jawab Jung.
Aku
menekan tombol lift ke lantai paling atas untuk menuju ke ruangan pamanku.
Gedung perusahaan ini terletak di pusat kota, pernah dinobatkan menjadi gedung
paling indah dibandingkan gedung perusahaan lain dulu, tapi sekarang sudah
banyak perusahaan dengan gedung bagus lain yang berdiri di Amerika.
Lift
membawa kami naik ke atas dan seorang resepsionis mengantar aku dan Jung masuk
ke dalam karena memang paman sudah menunggu kami berdua.
Pria
paruh baya itu mengangkat wajahnya dari berkas-berkas yang sedang ia tekuni di
meja kerjanya begitu aku dan Jung masuk ke dalam. Dia tersenyum senang
melihatku.
“Duduklah.
Sejak kekasihmu ini menghubungiku beberapa hari yang lalu dan mengatakan jika
dia dan kau sangat membutuhkan bantuanku, aku langsung memikirkan hal itu
terus. Untunglah, kalian akan kemari jadi kita bisa membicarakannya dengan baik
agar aku mengerti situasinya. Jadi, jelaskan padaku, apa yang sebenarnya sudah
terjadi?”
Jung
duduk di sampingku dengan wajah kakunya. Sampai kapanpun akan sulit baginya
untuk bisa beradaptasi dengan mudah, dia akan selalu kaku seperti itu kecuali
pada orang-orang yang membuatnya nyaman. Apa yang sudah ia alami ketika dia
masih kecil telah membentuk kepribadiannya.
“Sebelumnya
aku ingin mengatakan padamu, Mr. Jika aku mencintai Yoora. Dan aku melakukan
semua ini untuk mempertahankan hubungan kami semampu yang aku bisa. Kakekku
berencana untuk menjodohkanku dengan seorang gadis berdarah setengah Korea dan
setengah Eropa, dia adalah putri bungsu dari pemilik Key Group. Aku rasa Anda
pasti tahu tentang perusahaan itu. Aku tidak akan membiarkan pria tua itu
mengatur hidupku seperti aku ini bonekanya dan bernasip sama seperti ayahku
karena tidak mampu melawan kakek. Aku ingin meminta bantuan dari Anda untuk
bersedia melakukan kerja sama dengan perusahaanku, dengan begitu ketika semua
rencanaku untuk menggagalkan pertunangan itu terjadi, aku akan tunjukan pada
kakekku jika aku bisa memenangkan kerja sama perusahaan besar yang berbasis di
Amerika dan eksistensinya bahkan tidak perlu ditanyakan lagi. Aku mohon,
bantulah kami. Aku tidak bisa kehilangan Yoora. Aku tidak pernah berpikir
bagaimana akan hidup setelah keponakanmu ini mencuri hatiku,” jelas Jung.
Pamanku
terdiam, tampak berpikir. Sesekali dia akan melihat padaku dan akan mengalihkan
lagi pandangannya pada Jung.
Setelah
sekian menit suasana hening yang canggung menemani kami, akhirnya pamanku
menghela napasnya lalu aku sudah melihat jika dia sudah memutuskan apa yang
akan dilakukannya.
“Aku
tidak akan menyalahkanmu untuk melakukan hal seperti ini, Anak muda. Kau hanya
sedang jatuh cinta dan kau sedang berjuang untuk mempertahankan hubungan
kalian. Aku mengerti itu, tapi mengaitkan hal itu dengan urusan bisnis seperti
ini aku harus berpikir keras karena aku tidak bisa menjalin kerja sama begitu
saja denganmu tanpa melihat potensi dan keuntungan apa saja yang kau tawarkan
padaku. Karena apa, karena bisnis tetaplah bisnis. Kau tidak bisa mencampur
adukkan masalah pribadimu ke dalamnya. Kau tenang saja, aku sudah pasti akan
membantu kalian terutama kau Yoora, apapun demi kebahagiaanmu. Tapi bukan
membantu dengan cara seperti ini. Aku bisa menjatuhkan kakekmu itu dalam sekali
jentikan jari melalui wanita Eropa yang memimpin Key Group itu. Dia adalah
temanku dulu ketika kami sama-sama bersekolah di Harvard. Dia bisa membantuku
untuk mempermalukan kakekmu dan dengan begitu pertunanganmu akan batal lalu kau
bisa tetap bersama dengan keponakanku. Bagaimana?”
