WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam
proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca
yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran
disana-sini. Happy Reading!
BAB SELANJUTNYA BAKALAN DIPOST TANGGAL 7 YAAA :)
BAB 22
Pagi
pertama di Jeju, aku menemukan diriku berlari ke kamar mandi lalu memuntahkan
semua isi perutku di wetafel. Setelah kejadian menjijikan itu, kepalaku didera
rasa sakit yang membuatku meringis. Ya ampun, apa yang membuatku mendapatkan
pagi buruk ini? Ah iya, aku baru ingat, semalam aku meminum lima gelas red wine. Luar biasa, aku bisa
dikategorikan hebat untuk pemula karena biasanya seseorang yang tidak pernah
minum akan mulai mengalami pusing di gelas kedua dan aku baru mengalami pusing
di gelas ketiga lalu menambah dua gelas lagi dan aku kehilangan kesadaranku.
Rasanya cukup menyenangkan karena ketika aku mabuk aku seperti merasa mendapat
semua keberanianku. Aku tentunya ingat jika semalam, Jung menemui kami di
tempat parkir.
Aku
ingat dia menatap lekat padaku dengan tatapan dinginnya. Semua rasa sayang dan
cinta yang kulihat di matanya sudah lenyap. Aku sudah bersiap untuk semua
kemungkinan termasuk yang satu itu, jika dia tidak mencintaiku lagi. Aku sudah
siap untuk menerima kenyataan itu. Tapi meskipun begitu aku tetap merasakan ada
sesuatu yang menembus hatiku, rasanya perih. Untunglah aku mabuk jadi aku tidak
terlalu merasakan sakitnya semalam, hanya saja pagi ini, rasa sakitnya malah
mengampiriku bertubi-tubi.
Memegangi
kepalaku, kembali menghampiri tempat tidur dan menjatuhkan tubuhku di sana.
Menatapi langit-langit kamar ini. Bayangan tatapan matanya ketika menatapku
masih berputar-putar di kepalaku, lalu tatapan sedih sekilas yang kutangkap
sebelum Jimin melajukan mobilnya.
Haruskah
aku mengakuinya? Aku tidak ingin mengakui hal itu bahwa sebenarnya aku sangat
merindukan dia, bahwa sebenarnya aku ingin mendengar semua penjelasannya, bahwa
sekalipun aku berusaha setengah mati unuk melupakannya dan mengatakan pada
semua orang jika aku sudah merelakan dia pergi tetap saja jauh di dalam hatiku
aku masih tetap mencintainya, masih tetap berharap jika dia akan kembali
padaku. Bodoh!
Aku
sudah menegaskan pada diriku sendiri, tapi hal itu seolah percuma, hatiku
selalu membawaku kembali pada kenyataan jika aku memang menyayangi dia dan aku
merindukannya.
Aku
meraih ponselku begitu merasakan getarannya dan melihat ada pesan singkat dari
Kyung Soo.
“Selamat pagi, Nona pemalas. Apa kabarmu hari
ini? p.s. aku merindukanmu :p”
Mau
tidak mau aku akhirnya nyengir juga membaca pesannya. Dengan cepat tanganku
bergerak mengetik balasan untuknya.
“Pagi, Tuan sok rajin. Aku baik-baik saja di
sini, hanya mengalami sedikit pusing karena semalam aku menghabiskan lima gelas
alkohol. p.s. aku tidak merindukanmu, tapi bohong :p dan bagaimana kabarmu? Apa
Seoul masih tetap sama?”
Tak
berapa lama, Kyung Soo kembali membalas pesanku.
“Aku sedikit demam karena tidak bisa bertemu
denganmu hingga akhir minggu ini :’) wah aku tidak tahu kalau Kim Yoora
sekarang sudah berani mencicipi alkohol. Jadi semalam kau mabuk? Apa kau muntah
pagi ini? Aku tahu kau juga merindukanku :D dan kau tenang saja, aku menjaga
Seoul dengan baik di sini selama kau tidak ada..”
Aku
tertawa makin lebar membaca balasannya. Lalu kembali mengetik sesuatu di layar
ponselku.
“Apa yang bisa kulakukan untuk menyembuhkan
demammu, Oppa? Oh jangan meledekku! Aku sudah tujuh belas kau harus
mengingatnya, Oppa. Aku sudah bukan anak kecil lagi. Iya, aku mabuk, dan aku
baru saja muntah sebelum kau mengirimiku pesan dan membuatku merasa lebih baik.
Terima kasih :) ya, bisa dibilang aku juga rindu padamu. Aku senang kalau
begitu. Tetap jaga Seoul untukku ya, Oppa :)”
Beberapa
detik kemudian. “Mudah saja, kau bisa
kirimkan voice note padaku dan katakan seperti ini ‘cepat sembuh, Oppa. Aku
merindukanmu’ dan bim sala bim aku pastikan aku akan langsung sembuh. Aku tidak
akan berani meledekmu, Ms A me ri ka :p kalau begitu minumlah tea herbal dan
kau pasti akan merasa lebih baik. Tentu, aku akan menjaga Seoul dengan baik
hanya untukmu :D oya, cepatlah bangun dari tempat tidurmu, aku harus kembali
bekerja. Semoga harimu indah dan sampai bertemu akhir minggu ini p.s. aku
memiliki kejutan untukmu :p”
Aku tersenyum lebar membaca pesannya dan
memutuskan untuk mengirim voice note sesuai permintaannya. Lalu kembali
mengetik sesuatu.
“Siap, Kapten. Aku bangun sekarang. Selamat
bekerja, semoga harimu menyenangkan, dan sampai bertemu akhir minggu ini p.s.
aku tidak sabar menunggu untuk kejutanku :D”
Meletakkan
ponselku sembarangan di atas tempat tidur, aku memutuskan untuk mandi dan turun
ke bawah untuk melihat apakah penghuni resort ini sudah bangun atau belum.
Setelah
menyelesaikan rutinitas pagiku, aku turun ke lantai bawah dan tidak mendapati
siapapun di sana. Mungkin mereka masih menikmati acara tidur mereka lagipula
ini masih jam enam.
Aku
pergi ke dapur dan melihat jika pelayan-pelayan resort tengah sibuk menyiapkan
sarapan. Begitu melihatku di dapur, pelayan-pelayan itu membungkuk hormat
padaku.
“Apa
menu sarapan pagi ini?” tanyaku.
“Salad,
salmon, sup, dan seafood,” jawab juru masaknya.
Aku
mengangguk padanya. “Ah buatkan tea herbal untuk kami semua. Jangan ada jenis
minuman lain selain tea herbal dan air mineral,” titahku. Begitu melihat
anggukan mereka, aku melenggang meninggalkan dapur besar itu.
Bosan
sekali! Semua orang tetap masih terlelap, kurasa aku bisa menikmati angin pagi
pantai, pasti akan menyenangkan.
Aku
melepas flatshoes-ku dan membiarkan pasir pantai yang lembut menyentuh kakiku.
Ombaknya tenang, menyapu pesisir pantai. Anginnya segar, ini adalah relaksasi
ala Kim Yoora.
“Aku
pernah mengatakannya padamu, jika dia buta caranya mengejar, Yoora. Maka jangan
pernah lari darinya.” Suara Taehyung mengejutkanku.
Pria
itu berdiri satu meter di belakangku, menatap kearah depan. Aku ingat dia
pernah mengatakan hal itu dulu.
Aku
harus apa sekarang, apa aku harus mengemis dihadapannya? Apa aku harus bersujud
agar dia kembali padaku? Aku ini seorang wanita yang tidak mungkin memulai
duluan. Baik, boleh saja memulai duluan, tapi untuk memohon? Meraung
dihadapannya?
Semua
orang akan berpikir jika aku adalah gadis paling menyedihkan di dunia ini yang
mau-mau saja memohon dan mengemis cinta seperti tidak ada pria lain lagi yang
bernapas di muka bumi ini.
“Kau
sudah bangun, Oppa? Bagaimana tidurmu
semalam?” tanyaku basa-basi.
“Aku
tidak akan ada di sini jika aku belum bangun. Cukup nyenyak setelah berhasil
mengurus Hye Ni,” jawabnya.
Aku
terkekeh saat bayangan Hye Ni mabuk semalam kembali melintas di kepalaku. Dia
meracau tentang banyak hal dan sungguh gadis manis, cerewet, dan bersinar
seperti kata Taehyung itu telah kehilangan semua akal sehatnya sehingga aku
seperti tidak mengenalnya semalam.
“Beruntungnya
dia, ada kau yang mau mengurusnya, Oppa.
Sedang aku, aku mengurus diriku sendiri, tapi kau tidak perlu khawatir aku
sudah terbiasa sendiri.” Aku nyengir padanya.
“Sulit
dipercaya, selama dua bulan ini ketika dia berada jauh darimu, apa kau pernah
berpikir jika kau merindukannya dan berharap dapat kembali bertemu dengannya?”
Membiarkan
hembusan angin pagi ini menemani kami sesaat. Aku berpikir, pernahkan seperti
itu? Yang selama ini kupikirkan adalah jika dia sudah melupakanku. Tapi apa
yang hatiku katakan?
Ya,
aku merindukannya, sangat merindukannya sampai-sampai aku tidak bisa
mengungkapkannya lagi. Ya, aku berharap dia pulang dan menjelaskan semuanya,
atau mungkin mengatakan padaku jika dia juga merindukanku dan masih mencintaiku.
Aku berharap dia meminta maaf karena sudah tidak menghubungiku lagi sejak dia
pergi dan menjelaskan alasannya padaku, agar aku mengerti.
Yang
hatiku katakan adalah aku sangat mencintainya hingga aku terlihat bodoh. Jung,
apa kau sudah tidak mencintaiku lagi?
“Entahlah,
Oppa. Aku tidak tahu harus bersikap
bagaimana lagi. Aku tidak tahu apa aku berharap dia kembali atau tidak. Aku
tidak tahu. Yang jelas, aku memang merindukannya, sampai terasa menyakitkan,”
lirihku.
Aku
merasakannya saat Taehyung berjalan mendekatiku. “Aku tidak menyangka jika dia
akan menemui kita di tempat parkir. Kupikir dia sudah melupakan semuanya. Kami
semua terkejut sama sepertimu, tapi ketika mengingat dirimu, kami semua tahu
jika hatimu pasti sedang sangat sakit sekarang.”
“Apa
benar dia sudah melupakanku, Oppa?
Apa benar jika hubungan ini tidak berarti lagi untuknya? Apa benar jika aku
tidak lagi memiliki kesempatan untuk memperbaiki keadaan? Aku merindukannya, Oppa.”
Tubuhku
lemas, lututku menghantam pasir pantai. Air mata yang sedari tadi kutahan
akhirnya mengalir juga.
“Kenapa
jadi seperti ini, Oppa? Kenapa dia
pergi? Kenapa dia tidak menghubungiku sama sekali? Apa aku memang tidak penting
baginya? Kenapa dia muncul lagi saat aku nyaris berhasil menyempurnakan dinding
pengokoh hatiku? Aku benci dia, Oppa.
Aku benci dia. Sebelum ini, aku tidak pernah menangisi seorang pria sampai
berbulan-bulan. Aku selalu bisa mengendalikan diriku sendiri, tapi kenapa pria
seperti dia bisa membuatku jadi tidak
mengenal diriku sendiri?”
“Itu
sederhana, Yoora. Sangat sederhana. Karena kau mencintainya. Karena kau sangat
mencintainya sampai terasa sakit,” ujar Taehyung.
Taehyung
menariku berdiri dan membawaku dalam pelukannya. “Jangan lari darinya, Yoora.
Dia buta caranya mengejar, kau harus selalu ingat ucapanku itu. Cinta kalian,
kau harus memperjuangkan cinta kalian, jika kalian berdua mempertahankan
keegoisan maka hubungan ini akan selesai. Aku tidak ingin itu terjadi.
Yakinilah, jika dia masih menyimpan perasaannya padamu. Jika dia juga
merindukanmu. Jika dia juga mencintaimu sebesar kau mencintainya dan dia juga
mengalami rasa sakit yang sama denganmu. Temukan keyakinanmu, Yoora.
Berjuanglah untuk kalian berdua. Kami semua akan mendukungmu. Kalian berdua
adalah sahabat kami dan kami menyayangi kalian berdua. Jangan kehilangan
kepercayaanmu, Yoora. Berjuanglah, dapatkan dia kembali. Karena aku yakin,
kalian berdua sudah ditakdirkan untuk bersama.”
Aku
mendengarkan semua perkataan yang keluar dari mulut Taehyung, menangkap
semuanya dengan baik dan mengingatnya di kepalaku. Siapapun tidak akan percaya,
jika seorang Taehyung yang selama ini selalu bersikap aneh dan konyol bisa
menasihatiku seperti itu.
Akhirnya,
aku diam saja, menikmati pelukan seorang kakak dari Taehyung. Beruntungnya, Hye
Ni mendapatkan pria ini untuk menjadi teman hidupnya. Selain dia akan awet muda
karena kekonyolan Taehyung, dia juga mendapatkan sisi mengayomi yang sangat
baik dari Taehyung.
“Kita
harus kembali ke dalam. Sarapan sudah menunggu, nanti malam kita akan mengadakan
pesta di pantai ini, jadi kita harus melakukan banyak persiapan.”
Kami
melepas pelukan kakak-adik itu. Aku tersenyum lebar padanya. “Jangan ada
alkohol, Oppa. Aku bisa muntah lagi
dan rasanya sangat tidak enak saat cairan itu keluar dari mulutmu,” ujarku.
Dia
terkekeh. “Kau itu masih pemula. Tentu, tidak ada alkohol. Malam ini, kita akan
bersenang-senang.”
Kami
melangkah bersama-sama kembali menuju resort Jin Hwa.
Para
pelayan resort sudah menata semuanya di meja makan begitu aku dan Taehyung tiba
di ruang makan. Yang lain sudah duduk di kursinya masing-masing.
“Dari
mana saja kalian?” tanya Yoon Gi.
“Kami
habis dari pantai, cuacanya sedang sangat bagus hari ini, Oppa,” jawabku.
“Tentu,
untuk itu malam ini adalah waktu yang sangat tepat jika kita mengadakan pesta
di pantai. Dengan api unggun, daging panggang, musik, dan debur ombak,” seru
Euna dengan semangat.
“Kita
akan mengadakan beach party!” balas
Hye Ni tak kalah bersemangat. Euna dan Hye Ni saling melempar senyum aneh.
Dasar cewek-cewek aneh!
“Menurutku,
pesta nanti malam itu hanyalah pesta pinggir pantai biasa. Kalian tahu, di
Amerika apalagi di Miami, yang namanya beach
party itu seperti ini, apa ya, eh katakanlah seperti club kecil yang
letaknya dipinggir pantai. Tidak ada api unggun, tidak ada daging panggang.
Yang ada adalah alkohol, cewek-cewek
dengan bikini super seksi, cowok-cowok
hot yang shirtless, musik disko,
dansa liar, mabuk, seks bebas tanpa
kenal tempat. Jadi, yang akan kita adakan nanti malam itu sama sekali bukan beach party. Anggaplah itu pesta ala-ala
Bangtan Boys,” jelasku.
Nam
Joon terkikik. “Benar sekali, yang nanti malam itu sangat tidak cocok disebut beach party. Aku setuju dengan Yoora.
Pesta dipinggir pantai ala-ala Bangtan Boys.”
Sarapan
berlangsung seperti biasa, penuh dengan tawa dan lelucon, Taehyung tidak ada
habisnya meledek Hye Ni yang katanya seperti gadis gila semalam, Hye Ni pasti
malu bukan main. Aku tidak tahan untuk tidak ikut tertawa dengan mereka.
“Yang
lebih mengejutkan lagi adalah gadis yang selama ini terlihat sangat baik di
hadapan kita semua ternyata bisa mabuk dan ekspresi mabuknya semalam
benar-benar luar biasa. Ah harusnya aku merekamnya semalam,” celetuk Jimin
tiba-tiba dan melirik padaku.
Serentak
semua orang tertawa dan wajahku memerah begitu saja. Apa-apaan itu!
“Jangan
meledekku, Oppa.” Aku menyikut
pinggang Jimin karena memang dia duduk di sampingku.
Jimin
meringis. “Aku lupa jika Yoora memiliki tenaga pria, sikutannya bisa membuat
pinggangku nyeri.” Yang lain terkekeh mendengarnya.
“Hati-hati,
Hyung. Kalau kau bertindak lebih jauh
lagi kau akan mendapatkan tendangan di wajahmu itu,” celetuk Jin Hwa yang
kembali mengundang tawa.
Aku
mengendus kesal. “Tertawalah sesuka kalian!”
Seharian
ini, yang dilakukan para pria adalah belanja dan menyiapkan tempat di pantai
untuk pesta kami malam ini, untunglah Jin Hwa bisa mengatur agar tidak ada
siapapun yang mengunjungi pantai nanti malam, jadi pesta kami itu akan
benar-benar privat.
Bayangkan
saja jika ada orang lain yang datang mengunjungi pantai bisa-bisa bukannya
berpesta para pria itu akan sibuk meladeni permintaan tanda tangan dan foto bareng. Merekakan cowok-cowok hits Korea!
Yang
dilakukan para gadis hanyalah duduk bersantai, menggonta-ganti canel tv,
membersihkan kuku. Kami hanya akan bekerja ketika semua sudah siap, maksudku
adalah kami hanya akan memasak daging panggangnya. Katanya, mereka juga ingin
memakan sate ikan, jadi mau tidak mau kami juga akan memasak sate ikan. Euna
dan Hye Ni akan mengurus urusan sate ikan itu karena aku belum pernah
membuatnya, itu makanan khas Korea. Kata mereka rasanya enak. Bagian memanggang
daging akan kutangani sendiri.
Setelah
tiga bulan lebih mengenal pria-pria itu akhirnya aku tahu jika mereka adalah
penggemar daging sejati. Biasanya, Seo Jin adalah orang yang menjadi chef
mereka, yang memasak untuk sarapan, makan siang dan makan malam atau terkadang
juga manajer mereka akan datang mengunjungi mereka dan mengantarkan makanan.
Kalau
mereka makan daging terus dan malas berolahraga bisa-bisa mereka memiliki
timbunan lemak di tubuh mereka nanti.
“Yoora,
lihat ini. Cepat kemari!” Hye Ni berteriak padaku. Akhirnya dengan malas aku
bangkit dari sofa nyaman di ruang tengah menghampirinya yang sedang menatap
serius kearah layar datar di hadapannya itu.
Tubuhku
mematung saat melihat wajah seseorang yang tengah di close up oleh si pemegang kamera sialan. Haruskah dia mengclose up wajah Jung sampai seperti itu.
“Apa
yang mereka katakan?” tanyaku dan akhirnya memutuskan untuk menjatuhkan tubuhku
di sampingnya setelah berhasil menemukan kembali kesadaranku.
“Kau
tidak akan percaya, Yoora. Mereka sedang membahas tentang dirimu. Nah lihat itu. Itu kita di tempat parkir
semalam,” seru Hye Ni lagi.
“Ada
apa? Kenapa kau heboh sekali?” Euna ikut duduk di sampingku. Jadi aku diapit
oleh mereka berdua.
“Sekarang,
adikmu ini kembali jadi bahan pemberitaan media. Entah bagaimana bisa foto-foto
ketika kita di tempat parkir semalam tersebar luas, Kookie sedang di
wawancarai, lihatlah!”
Aku
diam saja, mendengar Hye Ni menjelaskan sambil memandang ke layar datar super
besar di hadapan kami ini.
Wajah
Jung datar seperti biasa, dia tidak menjawab apa-apa saja yang ditanyakan oleh
wartawan-wartawan itu padanya. Pengawal-pengawalnya membantunya hingga dia
mencapai mobil dan mobil itu pergi meninggalkan hotelnya.
“Setelah
lama tidak mendengar kabar mengenai hubungan cucu tunggal Jeon Hwa Yo dengan
putri bungsu mantan presiden, Kim Song Joo. Akhirnya semalam, salah seorang
pelayan di hotel memotret kejadian yang terjadi di tempat parkir dimana Jeon
Jungkook terlihat menemui teman-temannya dan juga gadis yang selama ini
diketahui menjadi kekasihnya. Tapi yang aneh adalah gadis itu malah dirangkul
oleh putra bungsu keluarga Park, Jimin yang juga teman satu grup Jungkook
ketika masih menggeluti dunia artis. Apa yang sebenarnya terjadi diantara
mereka? Jungkook juga tidak mau berbicara mengenai hal itu. Kita akan tunggu
kejelesan dari mereka…”
Aku
mengerang kesal. Mereka membuat berita murahan seperti itu dan memposisikanku
seolah-olah aku ini adalah gadis penjilat yang menempel sana-sini. Reporten
sialan!
“Gila,
beritanya cepat sekali tersebar. Kau ada di hot topik hari ini bersama
Jungkook, Yoora. Luar biasa! Berharaplah, Kyung Soo Oppa tidak menonton berita ini dan teman-teman satu grupnya juga,”
ujar Hye Ni kagum.
Aku
tersentak begitu mendengar nama Kyung Soo. Ya Tuhan, semoga dia tidak menonton
berita tadi. Kurasa dia tidak mungkin menonton acara gossip seperti tadi.
Diakan sedang sibuk bersama teman-teman satu grupnya untuk mempersiapkan konser
mereka akhir minggu depan.
“Tidak,
jangan sampai dia melihatnya! Kuharap dia dan teman-temannya tidak ada yang
melihat, lagipula mereka sedang sibuk untuk mempersiapkan konser mereka akhir
minggu depan,” ujarku.
“Kau
bahkan sudah menghapal jadwal manggung mereka dengan baik, Yoora. Pilihlah!
Jungkook atau Kyung Soo.” Euna menatapku serius.
Aku
mengangkat bahuku tak acuh dan dia memutar bola matanya. Mana bisa aku memilih,
tidak, bukan seperti itu, aku tentunya memilih Jung, lebih tepatnya hatiku
memilih Jung dan dia akan selalu memilih Jung. Tapi pikiranku, dia selalu
menyarankanku untuk menerima Kyung Soo lebih dari sekedar sahabat dan melupakan
Jung. Bagaimana bisa hati dan pikiranku tidak sejalan seperti itu?
Hari
mulai gelap, semua persiapan untuk pesta sudah hampir selesai, pria-pria itu
tengah membuat api unggun dan menyiapkan panggangan.
Hye
Ni dan Euna tengah sibuk membuat sate ikannya sedang aku masih menunggu
panggangannya siap. Sate ikan itu ternyata digoreng bukannya di panggang. Daging-daging
ikan yang sudah dipotong-potong lalu ditusuk dengan tusukan sate, dilumuri
tepung, dimasukkan ke dalam kuah kaldu yang terbuat dari lobak, rumput laut,
merica, bawang merah, bubuk kaldu rasa sapi dan setelah itu dimasukkan kepenggorengan
dengan minyak yang sudah sangat panas agar nanti hasilnya bagus. Kaldunya bisa
dijadikan sejenis saus.
“Yoora,
apa kau ingin berangkat bersamaku dan Jin Hwa saat melihat pengumuman kita
minggu depan?”
Aku
mengalihkan perhatianku dari Nam Joon dan Ho Seok yang sedang sibuk mengatur
panggangannya pada Euna.
“Tidak,
seseorang sudah berjanji akan menemaniku.” Aku tersenyum penuh padanya.
Hye
Ni menatap bingung. “Siapa? Kyung Soo Oppa
ya?”
Aku menggeleng pelan. “Bukan. Sehun Oppa, dia yang akan mengantarku melihat
pengumuman dan mempersilakanku untuk memeluknya saat pengumumannya keluar,”
jelasku sambil terkikik.
“Apa?
Kau akan ditemani Sehun?”
Aku
melihat Ho Seok yang mendadak berhenti melakukan pekerjaannya, menatapku dengan
tatapan yang sulit untuk diartikan. Aku mengangguk sebagai respon.
“Tidak,
kau tidak boleh pergi dengan Sehun, akan lebih baik jika kau pergi dengan Euna
dan Jin Hwa,” desis Ho Seok pelan. Dia seperti sedang menahan sesuatu. Aku
tidak pernah melihatnya seperti itu, selama mengenal mereka yang aku ketahui Ho
Seok itu sosok yang ceria.
“Tapi,
Oppa, kenapa? Kami hanya akan pergi
untuk melihat pengumuman, bukannya berkencan jika itu yang kau khawatirkan,”
balasku.
“Aku
tidak mau tahu, Yoora. Jika kau menganggapku sahabatmu dan kau menghargai
hubungan persahabatan kita selama ini, maka kau harus mendengarkanku, tapi itu
terserah padamu, lagipula aku tidak berhak melarangmu untuk melakukan apapun.”
Pria itu pergi begitu saja setelah dia menyelesaikan sederetan kalimat
datarnya.
Menatapnya
bingung, aku terdiam ditempatku. Aku juga merasa semua orang terdiam sama
sepertiku, terkejut atas apa yang baru saja terjadi. Sungguh aku, tidak pernah
melihat Ho Seok seperti itu sebelumnya.
“Kalian
harus memberitahuku apa yang sudah terjadi pada Ho Seok Oppa!” ucapku. Aku menatap tajam satu demi satu dari mereka semua.
Nam
Joon, Yoon Gi, Seo Jin, Jimin, dan Taehyung terlihat salah tingkah. Tentu saja,
mereka pasti tahu sesuatu yang dapat membuatku mengerti ada apa sebenarnya.
Jangan
bilang ini masalah keluarga lagi. Aku benar-benar lelah dengan masalah keluarga
karena keluargaku sendiri keadaannya luar biasa kacau, lalu aku dengan sok-nya
malah mencoba untuk menyelesaikan masalah keluarga orang lain meski itu
berhasil.
“Kita
akan bicarakan itu nanti, lebih baik kita fokus untuk pestanya dulu, biar aku
yang bicara padanya,” ujar Jimin. Pria itu berlari mengikuti Ho Seok yang sudah
menghilang.
Beberapa
menit kemudian, Nam Joon dan Yoon Gi berhasil menyelesaikan pekerjaan mereka.
Seo Jin dan Taehyung juga berhasil menyalakan api unggunnya. Udara malam ini
akan sangat dingin. Api unggun akan membantu kami agar tidak terserang flu.
“Wah,
akhirnya semuanya sudah siap, minuman sudah ditata, panggangannya sudah, sate
ikannya juga sedang digoreng, ah musiknya, hampir saja lupa. Biarkan DJ profesional
ini menunjukan kemampuannya pada kalian semua,” seru Nam Joon sambil melakukan kiss bye dan mengedipkan mata, mau tak
mau kami para gadis tertawa melihat tingkahnya sedang para pria mendesis jijik.
Musik
disko dari soundsistem yang sudah
disiapkan oleh Jin Hwa meramaikan suasana malam ini. Seo Jin menawarkan diri
untuk membantuku memanggang dagingnya dan aku tidak akan menolaknya. Tawa para
pria itu benar-benar luar biasa, mereka bisa mengalahkan musiknya. Jimin dan Ho
Seok sudah kembali saat Nam Joon berhasil menyalakan musiknya.
Hye
Ni dan Euna sudah akan selesai dengan sate ikan mereka. “Aku akan menyediakan
tarif untuk satu tusuk kkochi eomuk
ini. Jadi untuk siapapun diantara kalian yang ingin mencicipinya harus membayar
sebanyak 5000 won,” seru Hye Ni. Euna hanya menggelengkan kepalanya.
“Apa-apaan
itu! Kau tidak bisa membuat tarif sementara kami adalah orang-orang yang
bekerja keras menyiapkan pesta ini,” balas Jimin.
“Tentu
saja bisa, aku dan Euna yang membuat ini dan hasilnya tidak kalah enak dengan
yang dijual di Seoul,” ujar Hye Ni.
“Ya
sudah, kalau begitu kalian bisa memakan daging buatanku ini dengan gratis,”
leraiku.
“Tetap
saja, Yoora. Aku sedang ingin makan kkochi
eomuk itu!” rengek Jimin.
“Aku
adalah ketua di sini. Jadi, Hye Ni jika kau masih ingin ikut berpesta kau harus
mengizinkan Jimin dan yang lain memakan masakan buatanmu dan Euna dengan
gratis,” tegas Nam Joon.
Lihatlah,
kadang-kadang Nam Joon itu bisa sangat ‘kecewekan’,
tapi kadang juga dia bisa begitu tegas seperti sekarang. Perkataan tegas dari
Nam Joon berhasil membuat Hye Ni mengembungkan pipinya kesal.
“Chagiya, jangan bersikap kekanakan
seperti itu!” tegur Taehyung.
Sukses
membuat Hye Ni tambah sebal. Euna terkikik disampingnya.
“Tadikan
sudah kubilang, kita ini berpesta bukan berjualan,” ucapnya.
“Baiklah,
baik, aku tidak jadi memasang tarif kalian bisa memakannya sesuka kalian,” ucap
Hye Ni pada akhirnya.
Jimin
nyengir lebar dan bertos ria dengan yang lain, benar-benar mereka itu!
Pria-pria
itu sangat suka makan, mulut mereka tidak berhenti mengunyah sambil tertawa,
berdansa dengan heboh, minum soda, dan berteriak-teriak seperti orang gila.
Setelah
menyelesaikan daging panggang itu jam delapan lewat duapuluh lima menit akhirnya
aku ikut bergabung dengan mereka bersama Seo Jin. Membuka kaleng sodaku,
menegaknya cepat lalu ikut berdansa dengan heboh juga.
Jimin
memegang bungkusan besar makanan ringan ditangannya dan menari-nari mengikuti
musik beat ini. Seo Jin sedang asik
menikmati satenya. Nam Joon dengan daging panggangnya. Ho Seok dengan mulutnya
yang penuh dengan sate ikan. Yoon Gi dengan kaleng sodanya. Taehyung sedang
sibuk berdansa dengan pacarnya, Jin Hwa juga begitu dengan Euna. Kami semua
larut dalam tarian gila yang kami lakukan.
Malam
semakin larut, api unggun itu benar-benar membantu karena udaranya luar biasa
dingin, bahkan mulutku masih mengeluarkan asap. Sedang pakaian yang kami
kenakan saat ini tidak menolong apapun. Aku hanya mengenakan kaos kebesaran yang
sempat kubeli kemarin dan hot pants
pendek ini, pakaian Euna adalah dress pendek yang hanya menutupi setengah
pahanya, Hye Ni memakai tank top dan hot pants, lalu para pria dengan celana
pendek dan kaos.
“Aku
akan merasa terhormat jika kalian mengizinkanku bergabung.”
Tubuhku
membeku saat mendengar teriakan seseorang. Dia berusaha untuk mengalahkan suara
musik. Bukan hanya aku, tapi yang lainnya juga seperti itu. Mereka sontak
terdiam, musik masih berdentum dengan keras, kepalaku terasa pusing.
Setelah
siap, akhirnya aku berbalik dan Jeon Jungkook berdiri beberapa meter dari
tempat kami berpesta. Dia sepertinya baru saja selesai dengan pekerjaannya.
“Apa
yang kau lakukan di sini?”
Jin
Hwa lebih dulu membuka suaranya. Sedang yang lain terdiam. Aku bahkan tidak
tahu harus bagaimana. Bagaimana dia bisa ada di sini?
“Aku
tidak bermaksud untuk mengganggu kalian, aku hanya ingin berkunjung,” katanya.
“Ini
adalah acara tertutup, orang asing tidak diizinkan masuk ke sini,” ujarku pada
akhirnya.
Aku
mendengarnya, ada sesuatu yang berderak patah. Aku menahan ringisan sakitku dan
mencoba untuk tidak membiarkan air mata menggenang di mataku. Tidak, ya Tuhan
kumohon biarkan aku kuat kali ini saja. Jangan biarkan dia melihat betapa
menyedihkannya aku.
“Yoora,
aku…”
Memutuskan
untuk tidak mendengarkan apapun yang ingin dia katakan, aku berjalan pergi dari
sana, meninggalkan mereka semua. Aku berlari ke ujung pantai yang lain. Berlari
sekuat yang kubisa. Aku menaiki batu-batu besar sampai ke ujungnya dan duduk di
sana.
Debur
ombak sangat kencang, anginnya dingin sekali. Tubuhku bergetar, entah karena
dingin atau karena menahan tangis. Kenapa dia ada di sini? Apa lagi yang
inginkan? Tidak cukupkah dia menghancurkanku selama ini, menggantungkan
perasaanku.
Akhirnya,
air mata yang sejak tadi kutahan berhasil jatuh begitu saja. Bagaimana dia bisa
bertingkah seolah-olah tidak ada yang terjadi? Dia bertingkah seolah-olah
semuanya baik-baik saja. Aku belum bisa menampung rasa sakit yang menyerang
hatiku tiap kali mengingatnya, bertemu dengannya dalam keadaan sadar ternyata
bisa membuatku jatuh ke jurang curam lagi.
Entah
sejak kapan, tangis tanpa suaraku berubah menjadi sesegukan pilu. Sakit sekali.
Rasanya benar-benar sakit, sampai terpikir olehku mungkin lebih baik jika aku
terjun ke lautan ini dan mati. Aku bukan seorang perenang handal. Jika berenang
lebih dari satu menit, tubuhku akan keram semua dan selanjutnya aku akan
tenggelam.
—Karena aku tidak tahu kapan aku
akan kembali. Kumohon, tunggu aku pulang….
Tiba-tiba
perkataannya di atap sebelum dia terbang ke Paris, dua bulan yang lalu kembali
muncul di kepalaku. Aku tidak tahu apakah aku masih menepati janjiku untuk
menunggunya atau tidak. Aku benar-benar merasa bodoh. Hati dan pikiranku bahkan
tidak sejalan untuk menentukan keputusan.
Kyung
Soo, dia pria yang baik, dia menyayangiku, dia selalu ada untukku, mengerti
keadaanku, rela bolos latihan demi menemaniku menyaksikan sidang ayahku, datang
ke pesta kelulusanku dan yang lain, mengirimiku pesan singkat di waktu-waktu
yang tak terduga. Dia begitu manis dan aku bisa melihat rasa cinta di
tatapannya. Tapi aku bahkan tidak berdebar saat ada didekatnya, tidak ada
kupu-kupu diperutku, tidak ada aliran listrik. Aku hanya merasa nyaman saat
bersamanya.
Rasa
nyaman tidak menjawab apapun. Aku terus saja mengabaikan hatiku yang selalu
berbisik padaku jika sesakit apapun yang kurasakan tetap saja, Jung selalu
memiliki hatiku. Dia selalu memilikinya bersamanya. Aku ingin mengambil hatiku
itu dan menyembunyikannya.
Ponselku
bergetar, merogoh saku hot pants-ku
dan nama Kris tertera di layar ponselku.
“Hey, bagaimana keadaanmu? Apa semuanya
baik-baik saja? Kau tidak perlu khawatir, Kyung Soo marah, tapi dia tidak marah
padamu. Dia marah pada media yang membuat berita tentangmu, memposisikan dirimu
sebagai parasit yang menjijikan. Itulah yang membuatnya marah. Sebenarnya apa
yang terjadi, Yoora?”
“Oppa, bisakah kau terbang ke sini dan
membawaku pergi? Aku tidak bisa menghadapi ini, Oppa. Aku sudah melihat berita itu tadi pagi dan cukup kesal
karenanya, tapi malam ini, kami mengadakan pesta di pantai, jadi aku bisa
sedikit melupakan rasa kesalku. Tapi tiba-tiba saja, Jung ada di sini, dia
muncul di sini, Oppa. Aku tidak tahu
harus bagaimana. Aku.. aku lari dari tempat itu dan bersembunyi di sini. Oppa, tolong katakan padaku, aku harus
apa! Aku tidak mungkin bersembunyi di tempat ini selamanya,” jelasku.
Aku
mendengar helaan napas Kris di sebrang sana. Terima kasih, Tuhan. Engkau
mengirim Kris untuk menemaniku saat ini.
“Yang
harus kau lakukan adalah menghadapi kenyataan, Yoora. Kau harus menghadapi
kenyataan. Tunjukan padanya, jika kau bisa hidup dengan baik meski tanpa dia.
Jangan buat dia melihat jika kau hancur. Kalau kau berlari seperti itu, dia
akan tahu jika kau terluka, jika keadaanmu sangat menyedihkan. Aku ingin
menjemputmu dan membawamu pergi dari sana, Yoora. Tapi aku tidak bisa, kami
sedang diberi waktu istirahat lima belas menit dan setelah itu kami akan lanjut
latihan. Maafkan aku.”
“Tidak,
Oppa. Kau tidak perlu meminta maaf seperti
itu. Aku sudah senang karena kau menghubungiku di saat yang tepat. Terima
kasih, Oppa. Aku tidak akan lari, aku
akan menghadapi ini. Kau tenang saja.”
Aku
mendengar senyumannya di sana. “Bagus. Baiklah, sekarang aku akan mematikan
sambungannya, tetap semangat, gadis
warrior!”
Aku
terkekeh dan sambungan terputus begitu saja.
Turun
dari batu-batu besar itu, aku memutuskan untuk kembali ke tempat pesta dan
melihat semua orang sedang mengobrol. Aku melihatnya sedang menikmati daging
panggang buatanku dan Seo Jin. Musiknya sudah dikecilkan. Sekarang, sudah
hampir tengah malam.
Mereka
serentak menatap kearahku, aku tersenyum biasa. “Eh, aku mengantuk, aku ingin
tidur sekarang, jangan ada yang menggangguku ya.” Dengan cengiran bodohku, aku
berjalan meninggalkan mereka.
Langkah
kakiku terhenti saat mendengar ledakan besar di langit. Menatap ke atasku dan fireworks selanjutnya meledak lagi,
disusul yang lain dan muncul lagi yang lainnya. Banyak sekali.
Mau
tidak mau, aku tersenyum lebar melihatnya. Indah sekali.
“Aku
harap kau suka dengan fireworks-nya.”
Seseorang berdiri di sampingku dan dari suaranya, aku sudah tahu siapa itu.
Siapa lagi kalau bukan Jung.
“Jadi,
kau yang menyiapkan ini,” desisku.
“Aku
pikir, fireworks bisa melengkapi
pestanya. Jadi tidak ada salahnyakan?”
Aku
mengangkat bahuku tak acuh dan kembali melanjutkan langkah kakiku menuju
resort, mengabaikannya.
Jujur
saja, jantungku berdebar-debar dan itu sangat menyebalkan. Aku marah, tapi aku
juga gugup bukan main ada disampingnya seperti tadi. Atau mungkin rasa gugup
itu lebih mengungkapkan rasa rinduku.
Aku
masuk ke kamar mandi kamarku dan memutuskan untuk berendam dengan air dingin.
Biar pikiranku yang kacau ini kembali waras. Aroma terapi yang memenuhi kamar
mandi sementaraku ini berhasil cukup baik menjalankan tugasnya untuk
mengembalikan mood-ku.
Entah
sudah berapa lama aku berendam, tapi begitu aku keluar dari kamar mandi dan
melihat jam yang terantung di atas pintu kamarku sekarang sudah jam setengah
dua pagi. Keadaan kamarku gelap, aku tidak menyalakan lampunya saat masuk tadi
karena langsung pergi ke kamar mandi.
Sebenarnya,
ada cahaya remang-remang dari luar yang menyinari kamarku dan lampu kecil di
sudut-sudut kamar. Kakiku melangkah menuju balkon dan pemandangan pantainya
langsung menyambutku. Aku mengeratkan sweater yang kupakai saat angin berhembus
dengan kencang.
Ingatanku
kembali ke minggu ketiga setelah kepergian Jung ke Paris, hari itu saat jam
sekolah selesai, aku mendapati Kyung Soo bersandar di kap mobilnya dengan pakaian
tertutup agar tidak ada yang mengenalinya. Dia juga memakai kumis dan jenggot,
kaca mata hitam, sarum tangan, kupluk, dan pakaian serba hitam.
Dia
melambaikan tangan padaku, awalnya aku bingung, tapi setelah tiba di hadapannya
aku baru mengenalinya. Katanya dia sedang tidak ada kesibukan hari itu, jadi
dia mengajakku keluar untuk jalan-jalan. Menerima tawaran kencannya, aku
menyuruh supirku pulang dan pergi dengan Kyung Soo.
Dia
mengajakku berkeliling, menunjukan tempat-tempat bagus untuk berkencan dan
mengatakan jika dia akan mengajakku ke tempat-tempat itu nanti, lalu saat malam
tiba, dia mengajakku ke tower namsan, memesan kopi, dan kami naik kereta
gantung. Dari atas sana aku bisa melihat Seoul di malam hari dan itu adalah
pemandangan yang luar biasa.
Ah
hari itu juga adalah kencan pertamaku dengan Kyung Soo, besoknya foto-foto kami
tersebar luas di internet dan akun sosial mediaku diserbu oleh penggemarnya,
mereka mencaciku, memaki, dan menghujatku jika aku tidak pantas bersama idola
mereka, aku hanyalah anak haram, aku tidak cantik dan ada yang bilang jika aku
ini jalang.
Memperlihatkan
apa saja yang dikatakan oleh penggemarnya padaku, dia marah dan kesal, tapi
katanya kita tidak perlu menanggapi ocehan bodoh mereka karena mereka bahkan
tidak pernah benar-benar mengenal kita. Penggemar tetaplah hanya seorang
penggemar, tidak pernah mengenal idolanya dan bercakap-cakap secara langsung,
jadi mereka tidak tahu sama sekali bagaimana perasaan idolanya atau pribadi
idolanya yang sebenarnya, yang mereka lakukan hanyalah menebak-nebak, mencoba
percaya, lalu akan bertingkah seolah-olah mereka tahu semuanya. Itu sudah
biasa.
Sejak
saat itu, aku mulai terbiasa dengan hujatan penggemar Kyung Soo maupun yang
lainnya. Aku bahkan memutuskan untuk tidak membuka akun sosial mediaku lagi.
“Apa
yang sedang kau pikirkan?”
Aku
tersentak dari lamunanku dan menatap horor seseorang yang berdiri disampingku
entah sejak kapan. Setelah mengenalinya, aku menghela napas kesal. Apa yang dia
lakukan di kamarku?
“Apa
yang kau lakukan di kamarku?” tanyaku datar.
Dia
menghela napas pelan, mengubah posisinya jadi berdiri menatapku. “Yoora, aku
tahu keadaan kita sedang kacau sekarang, aku akan menjelaskan semuanya padamu
dan itu akan membuatmu merasa lebih baik, dan itu juga bisa membuat rasa
bersalahku padamu berkurang. Tapi sebelum itu, aku ingin mengatakan padamu jika
aku merindukanmu.”
Aku
terdiam, tetap mempertahankan posisiku menatap kearah depan, bersandar pada
pagar besi pembatas balkon.
Pada
akhirnya, aku tersenyum kecut. “Tidak ada yang perlu dijelaskan, Sir. Bagiku
semuanya sudah sangat jelas. Kau tidak memiliki tanggung jawab apapun untuk
menjelaskan padaku. Dan dengan semua rasa hormat yang kumiliki, kumohon,
keluarlah dari kamarku, pergilah dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku,”
ujarku tegas.
“Kenapa
kau sangat keras kepala, Yoora? Kalau kau bersikap seperti ini, semuanya akan
bertambah rumit,” balasnya.
“Biarkan
saja, apa-apa yang ada dihidupku memang rumit. Aku tidak peduli, pergilah dari
sini. Semuanya sudah selesai, Jungkook. Bagiku semuanya sudah selesai.”
“Tidak,
Yoora. Kau tidak bisa melakukan itu!” Dia berteriak cukup keras padaku.
Akhirnya,
aku memutuskan untuk menatapnya marah. “Apa katamu? Aku tidak bisa
melakukannya? Tentu saja, aku bisa, Sir. Setuju ataupun tidak, bagiku semuanya
sudah berakhir. Sekarang, enyahlah dari hadapanku.” Aku menatap, menantangnya.
Seperti
kata Kris. Aku harus menghadapi kenyataan.
“Aku
tidak akan pergi dari sini sebelum kau mendengarkan penjelasanku,” desisnya.
“Baiklah,
lakukan apa saja, Sir. Aku tidak akan mempedulikanmu.” Aku melimbai
meninggalkannya begitu saja.
Masuk
kembali ke kamar, menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur dan memejamkan
mataku rapat-rapat.
Aku
merasakan pergerakan di kasurku dan tak lama kemudian, tangan seseorang
menarikku masuk ke pelukannya. Tidak, aku tidak bisa. Aku benar-benar tidak
bisa. Memberontak, aku mencoba keluar dari kurungan tangan dan kakinya sekuat
yang kubisa.
“Lepaskan
aku, Jung.”
“Tidak,
aku tidak akan melepaskanmu.”
“Aku
akan menendangmu jika kau tidak melepaskanku sekarang,” ancamku.
“Coba
saja, Ms Fletcher. Kau bahkan tidak bisa menggerakkan kaki-kaki cantik itu,”
balasnya.
Masih
memberontak, aku mencoba untuk menendangnya, tapi tenaganya luar biasa kuat
dibandingkan denganku dan aku sama sekali tidak bisa menggerakkan kaki-kakiku.
“Aku
tidak akan melepaskanmu lagi, Yoora. Tidak akan pernah,” bisiknya di dekat
telingaku. Membuatku terdiam dan menghentikan aksi berontakku begitu saja.
Jung
menenggelamkan kepalanya di lekukan leherku, menghirup napas dalam-dalam.
Diam-diam tanpa dia sadari air mataku mengalir lagi. Dia melilitku kuat dan
sampai-kapanpun tenagaku tidak akan menolongku untuk bisa keluar dari lilitan
ularnya ini karena tenaganya pasti lebih besar dariku.
“Aku
benar-benar merindukanmu,” bisiknya lagi. Aku merasakan ciuman-ciuman ringan di
pundakku karena sweater yang kukenakan sudah dalam keadaan acak-acak hingga
memperlihatkan pundakku karena aku hanya mengenakan tank top merah di dalamnya.
Tubuhku
meremang, saat bibir lembutnya menyentuh kulitku. Tidak, kumohon, aku tidak
kuat jika dia terus melakukan hal seperti itu.
Marah
dan rindu itu bercampur menjadi satu dalam diriku. Aku bisa menerkamnya dan dia
akan mendapat luka goresan di tangannya atau mungkin punggungnya karena
kuku-kukuku.
“Berhenti,
Jung. Berhenti!”
“Kenapa?
Aku tahu, kau juga merindukanku. Kau hanya tidak mau mengakuinya. Jangan
memberontak lagi, Yoora. Aku pernah bilang padamu, kau tidak akan pernah bisa
mencintai pria lain selain aku dan aku akan selalu memastikan hal itu.
Sekarang, tidurlah. Aku akan menjagamu.”
Rasa
kantuk langsung menghampiriku begitu saja dan hal terakhir yang kuingat adalah
Jung mengecup bibirku lalu menenggelamkan kepalanya lagi dilekukan leherku. Ya, Jung, aku memang merindukanmu, aku
sangat merindukanmu.[]
KYUNG SOO
KEMBARAN :*
MANTAN :D
EUNA
HYE NI
PACARS :*
COUPLE KESUKAAN AKU :*
BIAS AKU, PACAR UTAMA, CALON SUAMI :D
Apalah si Jungkook itu, aku ga bisa marah sama dia... Tapi tetep aja ngeselin!!
BalasHapusMana bisa marah sm kookie mah😞😟
BalasHapusMana bisa marah sm kookie mah😞😟
BalasHapusMana bisa marah sm kookie mah😞😟
BalasHapus