Senin, 10 Agustus 2015

INTO HIS WORLD BAB 25

WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran disana-sini. Happy Reading!

EHEM..
ADA SESUATU YG HARUS AKU SAMPEIN NIH YA.. AKU CUTI NGEPOST DULU DARI BESOK SAMPE TGL 18 NANTI KARENA AKU MAU BERANGKAT KELUAR KOTA BUAT URUSAN KULIAH HEHE :) JADI AKU MOHON IZIN YA :) INI BAB YG SEMPET AKU SELESAIN SEBELUM PERGI.. 


BAB 25


Suasana di meja bundar ini luar biasa menegangkan. Jung menarik kursi untukku dan aku duduk di sampingnya. Aku mengenal satu orang di sini selain Jung. Tentu adalah kakeknya. Sedang dua pria paruh baya dan wanita paruh baya serta gadis muda yang cantik itu aku belum pernah melihat mereka sama sekali.
Tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak, sebenarnya dalam rangka apa makan malam ini diadakan. Jika memang ini adalah makan malam formal untuk urusan bisnis, kenapa Jung harus mengajakku kemari? Dia bisa datang kesini sendiri dan aku lebih memilih untuk menghabiskan waktu di resort bersama yang lain.
Yang kulakukan sejak tadi hanyalah menundukan wajahku, merasa tidak pantas ada di sini. Aku bahkan bisa merasakan tatapan tajam dari kakek Jung. Jantungku berdebar dengan kencang, seolah-olah memberitahuku untuk segera lari dari sini.
Jung meremas tanganku, membuatku berhenti memainkan jari-jariku. Aku meliriknya dan dia menatap ke atas, tapi aku mengerti dia memintaku untuk tenang dan menikmati acara ini. Setelah menghela napas pelan, akhirnya aku mengangkat kepalaku dan mataku langsung bertemu dengan mata gadis muda yang duduk di sebrangku.
“Saya senang sekali. Akhirnya malam ini datang juga, ternyata cucu Anda lebih tampan dari yang saya lihat di majalah-majalah bisnis selama dua bulan ini. Saya merasa kagum pada Jungkook karena bisa mengemban tugas dengan baik,” ujar wanita paruh baya itu dengan senyuman cantik di wajahnya yang sudah mulai menua.
Kakek Jung terkekeh pelan. “Saya bahkan merasa sangat beruntung karena memiliki cucu seperti dia. Dia membuat saya bangga sekali karena kenaikan saham perusahaan atas kerja kerasnya selama dua bulan ini. Saya juga senang karena dia berhasil meyakinkan Anda untuk melakukan kerja sama dengan JJ Grup. Kami merasa sangat tersanjung mengingat jika perusahaan kita ini berbasis di Negara yang berbeda,” ujar kakek Jung.
Pria itu terlihat ramah dan sangat baik pada tamunya, sangat berbeda ketika denganku pagi tadi. Wanita paruh baya itu bukan orang Korea, dia sepertinya keturuan Eropa asli, sedang pria paruh baya yang duduk disampingnya dan kurasa adalah suaminya adalah orang Korea menilik dari wajahnya. Pria itu hanya diam dan tersenyum membiarkan istrinya yang berbicara. Sedang pria paruh baya satu lagi yang duduk di antara Jung dan kakeknya pastilah ayahnya. Sekilas, Jung memang mirip dengan ayahnya.
“Tentu saja, saya tidak mungkin melewatkan kesempatan emas untuk bisa menjalin kerja sama ini dengan perusahaan kalian. Kita bisa menguasai pasar Asia dan itu akan sangat menguntungkan bagi perusahaan kami. Jungkook, apa kau sudah menyiapkan pertemuan kita besok?” tanya wanita itu tiba-tiba mengalihkan tatapannya menatap Jung.
“Tentu, Mrs. Saya sudah menyiapkan semuanya.”