Itu
adalah sebuah kejutan mengetahui jika ibu dari Han Nara adalah teman kuliah
pamanku dulu. Betapa sempitnya dunia ini, Tuhan!
“Maksud
Anda, Anda tidak menerima permintaan kerja samaku?”
“Kita
akan tetap melakukan kerja sama, tapi tidak sekarang dan tidak dengan cara
seperti ini. Aku benar-benar tidak bisa melanggar prinsip kerjaku sejak dulu,
Nak. Aku merestui hubungan kalian, kau pria yang baik dan jaga keponakanku ini.
Jika kau membuatnya tidak bahagia, aku akan mengambilnya darimu,” ujar Pamanku
sambil tersenyum.
“Sekarang,
kalian bersiaplah, bukankah nanti malam kalian akan kembali ke Seoul? Biarkan
aku yang menghubungi Mrs Han untuk memberitahunya semua ini. Wanita itu mungkin
sedikit keras kepala, tapi aku mengenalnya dengan sangat baik, dia pasti akan
bersedia membantuku. Apalagi ini demi keponakanku.”
“Eh,
Uncle, apakah wanita itu tidak tahu jika aku ini adalah keponakanmu? Karena
kami sempat bertemu ketika aku dan Jung makan malam bersama mereka beberapa
hari yang lalu,” tanyaku.
“Tidak,
Yoora. Dia bahkan tidak mengenal Jessy. Kalian tidak perlu khawatir lagi. Aku
akan membereskan semuanya dan sekarang sudah ada banyak orang yang menungguku
di ruang rapat. Aku tinggal dulu.” Pamanku melimbai meninggalkan kami.
Pantas
saja, ternyata wanita itu tidak tahu tentang aku bahkan tentang Jessica juga
jadi wajar-wajar saja jika dia bisa melayangkan tatapan sesinis itu padaku
dulu.
Aku
dan Jung pergi berkeliling sebentar sebelum pulang, aku mengenalkan kota
kelahiranku padanya. Dan kami pergi ke pantai yang ramai di kunjungi
orang-orang.
“Aku
tidak ingin melihatmu memakai pakaian minim seperti wanita-wanita itu,” desisnya
tiba-tiba.
Well
sekarang kami sedang duduk di kedai menikmati air kelapa dengan pemandangan
lautan biru. Aku mengerti maksud Jung berkata seperti itu. Aku pernah memakai
bikini beberapa kali ketika sedang di pantai, kadang aku hanya mengenakan atasannya
saja dan bawahannya aku memakai hotpantsku. Tapi, terakhir yang kuingat aku
memakai bikini tahun lalu saat ada pesta ulang tahun temanku dengan tema pool party di rumahnya. Bikini yang
kupakai juga tidak terlalu mencolok untuk bisa menjadi perhatian banyak orang.
Hanya bikini biasa. Setelah hari itu, aku rasa aku tidak pernah lagi memakai
bikini, lebih sering mengenakan kaos kebesaran tanpa lengan dan hotpants meski
aku memakai bikini di dalamnya, tapi orang-orang tidak akan bisa melihat.
“Jangan
pernah lupakan tempat di mana aku dibesarkan, Jung. Inilah lingkunganku sejak
aku kecil. Ini sudah biasa untukku. Aku pernah memakai pakaian seperti
gadis-gadis itu hanya saja aku tidak berani membukanya di depan umum untuk
tampil topless. Tapi kau tenang saja,
aku sudah tidak pernah memakainya lagi sejak lama.”
“Bagus,
rasanya aneh kalau ada pria yang mengagumi tubuh pacarku di depanku, jangankan
mengalaminya, memikirkannya saja sudah membuatku kesal.”
Aku
terkikik mendengarnya. “Jangan dipikirkan lagi. Kurasa kita lebih baik pulang
sekarang, sebentar lagi kita harus ke bandara.”
Jung
mengangguk dan kami beranjak dari kursi-kursi kayu itu, melimbai pergi
meninggalkan pantai yang ramai.
Sekali
lagi besok, aku akan menghadapi hari besarku. Dan hari besar Jung juga. Aku
harap rencana yang dibuatnya ini berhasil menyadarkan kakeknya jika
perbuatannya salah. Tidak seharusnya dia memisahkan cucunya sendiri dari
teman-temannya juga seseorang yang dicintainya.
“Aku
rasa kita harus lewat pintu lain untuk masuk ke pesawat nanti karena sudah ada
banyak wartawan yang menunggu kita di sana. Mereka sudah berhasil mengetahui
jika aku dan kau ada di Miami. Aku baru saja mendapat telepon dari bawahanku,”
jelasnya.
Aku
hanya diam mendengarnya. Aku sudah terbiasa berada di situasi seperti ini, tapi
rasa khawatir dan ketakutan masih melingkupiku. Orang-orang itu bisa lepas
kendali dan menyakiti aku ataupun Jung. Aku harap pihak keamanan berhasil
membereskan mereka semua.
“Tapi
kita tidak bisa menunda jam keberangkatan atau kita akan telat datang ke
pestanya besok malam.”
“Kita
tidak akan menunda jam keberangkatan, Chagiya.
Kita akan tetap berangkat sebentar lagi hanya saja kita harus sedikit
mengelabui mereka.”
Aku
diam lagi hingga mobil yang dibawanya ini berhenti di pekarangan rumahku. Jessy
dan bibi Joan ada di ruang santai saat aku dan Jung masuk ke dalam. Mereka
sedang asik menonton berita.
“Kalian
akan menempuh perjalanan panjang sebentar lagi, lebih baik kalian makan
sekarang. Aku sudah buatkan makanan untuk kalian,” seru bibi Joan.
Wanita
ini memiliki hati yang lembut, dia sosok ibu paling sempurna di dunia ini.
Seandainya aku diizinkan untuk mengenal ibuku sebentar saja. Aku mungkin tidak
akan berkata seperti itu karena tentunya aku akan lebih memilih ibuku ketimbang
bibi Joan.
Aku,
Jung, dan Jessica makan bersama sore itu. Jessy sudah memutuskan akan ikut ke
bandara untuk mengantarku dan Jung.
Kami
sudah menjelaskan padanya tentang wartawan bodoh itu, tapi kata Jessy dia malah
senang jika harus disorot karena dia akan merasa seperti artis Hollywood papan
atas. Dasar dia itu!
Aku
memakai pakaian santai milikku karena memang kemungkinan besar malam ini aku
dan Jung akan menghabiskan malam di atas udara. Kami mungkin akan tiba besok
subuh di Seoul.
Mobil
Jessy membawa aku dan Jung pergi meninggalkan rumah masa kecilku itu dan entah
kapan aku akan kembali kesini lagi. Bulan depan, aku sudah akan sibuk dengan
rutinitas kuliahku. Jung akan pergi ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya
juga karena saat ini orang-orang berpendidikan tinggi saja tidak dapat menjamin
kelangsungan hidupnya apalagi orang-orang yang kurang dalam hal pendidikan.
“Aku
harap rencana kalian berhasil dengan baik. Aku yakin ayah tidak mungkin
membiarkan sesuatu yang buruk menimpa keponakan tersayangnya,” cetus Jessy.
“Ya,
semoga saja seperti itu,” lirihku.
“Hei,
ngomong-ngomong aku sudah menerima ajakan kencan seorang pria dari Inggris
kemarin. Kami akan berkencan besok lusa. Doakan aku ya, semoga saja kencanku
kali ini diberkahi dan dia tidak akan lari dariku,” serunya sambil terkikik.
Bukan
prianya yang lari, tapi dialah yang lari. Jessy memang sering lari dari
kebanyakan kencan yang dia terima karena memang pria-pria itu sering membuatnya
jijik atau lebih tepatnya Jessy sudah ilfeel duluan sebelum kencannya berlangsung.
“Aku
turut senang karena kau akan kembali berkencan dengan pria yang semoga saja
baik untukmu. Aku berdoa semoga kencanmu kali ini berakhir bahagia sampai ke
pelaminan,” ujarku dengan cengiran lebar.
Jessy
terkekeh dan memberhentikan mobilnya di depan pintu keberangkatan bandara.
“Kurasa, aku hanya bisa mengantar sampai di sini saja. Aku masih ada tugas yang
harus kuselesaikan, semoga perjalanan kalian menyenangkan.”
Aku
dan Jung melambai padanya dan mobil itu melesat pergi begitu saja.
Setelah
memperhatikan sekelilingku aku akhirnya tahu jika ada banyak orang di sini yang
membawa kamera. Kemungkinan besar mereka adalah wartawan bodoh yang berniat
mengorek-orek informasi.
Jung merangkulku dengan posesif,
menyembunyikan wajahku di balik jaket tebalnya dan membawaku masuk dalam diam.
Kami berjalan setenang mungkin agar tidak menarik perhatian siapapun.