“Bagus. Aku tidak suka ada cacat sekecil apapun dalam meeting nanti karena proyek kerja sama kita ini dipastikan akan menjadi kerja sama paling besar abad ini. Jadi, jangan kecewakan aku,” desis wanita itu.
Senyuman di wajah cantiknya itu terasa menyeramkan. Aku bergidik ngeri, kurasa wanita ini adalah tipekal wanita yang berbahaya.
“Sebaiknya, kita mulai menyantap makanannya saja, nanti mengenai kerja sama kita itu akan kita bicarakan besok.” Senyum tegas kakek Jung membuat wanita itu mengalihkan perhatiannya dari Jung dan membalas dengan senyuman tipis.
Well, saya dan suami saya sudah mempertimbangkan mengenai perjodohan Nara dan Jungkook, kami sudah memutuskan untuk menyetujuinya. Alangkah baiknya jika hubungan bisnis kita ini dipererat lagi menjadi hubungan keluarga. Saya akan segera menentukan tanggal pertunangan mereka berdua. Bagaimana menurutmu, Mr?”
Tubuhku kaku begitu mendengar pernyataan wanita eropa ini. Tanganku yang tadinya sibuk dengan pisau dan garpu terdiam mematung. Diriku sendiri mencoba memastikan jika aku tidak salah mendengar ucapannya.
Kakek Jung berdehem. “Tentu, saya senang karena Anda telah menerima usul itu. Ayah Jungkook sengaja kembali ke Korea untuk mempersiapkan pesta pertunangan putranya. Ibunya akan menyusul nanti, saya sudah memberitahunya dan dia sangat bahagia mendengar berita itu. Ibunya akan mengambil cuti sampai pesta pertunangan Jungkook dan Nara serta pernikahannya selesai,” jelas kakek Jung.
Tanganku terjatuh ke atas meja begitu saja, bahkan memegang pisau dan garpu inipun sudah tidak kuat lagi. Tenagaku lenyap entah kemana. Mataku kembali bertatap dengan mata gadis di hadapanku ini. Dia memasang wajah bahagia, dia tersenyum dengan lebar mendengar penjelasan kakek Jung.
Hatiku, ada sesuatu yang tajam menembus hatiku melihat rona bahagia yang terpancar di wajahnya. Sekali lagi, aku memperhatikannya baik-baik dan aku menemukan kesimpulan penting.
Gadis ini sangat cantik, wajahnya seperti boneka, kulitnya putih, dia juga putri dari keluarga sosialita yang pasti sangat disegani di Eropa, dia selevel dengan Jung. Dia pantas bersanding dengan Jung.
Tubuhku gemetar, saat aku memutuskan untuk berdiri dari kursiku. “Maaf saya rasa saya harus pergi sekarang, maaf karena telah lancang memotong pembicaraan kalian,” ujarku dengan suara bergetar.
Setelah membungkuk, aku berbalik, melimbai pergi meninggalkan ruangan pengap dan terasa menyesakkan untukku itu. Aku berusaha berjalan sebaik mungkin dengan kaki-kakiku yang gemetar. Tidak bisa, aku tidak bisa berada di sana lebih lama lagi. Mereka tidak akan kubiarkan melihatku hancur. Aku tidak akan pernah menangis dihadapan siapapun, termasuk mereka.
Aku meraih ponselku di dalam tas tangan kecil ini dan menghubungi Jimin. Kalau perlu malam ini aku akan pulang ke Seoul.
Hatiku berdenyut kembali saat mengingat kenyataan telak yang membuat tekadku untuk mempertahankan hubungan ini hilang begitu saja. Ya Tuhan! Gadis itu memang pantas bersama dengan Jeon Jungkook! Aku mungkin hanyalah bebek jelek dan tidak akan pernah bisa menyaingi angsa cantik jelita seperti gadis bernama Nara itu.
“Yoora..”
Oppa, jemput aku di jalan dekat hotel Jung. Aku menunggumu di sini,” lirihku dengan suara bergetar.
Oke, aku akan menjemputmu di sana, tunggu aku!”