Melewati
pintu keberangkatan itu, aku mengangkat kepalaku dan menoleh kebelakang lalu
memberikan senyuman manis pada beberapa di antara mereka yang berhasil
melihatku, tapi terlambat mereka tidak bisa masuk ke dalam.
Salah
satu dari wartawan itu berteriak dan mereka langsung bergerak, berusaha untuk
menerobos pintu masuk. Security berdatangan dan menghalau keributan yang mereka
buat. Sebenarnya, aku pemicunya, tapi rasanya senang bisa mengelabui mereka
semua.
“Kau
harusnya tidak perlu menunjukan wajahmu di depan mereka,” ujar Jung.
“Tidak
apa-apa, sesekali kita harus mengerjai mereka semua,” balasku sambil tertawa
senang.
Kami
naik kembali pesawat pribadi milik pacarku ini dan pramugarinya menanyakan
apa-apa saja yang kami butuhkan dan kata Jung yang dibutuhkannya saat ini
hanyalah istirahat.
Subuh-subuh,
aku dan Jung tiba di Seoul dan Oppa-Oppa
kesayanganku itu sudah berjaga di bandara untuk menjemput kami. Mereka
tersenyum dengan senang karena semua rencana dan pembagian tugas yang dilakukan
berhasil dan berjalan dengan baik.
Masyarakat
tengah heboh dengan berita hancurnya hubungan rumah tangga ibu dan ayahnya
Jung.
“Kemarin,
pihak manajemen di hubungi oleh kakekmu. Katanya, kami semua sudah lancang
karena berani membantumu untuk menentangnya,” celetuk Nam Joon.
“Aku
sudah menduga hal itu, Hyung. Kalian
tenang saja. Semuanya akan berakhir malam ini dan kalian bisa berangkat tour
dengan tenang,” balas Jung.
Kami
sedang ada di rumah Bangtan. Jung sudah mendatangkan penata rias yang sama
dengan yang mendandaniku terakhir kali kemarin beserta gaun yang harus kupakai malam
ini.
“Aku
dan Hye Ni benar-benar sudah bekerja keras untuk bisa meyakinkan pembuat-pembuat
berita itu agar mereka mau membocorkan berita besar ini. Apalagi setelah kami
menambahkan embel-embel keuntungan besar yang akan perusahaan mereka peroleh
nantinya karena berita ini dipastikan akan menggegerkan pasar dan juga
masyarakat banyak,” jelas Taehyung.
“Kalian
semua memang yang terbaik.” Jung tersenyum saat mengatakannya.
“Kami
melakukan ini demi kalian berdua. Kami menyayangi kalian dan tidak akan
membiarkan kalian menghadapi masalah sebesar dan seberat ini sendirian,” kata
Seo Jin.
“Kalau
begitu, sekarang kurasa kita bisa mendapatkan sedikit waktu istirahat sebelum
menyambut sore hari nanti yang akan menjadi hari paling besar untuk kita
semua.” Ho Seok beranjak dari duduknya dan meninggalkan kami semua.
Sekilas
aku masih merasa jika dia masih kesal padaku. Apalagi jika bukan tentang Sehun
dan gadis bernama Kwon Haneul itu. Ini pasti ulah Jimin. Dia pasti memberitahu
Ho Seok jika aku tetap pergi dengan Sehun. Dasar!
“Istirahatlah,
Oppa. Nanti malam kalian harus
berangkat untuk tour jadi kalian lebih membutuhkan banyak istirahat,” ujarku.
Dua
jam sebelum pestanya di mulai, penata rias yang waktu itu datang ke rumah
Bangtan untuk meriasku dan merapikan beberapa pria tampan itu. Dia membawakanku
gaun berwarna abu-abu lembut yang menutupi bagian depan tubuhku dengan
sempurna, tapi memamerkan punggung cantikku. Panjangnya sampai mata kaki, tidak
lupa juga heels hitam dengan tinggi sebelas senti, sangat pas di kakiku.
“Seseorang
menitipkan ini padaku untuk disampaikan pada Anda, Nona.”
Dahiku
berkerut bingung menatap kotak beludru merah dengan amplop putih yang ia
letakkan di atas meja rias. Dengan hati-hati aku membuka kotak beludru itu dan
menemukan sepasang anting berlian yang sangat cantik di dalamnya. Ya ampun!
Siapa yang memberikan ini padaku! Dengan cepat aku meraih amplop putih itu dan
membukanya.
Hai, Ms Fletcher..
Sebenarnya, aku tidak tahu harus
mulai darimana, tapi baiklah aku akan mulai dari hadiah dulu. Aku pernah
menjanjikan sebuah hadiah padamu, Yoora. Aku pikir aku bisa menemuimu dan
memberikannya secara langsung lalu mengatakan padamu tentang semua yang ada di
hatiku tentang dirimu.
Aku pikir itu semua akan mudah, tapi
ternyata semua yang ada dipikiranku itu salah besar. Ternyata aku tidak bisa
bertemu denganmu lagi setelah mendengar cerita Sehun ketika dia mengantarmu
menerima pengumuman. Dia bilang, jika binar bahagia di wajahmu telah kembali
setelah hilang ketika Jungkook pegi.
Awalnya kupikir, aku masih memiliki
kesempatan untuk sekedar menyapamu dan melihat jika aku masih memiliki
kesempatan untuk merebut hatimu darinya. Tapi nyatanya aku salah lagi. Aku
melihatmu pergi ke bandara dengannya dan aku yakin kalian akan terbang ke
Miami. Aku melihatmu keluar dari apartemen dengan wajah berseri. Sesuatu yang
selalu kunantikan darimu dan aku berharap akulah penyebabnya, tapi melihat
seseorang yang berdiri di sampingmu, merangkulmu dengan kepemilikan, juga
melihat kalung yang sempat kau lepas sudah kembali menggantung di lehermu
membuatku sadar.
Semua itu seperti sebuah tamparan
untukku, Yoora. Aku tersadar dari semua angan-anganku untuk memilikimu yang
ternyata itu terlalu tinggi dan mustahil. Kris sudah memberitahuku tentang ini
berulang kali. Yang lainnya juga, tapi aku. Aku hanya terlalu keras kepala
untuk membuka mataku dan benar-benar melihat kenyataan jika kau tidak akan
pernah menyerahkan hatimu pada yang lain lagi. Kau sudah memberikan hatimu
padanya untuk dia jaga dan membiarkan dia memilikimu. Kau tidak akan
mengizinkan yang lain masuk.
Sekarang, izinkan aku untuk
mengungkapkan sesuatu yang selama ini hanya kuungkapan melalui isyarat padamu
bahwa aku… bahwa aku mencintaimu, Kim Yoora. Aku mencintaimu entah sejak kapan,
tapi kemungkinan besar sejak aku melihat wajahmu pertama kali saat aku
menabrakmu dulu. Aku ingat kau menatapku dengan lemas sebelum menutup matamu.
Bola matamu sudah menumbuhkan sesuatu yang asing dalam hatiku. Mungkin sejak
saat itulah aku jatuh cinta padamu.
Kau tenang saja, aku tidak akan
menuntut apapun padamu, Yoora. Aku mencintaimu dengan tulus dan aku sadar dari
awal jika kemungkinan untuk memilikimu itu nyaris nol persen. Tapi kupikir
tidak ada salahnya jika aku berusaha, siapa tahu Tuhan berkenan untuk
membiarkanku memilikimu.
Aku senang, akhirnya kau bisa
kembali bersama dengan seseorang yang kau inginkan untuk bersama denganmu. Aku
di sini akan berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan rasa sakitku karena
dari semua hal yang paling penting untukku adalah kebahagiaanmu. Memastikan
jika dirimu bahagia itu sudah lebih dari cukup untukku.
Kumohon, simpan dan pakailah hadiah
dariku itu. Anting itu adalah anting milik ibuku. Katanya, dia ingin aku
memberikan anting itu pada seorang wanita yang dengannya ingin kuhabiskan sisa
hidupku. Bagiku, kau adalah orangnya meski aku tidak bisa memilikimu.
Kau tenang saja, aku pasti akan
menemukan seseorang suatu saat nanti, aku pasti akan jatuh cinta lagi dan
melupakan perasaanku padamu. Tapi saat ini, yang kutahu kau adalah satu-satunya
gadis yang kucintai.
Tetaplah jadi Yoora-ku yang tegar.
Aku akan selalu memastikan kebahagiaanmu, Yoora. Aku mencintaimu~
Doo Kyung Soo
Air
mataku mengalir begitu aku selesai membaca surat ini. Oppa…
Aku
memeluk surat ini erat. Tidak, aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitinya.
Aku tidak ingin menyakiti siapapun, tapi aku mencintai Jung, aku tidak mungkin
membiarkan dia lebih tersiksa lagi dengan perasaannya sendiri seandainya aku
bertingkah seolah-olah aku juga memiliki perasaan yang sama dengannya.
Maafkan aku, Oppa.
Kau pasti akan menemukan seseorang yang lebih baik dariku, yang akan
mencintaimu dengan tulus dan membahagiakanmu.
“Kita
tidak bisa menebak rencana Tuhan, Nona. Pria itu mencintaimu atas izin Tuhan,
dan biarkan Tuhan yang membantunya menyembuhkan luka. Anda tidak perlu
bersedih, saya yakin pria itu akan mendapatkan seseorang yang lebih baik
nantinya.”
Aku
mengangguk mendengar nasihatnya. Menghapus air mataku dan kembali menatap ke cermin.
“Apa
Tuan Muda sudah memberitahu Anda tentang kedatangan Nyonya?”
Aku
menatap penata rias ini dari cermin dengan tatapan bertanya. Apa itu maksudnya
ibu Jung akan ada di pesta ini juga?
“Nyonya
Allysa akan hadir di pertunangan ini. Dia sudah tahu tentang berita jika
hubungan buruknya dan suaminya sudah terbongkar. Dia pasti berusaha sekuat
mungkin untuk terlihat baik-baik saja, padahal saat ini dia pasti sedang dalam
keadaan terguncang. Rahasia yang selama ini tersimpan rapat-rapat dalam
keluarganya terbongkar dan publik pastilah memandang hina keluarganya.”
“Semoga
saja, aku bisa bertemu dengannya nanti. Aku akan berbicara dengannya tentang
semua ini,” jawabku.
“Anda
adalah gadis yang kuat, dia pasti akan sangat senang mendapati Andalah gadis
yang dipilih oleh putranya.”
Aku
hanya tersenyum dan menutup mataku saat dia mulai berfokus merias mataku.
Tidak
lama, dia menyelesaikan pekerjaannya dan aku memakai gaun yang sudah disiapkan
Jung untukku.
“Aku
senang bisa membantu Anda sekali lagi untuk mempersiapkan penampilan Anda,”
ujarnya menatap puas padaku.
“Terima
kasih, eh ngomong-ngomong aku harus memanggilmu dengan sebutan apa?”
Dia
terkekeh pelan. “Anda bisa memanggilku dengan Daeyoo.”
“Baiklah,
terima kasih Daeyoo,” ujarku.
Jung
masuk ke kamarnya setelah aku mengatakan terima kasih pada penata riasnya. Dia
sudah rapi dan luar biasa tampan layaknya CEO muda.
Daeyoo
meninggalkan kamar ini setelah dia membungkuk hormat pada Jung. Pria itu
melangkah mendekatiku.
“Aku
tidak ingin mengatakannya lagi, tapi rasanya itu seperti aku terlalu munafik.
Jadi, biarkan aku mengatakannya, kau terlihat sangat cantik sore ini,”
ungkapnya.
Pipiku
panas saat mendengar pujiannya padahal ini bukan pujian pertamanya padaku, tapi
reaksiku selalu seperti itu.
“Kau
terlihat cukup baik, Sir.”
“Hei,
apa-apaan itu! Aku mengatakan padamu jika kau tampak sangat cantik dan kau
hanya mengatakan jika aku cukup baik?” protesnya sambil menekan kata ‘cukup baik’.
Aku
tertawa pelan. “Jangan selalu mengharapkan pujian dari oranglain, Sir. Agar kau
tidak kecewa.”
“Aku
tidak mengharapkan pujian dari oranglain. Aku hanya mengharapkannya darimu,”
katanya ketus.
“Baiklah,
baik. Kau terlihat tampan sore ini. Apa sekarang kau senang?”
Aku
melangkah mendekatinya dan merapikan lipatan-lipatan tuxedonya. Aku bisa
merasakan senyumannya di atasku.
“Kau
tidak akan mengerti, Yoora. Perasaan seperti ini hanya ada untukmu saja,”
desisnya.
“Suatu
saat mungkin aku akan mengerti. Sekarang, kita harus berangkat, yang lain tidak
akan bisa berlama-lama di sana karena malam ini mereka harus berangkat untuk
tour dunia mereka.”
Jung
mengagguk dan kami beranjak meninggalkan kamarnya atau lebih tepatnya kamarnya
saat dia masih menjadi anggota Bangtan. []
KEMBARAN :*
KYUNGSOO :D
PACAR :*
Huehehe, Kyungsoo, kamu yang sabar ya... Sini, kamu sama aku aja.
BalasHapusngakak :D
Hapus