Sambungan terputus bersamaan dengan air mataku yang jatuh begitu saja. Aku menyembunyikan tubuhku di balik kegelapan di belakang pohon besar saat melihat Jung keluar dengan napas terengah dari dalam hotel. Aku membekap mulutku agar dia tidak bisa mendengarku.
Pria itu terlihat frustasi, marah, dan kesal. Jung mengacak rambutnya dan aku melihat air mata yang mengalir ke pipinya. Hingga dia berteriak marah. Maafkan aku, Jung, kurasa aku tidak bisa bertahan lagi. Kita tidak diizinkan untuk bersama. Kita tidak akan bisa bersatu, Jung. Maafkan aku.
Tubuhku merosot begitu saja, terduduk, menyandar pada pohon besar ini. Aku menekan tanganku agar suaraku tidak terdengar olehnya. Ketika aku melirik sekali lagi Jung sudah menghilang kembali masuk ke hotelnya.
Aku keluar dari tempat persembunyianku saat melihat mobil Jimin sudah sampai, aku berlari kecil dan berhasil masuk ke mobil dengan selamat. Jimin tidak bertanya apapun padaku dan dia melajukan mobilnya segera setelah aku selesai memasang safetybelt-ku.
Kami tiba di resort tujuh menit kemudian. Aku berlari masuk ke dalam kamarku, melemparkan tubuhku ke atas tempat tidur setelah mengunci pintunya, memastikan jika tidak akan ada yang akan masuk ke kamarku.
Tangis yang sedari tadi kutahan pecah juga. Aku menenggelamkan wajahku ke bantal, tubuhku berguncang hebat. Sejak pindah ke mari, duniaku menjadi jungkir balik. Aku kehilangan segalanya. Kebahagiaanku, kedudukanku, statusku, dan kebanggaanku. Semuanya sudah direnggut dengan paksa dariku. Sekarang yang tersisa hanyalah diriku dan hatiku yang sudah hancur berserakan, duniaku diporak-porandakan oleh perasaan sentimentil yang belum pernah menyapaku sebelum ini. Dengan mantan-mantan kekasihku dulu, aku tidak pernah menangis sampai meraung seperti ini. Aku selalu memiliki kontrol pada diriku sendiri, tapi sekarang semua kontrol yang kumiliki lenyap entah kemana.
Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan! Aku mencoba untuk bisa bertahan, tapi keadaan menekanku untuk lari. Bagaimana aku bisa bertahan dikeadaan seperti ini? Jung akan bertunangan dengan seseorang yang pantas bersama dengannya. Kakeknya sudah memilihkan seorang gadis dari kasta yang sama dengannya. Sedang aku. Aku adalah anak haram dari mantan orang nomor satu di Korea Selatan. Sekali lagi, aku adalah anak haram! Tentu saja, kakek Jung tidak akan pernah menyukaiku karena statusku yang memalukan itu.
Apalagi jika dia tahu kalau ibuku pernah bekerja sebagai seorang pelacur sebelum mengandungku, entah apa yang akan terjadi padaku, aku tidak bisa membayangkannya. Sekarang, aku jadi benar-benar membenci kelahiranku ke dunia ini. Aku lebih memilih untuk tidak pernah dilahirkan jika harus seperti ini akhirnya.
Tangisku terhenti saat tanganku menyentuh sesuatu yang ada di balik bantalku. Meraihnya dan aku baru ingat jika ini adalah surat yang diberikan oleh supirku sebelum aku berangkat kemari. Aku menghapus air mataku dan membuka amplop merah muda ini. Menemukan selembar kertas papyrus yang cantik di dalamnya. Aku membuka lipatan kertas papyrus ini dan menemukan tulisan tangan disana.
Tangisku muncul lagi saat membaca apa yang ditulis oleh Jung di sini. Dia bilang semuanya akan membaik, dia mencintaiku dan dia sangat merindukanku. Tidak, Jung, tidak ada yang baik diantara kita saat ini. Tidak ada harapan untuk kita lagi, semua masalah yang mengelilingi kita adalah tanda jika kita tidak diizinkan untuk bersama. Sekarang aku mengerti semuanya. Aku tidak bisa memaksakan keinginanku agar dia tetap disampingku padahal kenyataannya sebentar lagi dia akan segera menjadi milik orang lain.
Tanganku mendekap papyrus ini ke dadaku, menekuk lututku. Meringkuk layaknya janin yang rapuh. Perlahan mataku mengabur dan tetes demi tetes air mata kembali membanjiri wajahku. Aku tidak tahu jika kata cinta yang begitu mudah diucapkan dan terlihat begitu sederhana bisa menjadi begitu menyakitkan seperti ini, bisa menghancurkanku seperti ini.
Aku mengabaikan ketukan-ketukan dan teriakan dari luar kamarku. Aku tidak ingin bertemu siapapun. Aku tidak ingin melihat siapapun. Aku tidak ingin keluar dari sini. Aku ingin menyembunyikan diriku atau mungkin lebih baik jika aku lenyap selamanya agar tidak menanggung sakit seperti ini.
Waktu menyenangkan bersama Jung begitu singkat, kami baru saja menyelesaikan kesalahpahaman diantara kami pagi menjelang siang tadi dan sekarang aku sudah lari meninggalkannya. Aku tidak ingin meninggalkannya karena itu juga menyiksaku. Meninggalkannya atau menyakitinya adalah hal terakhir yang akan kulakukan.
“Yoora! Yoora, buka pintu sialan ini sekarang juga! Atau aku akan mendobraknya! Yoora!!”
Aku semakin meringkuk di atas tempat tidurku mendengar teriakan Jung di luar sana. Untuk apa dia menyusulku kesini. Aku benar-benar ingin sendiri. Aku butuh waktu untuk mewaraskan pikiranku.
“Baik, jika kau tetap keras kepala seperti ini! Aku akan masuk kesana bagaimanapun caranya, Yoora.”
Tubuhku bergidik ngeri, suaranya penuh dengan emosi. Aku bangkit dari tempat tidurku, membuka jendala kaca yang ada di kamarku, melangkah keluar dari sana. Ketika aku akan menutup jendelanya, pintu kamarku terbuka dengan suara bedebung keras. Jung serta yang lainnya masuk ke kamarku. Matanya nyalang menatap ke semua arah dan menemukanku di luar. Ada lantai kecil di luar jendela ini dan aku akan mengalami patah tulang jika aku terjun ke bawah sana.
Yoora,” ucap semua orang.
“Jangan mendekat! Pergi dari kamarku atau aku akan melompat!” ancamku.
Sudah kubilang aku butuh untuk mewaraskan pikiranku. Aku tidak bisa bertemu dengan siapapun sekarang. Aku bahkan tidak bisa membayangkan betapa kacaunya diriku saat ini.
“Yoora, jangan bodoh! Aku tidak ingin terjadi apa-apa denganmu. Dengarkan aku, Yoora. Aku tidak akan meninggalkanmu. Kita akan melewati ini bersama-sama. Tolong, jangan tinggalkan aku! Aku mencintaimu.”
Mata Jung mengunciku, membuatku tidak dapat berkutik lagi sampai akhirnya dia berhasil membuka jendelanya dan menarikku kembali masuk ke dalam. Tubuhku lunglai dalam pelukannya.
“Jangan tinggalkan aku, Yoora. Jika tidak ada kau disampingku, mana bisa aku melewati semuanya. Aku tidak akan sanggup,” lirihnya.
Yang terakhir kuingat adalah wajah sendu semua orang. Euna, Jin Hwa, Jimin, Ho Seok, Nam Joon, Seo Jin, Taehyung, dan Hye Ni sebelum akhirnya kegelapan melingkupiku.[]




HIS TEARS :(

HAN NARA :)

KEMBARAN YG LAGI DROP BANGET :(

2 komentar: