WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam
proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca
yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran
disana-sini. Happy Reading!
ADAKAH YANG MERINDUKAN AKU *eh MAKSUDNYA, RINDU SAMA KOOKIE SAMA SI YOORA HEHEHE :D MAAPKAN AKU KARENA BARU BISA POST TANGGAL 20 PADAHAL JANJINYA LIBUR BATES TGL 18 DOANG. MASALAHNYA GINI, KALIAN TEMENAN KAN DI FB SAMA AKU? NAH KALIAN PASTI LIATLAH UPDATEAN AKU DIMANA-MANA ITU :D AKU BUKAN LIBURAN TAPI 'PKL' PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN SEKALIAN JALAN-JALAN. HAHAHA:D JADI AKU SEHABIS PULANG DARI PKL LANGSUNG BORONG NGERJAIN LAPORAN KARENA DITUNGGU DOSEN BUAT DIKUMPULIN UNTUK NILAI SEMESTER INI :') DOAKAN SEMOGA LAPORANKU DAPET NILAI BAGUS YA GAESSS:* DAN AKU TAHU INI UDAH KEPANJANGAN BANGET YA. MAKASIH BUAT YANG MASIH MAU STAY DAN NUNGGUIN CERITA INI YA *LUVV CHEKITDOTTTTTT!!!
BAB 26
Ibu, tolong aku, ibu! Beritahu aku
apa yang harus kulakukan sekarang, Ibu!
Jangan pernah kehilangan
kepercayaanmu akan apapun, jadilah seseorang yang baik dan ingatlah selalu
kalau aku menyayangimu.
Kamar
ini gelap ketika aku terbangun dengan napas terengah. Lengan kuat seseorang
membungkus tubuhku dengan posesif. Kakinya dan kakiku saling menindih, tubuhnya
hangat dan membuatku berkeringat. Kejadian semalam mendadak melintas kembali di
kepalaku.
“Sstt tidurlah lagi, Chagiya. Aku tidak akan meninggalkanmu.” Jung menuntun kepalaku ke
dadanya. Tanganku melingkar dipinggangnya sebelum akhirnya menikmati tangannya
di kepalaku serta suara merdunya yang mengalun dekat dengan telingaku.
Kenyamanan menyelimutiku bersamaan dengan ketenangan dan kedamaian yang telah
hilang sejak dia pergi.
“Aku
mencintaimu, Jung. Jangan tinggalkan aku!” bisikku. Aku tidak tahu apa dia
mendengarnya atau tidak karena setelah mengatakannya aku kembali tertidur.
“Jangan
ganggu mereka! Kau tidak akan kubiarkan masuk ke dalam! Jangan seenaknya di
sini, oke?”
“Kenapa?
Kenapa aku tidak boleh masuk? Kau tahu, pria yang ada di dalam sana itu adalah
calon tunanganku! Jangan coba-coba untuk menghalangi jalanku!”
“Sombong
sekali kau! Aku bahkan bisa menendangmu keluar dari resort ini dengan mudah,
tapi karena aku masih menghormatimu sebagai tamu di sini maka aku tidak akan
melakukannya. Jadi, kumohon padamu untuk menunggu mereka di ruang tengah!”
“Berani
sekali kau! Apa kau tidak tahu siapa aku? Aku bahkan bisa…”
“Tolong
jaga tingkahmu, Nona Han. Atau aku akan membuatmu keluar dari resortku detik
ini juga!”
Suara-suara
di luar kamarku membuatku terusik. Apa yang dilakukan Jin Hwa dan Euna di luar
kamarku? Apa mereka bertengkar? Apa tidak ada tempat yang lebih pantas selain
di depan pintu kamarku?
Tidak
mempedulikan suara-suara berisik itu, aku semakin menenggelamkan diriku ke
pelukan Jung. Dia bahkan tidak terusik sama sekali. Ah aku lupa diakan tukang
tidur!
“Apa
kau belum ingin bangun?”
Tubuhku
meremang saat hembusan napas Jung menyentuh leherku. “Aku masih ingin di sini
lebih lama lagi,” ujarku parau.
“Ada
banyak hal yang harus kita bicarakan. Aku ingin membuat perjanjian tertulis
denganmu, Chagiya.”
“Apa?
Apa maksudmu?”
“Iya,
aku ingin membuat perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh kita berdua.
Berisikan pernyataan jika kau tidak akan meninggalkanku seperti semalam atau
berbagai hal lain yang sejenis itu dan aku juga akan membuat pernyataan yang
sama,” katanya.
“Kau
bercanda? Untuk apa semua itu? Toh cepat atau lambat kau juga akan pergi dan
meninggalkanku,” lirihku.
“Itu
sangat berguna untuk kita. Kau tidak tahu apa yang kurasakan semalam. Aku
ketakutan luar biasa saat aku tidak bisa menemukanmu dimanapun. Aku sudah
mengecek ke kamar dan kau tidak ada di sana, aku berlari keluar hotel, tapi kau
juga tidak ada di sana sampai akhirnya Jimin menghubungiku dan mengatakan jika
kau sudah kembali ke resort dengan keadaan yang sangat labil. Aku langsung
pergi ke resort detik itu juga dan meninggalkan meja sialan itu, tidak
mempedulikan apa yang dikatakan oleh kakekku dan wajah tersinggung Mrs Han,”
jelasnya.
“Apa
yang kau lakukan? Kau bisa mendapat masalah jika kau berani menentang kakekmu,
Jung.”
“Aku
tidak takut padanya, Yoora. Aku sudah pernah mengatakannya dulu kalau aku
sangat membencinya hingga ke akar-akar di hatiku. Dia adalah penyebab dari
semua kekacauan yang terjadi di hidupku. Dia sudah melanggar perjanjian dengan
merencanakan perjodohan untukku. Aku tidak akan diam lagi, aku bukan bonekanya,
aku ini cucunya! Kalau saja dia mati hari ini, maka hal pertama yang akan aku
lakukan adalah bersyukur pada Tuhan.” Aku memukul kepalanya.
“Kau
tidak boleh menyumpahi kematiannya. Walau bagaimanapun juga dia adalah kakekmu.
Kurasa kita harus bangun sekarang, ini sudah siang.”
“Jangan
bodoh, ini bahkan baru jam sembilan.”
“Dan
asal kau tahu saja, Sir. Pacarmu ini tidak pernah bangun di atas jam enam,”
ucapku sombong.
Jung
memutar bola matanya. “Mandilah dulu, aku masih ingin di sini.” Aku
menggelengkan kepalaku melihat tingkahnya, dan lantas memutuskan untuk masuk ke
kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
Kurasa
Jung yang melepaskan gaun semalam dari tubuh dan aku hanya mengenakan korset
ini. dengan celana pendekku.
Well
perasaanku sudah membaik sekarang, aku rasa kontrol pada diriku sudah kembali
dan aku rasa aku sudah bisa bertemu yang lainnya.
Suara
ibu di dalam mimpiku semalam masih terngiang di pikiranku. Ya, benar, aku harus
kuat, aku tidak boleh kehilangan pengendalian diriku lagi seperti semalam.
Bahkan ketika rahasia mengenai status sebenarnya yang kumiliki terbongkar aku
tidak sampai kehilangan kontrolku, maka yang kali ini aku tetap harus stabil.
Aku
dan Jung keluar dari kamar bersama-sama, saling merangkul dan rasanya sudah
lama sekali aku tidak bermanja-manja dengannya. Begitu kami sampai di ruang
tengah, reaksi pertama yang kukeluarkan adalah terdiam dengan mataku yang
melotot seperti melihat hantu.
Apa-apaan yang dilakukan gadis itu
di sini!
Semua
orang tampak terdiam. “Kau! Apa yang kau lakukan di sini?” Kalimat itu muncul
begitu saja dariku.
“Dia
menggedor pintu depan pagi-pagi buta sambil berteriak dan menekan belnya
berulang-ulang. Dia membuat keributan dan ketika aku membuka pintunya dia
mengenalkan dirinya sebagai Han Nara dengan embel-embel tunangan Kookie lalu
dia dengan tidak sopannya menerobos masuk ke dalam,” jelas Euna.
“Hey,
aku ini benar-benar tunangannya, kami akan bertunangan minggu depan. Kalau
kalian semua masih tidak percaya juga, kalian bisa tanyakan langsung padanya,”
seru gadis itu sambil menunjuk Jung.
Dengan
tak acuh aku menggidikkan bahuku dan memutuskan untuk duduk di samping Jin Hwa.
“Apa
tujuanmu datang kemari?” tanya Jung dengan beku.
“Aku..aku
disuruh ibu datang kemari untuk menemuimu karena kita harus memilih cincin
pertunangan kita,” ujar gadis itu terbata-bata sambil menunduk.
“Kau
tahu, Han Nara. Aku tidak pernah menyutujui pertunangan ini terjadi. Sekarang,
kau bisa pergi dari sini, katakan pada Mrs Han bahwa aku menolak perjodohan ini
dan jika dia ingin membatalkan kontrak kerjasamanya silakan saja. Aku akan
memenangkan tender yang lebih besar lagi dibandingkan dengan Key Group dan akan
aku pastikan itu bukan hanya omong kosong,” kata Jung.
“Aku
juga, sebenarnya aku juga tidak mau perjodohan ini sampai terjadi, tapi jika
aku tidak menuruti kemauan ibuku dia bisa membunuhku nanti,” desis Nari
ketakutan.
Aku
tersentak saat mendengar pengakuannya. “Apa? Ibumu bisa bertingkah sekejam itu
padamu?” ujarku tak percaya.
Nara
mengangguk dengan kentara. “Iya, dia memang kejam. Terkadang aku membencinya,
tapi aku tetap menyayanginya karena dia adalah ibuku.”
“Walau
bagaimanapun juga kita harus membatalkan pertunangan ini. Sekarang, kau
kembalilah, hadapai ibumu dengan berani. Sisanya biarkan kami yang bereskan,”
ujar Jung.
Gadis
bernama Nara itu mengangguk lagi, dia pergi meninggalkan kami semua termenung.
“Apa
rencanamu, Kookie?” tanya Nam Joon tiba-tiba.
“Pertunangan
itu akan dilaksanakan di Seoul. Kakek sudah mengurus semua persiapannya. Nam
Joon Hyung, Ho Seok Hyung, Yoon Gi Hyung, Seo Jin Hyung, dan
Jimin Hyung bisakah kalian membantuku
menggagalkan persiapan itu? Pikirkan apa saja yang pasti kalian harus merusak
semua rencana kakekku itu. Aku dan Yoora akan pergi ke Miami untuk menemui Mark
Fletcher karena hanya pamannya Yoora yang bisa membantuku. Lalu, Taehyung Hyung dan Hye Ni bisakah kalian berdua
menyebarkan berita retaknya hubungan ibuku dan ayahku? Karena hanya dengan
berita itu kakekku akan terpancing untuk marah jika dia marah akan semakin
mudah bagi kita menjatuhkannya. Yang terakhir, Euna dan Jin Hwa kalian berdua
harus meyakinkan Mr Choi untuk berkerja sama dengan perusahaanku bersamaan
dengan perusahaan paman Yoora. Aku akan buat laki-laki tua itu tidak bisa
berkutik lagi. Jika perlu aku akan menyiapkan racun tikus untuk membunuhnya,”
jelas Jung panjang lebar.
Semua
orang mengangguk mengerti. Baiklah, kalau begitu rencana sudah disusun,
pengaturan dan pembagian tugas juga sudah di lakukan, tinggal menjalankannya.
Malam
harinya pesawat pribadi Jimin membawa kami semua pulang ke Seoul. Semua orang
harus bersiap menyusun strategi untuk menjalankan tugas-tugas mereka. Begitu
tiba di Seoul, supir pribadiku sudah menungguku. Ya, aku pulang sendiri karena
Jung harus menyelesaikan pekerjaannya. Dia akan pulang ke apartemennya yang
pernah kudatangi dulu.
“Bagaimana
liburan Anda, Nona?”
“Luar
biasa,” jawabku singkat.
Sepanjang
perjalanan pulang, aku memikirkan semuanya. Gadis bernama Han Nara itu memiliki
ibu yang kejam wajar saja wajahnya begitu ketakutan saat dia mengatakan akan
membeli cincin pertunangannya dengan Jung karena disuruh ibunya. Sebenarnya,
aku tidak akan menampik tentang sosok ibunya yang kejam, mungkin Nara hidup
dalam titah ibunya itu. Mrs Han adalah wanita eropa yang menyeramkan, garis
wajah yang keras, auranya, juga senyum serta mata tajamnya saat menatapku
semalam ketika aku dan Jung tiba di meja makan sudah menggambarkan wataknya
dengan sangat jelas.
“Apa
Anda sudah tahu tentang hari pengumuman Anda yang akan dimajukan jadi hari
senin ini, Nona?”
Aku
tersentak dan menatap supirku. “Benarkah?”
Dia
mengangguk saja. Aku menghembuskan napas pelan. Minggu-minggu ini akan menjadi
minggu yang berat untukku. Hari rabu nanti, Bangtan akan pergi keluar negeri
hingga hari sabtu. Sedang tadi, Jung bilang pertunangan itu akan diadakan hari
rabu. Itu berarti mereka harus menyelesaikan tugas itu sebelum hari rabu dan
ini adalah hari sabtu.
Hari
minggu ada pesta Ja Yeon. Lalu senin adalah hari pengumumanku, setelah itu
malamnya aku dan Jung akan berangkat ke Miami. Rabu siang kami akan pulang dan
malamnya, kami harus ada di gedung itu untuk menyaksikan hasil dari rencana
yang sudah kami susun ini.
Aku
sudah memberitahu Sehun tentang jadwal pengumuman yang dimajukan dan dia akan
menjemputku besok. Well setelah
mati-matian membujuk Jung untuk memperbolehkanku pergi dengan Sehun tentu saja.
Dia itu memiliki kadar cemburu tingkat akut.
Sekarang,
kami semua berkumpul di pesta pengangkatan Ja Yeon sebagai CEO baru Park
Enterprises. Mr Park sudah menyampaikan pidato ungkapan bahagianya dengan
menyisipkan namaku dan nama Euna di dalamnya. Jung bertanya padaku apa yang
sudah kami lakukan?
Aku
mengatakan padanya mengenai masalah yang dihadapi oleh Jimin yang sudah berlalu
itu dan dia sedikit menyesal karena tidak bisa ikut membantu Jimin.
“Terima
kasih karena sudah menyempatkan untuk datang kemari, Nak,” sapa Mr Park. Aku
membalasnya dengan senyuman saja. Lalu dia melenggang pergi untuk menyapa
tamu-tamunya yang lain.
“Kau
sudah menyiapkan pesawat untuk keberangkatan kita besok?” tanyaku.
“Semuanya
sudah siap, kita hanya tinggal pergi. Masalah yang ada disini akan diurus oleh Hyung-hyungku.” Aku menangguk padanya.
“Kalau
begitu tidakkah kita harus mencari Ja Yeon Oppa
sekarang? Kita harus beristirahat dan aku harus menghadapi hari besar untuk
masa depanku besok.”
“Baiklah,
ayo.”
Jung
merangkul pinggangku dengan posesif. Banyak mata yang memperhatikan kami dengan
berbagai macam jenis tatapan. Ada yang iri, ada yang terpesona, ada yang jijik,
dan lain-lain. Aku sudah terbiasa dengan ini, akhirnya aku juga harus sadar
jika keseluruhan dari hidup dan duniaku sudah berubah sejak Tuhan
mempertemukanku dengan pria yang saat ini tengah menatap beku pada semua orang
yang membungkuk hormat padanya.
Jeon Jungkook, pusat jagat rayaku,
pusat semestaku.
“Oppa, kami ingin berpamitan padamu. Kau
tahu, aku harus menyiapkan diriku untuk pengumuman di sekolah besok,” ujarku
dengan senyuman tipis.
“Ah,
Kim Yoora, senang bisa bertemu lagi denganmu. Tentu, terima kasih sudah
menyempatkan untuk datang dan terima kasih karena sudah menjadi guardian angel untuk keluarga kami dan
terutama untuk adikku Jimin.” Ja Yeon memelukku hangat, seperti pelukan kakak
untuk adiknya.
“Jangan
seperti itu, Oppa. Kalau begitu kami
permisi dulu, sampai jumpa lagi.”
Jung
membawaku pergi dari ballroom gedung ini menuju ke lantai parkir di bagian
bawah gedung.
“Ada
kabar bahagia untuk kita,” ucap Jung.
Aku
menatapnya bingung. “Apa? Kabar apa?”
“Taehyung
dan Hye Ni sudah berhasil membocorkan berita tentang betapa kacaunya hubungan
ayah dan ibuku yang selama ini dirahasiakan dengan sangat baik oleh kakek dan
Jin Hwa juga Euna berhasil meyakinkan Mr Choi untuk membuat kerja sama dengan
perusahaanku. Eh secara resmi JJ Group sudah menjadi milikku sejak
pengangkatanku bulan lalu kan?”
Aku
terkikik mendengarnya. CEO muda nan tampan, pujaan gadis-gadis Korea,
kekasihku. “Baguslah, kalau begitu tinggal tugas kita dan lima pria tampan itu
yang belum dijalankan.”
“Siapa
bilang? Tugas Hyung-hyungku itu hanya
tinggal menunggu hasil, mereka sudah melakukan yang terbaik menurut mereka dan
juga ide-ide gila Jimin Hyung dan Ho
Seok Hyung benar-benar sangat
membantu.”
Aku
tertawa mendengar perkataannya. Jung melajukan mobilnya menuju apartemenku.
“Apa
kau akan menginap malam ini?”
“Iya,
aku akan menginap malam ini, lagipula aku sudah sangat merindukan kasur kita,”
katanya dengan seringai jahil.
Wajahku
memanas begitu saja. “Itu kasurku, bukan kasur kita,” kataku sambil menekan
kata ‘kita’.
“Siapa
bilang? Itu kasur kita sejak aku juga ikut tidur di sana dan memelukmu
sepanjang malam.”
Aku
mengabaikan ucapannya dan menatap ke jalanan yang lenggang.
Jurusan
yang kuambil untuk melanjutkan pendidikanku adalah kedokteran, aku memang tidak
mengubah rencanaku sejak awal karena memang aku ingin menjadi seorang dokter. Jurusan
cadangan yang kuambil adalah manajemen bisnis. Entah kenapa aku justru memilih
jurusan itu dipilihan kedua.
Hanya
siswa dengan kemampuan luar biasa yang bisa ikut jalur ini dan aku, Euna serta,
Hye Ni, dan Jin Hwa mendapatkan kesempatan emas itu. Euna ingin satu kampus
dengan Jin Hwa dan Hye Ni memutuskan untuk satu kampus denganku.
“Jung,
apa kau akan melanjutkan pendidikanmu?”
“Tentu
saja, aku juga sedang memikirkannya, Chagiya.
Aku ingin melanjutkan kuliahku ke Amerika. Harvard.”
“Itu
artinya kita akan menjalani hubungan jarak jauh lagi,” ujarku pelan.
Dia
terkikik geli. “Aku tidak bilang kita akan menjalani hubungan jarak jauh. Aku
akan melanjutkan kuliahku ketika kau selesai dengan kuliahmu, kita menikah dan
aku akan membawamu untuk tinggal bersamaku di sana.”
Memutar
bola mataku, aku menyandarkan kepalaku di pundaknya. “Kenapa seperti itu? Aku
lebih senang jika kau dan aku sama-sama menjalani pendidikan dan kita akan
sama-sama menyelesaikan pendidikan kita nanti, lalu baru kita akan memikirkan
tentang pernikahan.”
“Kau
tahu, akan sangat sulit bagiku untuk berada jauh darimu.”
“Maka
dari itu kau harus belajar, Jung. Dengan seperti itu, kita akan menjadi lebih
dewasa dan hubungan kita juga akan semakin erat.”
“Oke,
aku akan memikirkannya lagi nanti.”
Jung
melemparkan tubuhnya begitu saja ke atas tempat tidurku begitu kami berhasil
sampai ke apartemenku dengan baik. Untunglah aku tidak minum alkohol sedikitpun
di pesta tadi atau jika tidak bisa-bisa aku kehilangan semua akal sehatku malam
ini.
Ikut berbaring bersamanya saat sudah mengganti
gaun pestaku dengan pakaian tidur. Jung bangkit dan mengganti pakaiannya juga
di kamar mandiku lalu kembali berbaring di sampingku.
“Jadi
ceritakan padaku, bagaimana keadaan ayahmu?”
Tangannya
memeluk pinggangku dengan erat, membuat tubuhku menempel dengannya, tanganku di
dadanya tepat di jantungnya, satu tanganku yang lain memeluk pinggangnya,
kakiku menindih kakinya.
“Kuharap
dia baik-baik saja, Jung. Serius, aku mungkin tidak pernah mengenal sosoknya
sepanjang hidupku, tapi kenyataan yang harus kuterima adalah dia ayahku. Meski
sekarang dia ada dibalik jeruji besi dia tetaplah ayahku. Semoga dia baik-baik
saja. Aku berjanji akan memasak untuknya ketika dia keluar dan menyelesaikan
hukumannya delapan tahun lagi,” ujarku.
“Aku
mencintaimu, Kim Yoora.”
Jantungku
berpacu saat mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya. Baik, sekarang adalah
saatnya, Yoora!
Aku
bangkit sedikit membuat posisi wajahku tepat di atasnya. Menurunkan kepalaku
dan mengecupnya pelan. Aku merindukannya. Aku sangat merindukannya.
Darahku
berdesir saat tangannya menyentuh leherku. Aku melepaskan bibirku dan kembali
menatapnya. “Aku juga mencintaimu, Jung.”
Senyuman
lebar terukir di wajahnya begitu mendengar perkataanku. Mau tidak mau aku ikut
tersenyum dengannya. Jung kembali mendorong belakang kepalaku dan mengecupku
lagi, melumat bibirku dan ciuman ini menggambarkan semua perasaanku. Tanganku
berpegangan pada lengannya.
“Kenapa
aku harus menunggu sangat lama untuk mendengarmu mengatakannya?”
Dia
melepaskan bibirnya lagi. Aku membuka mataku lagi dan merasakan kepalaku pusing
sekarang. “Aku selalu mengatakannya dalam hatiku, hanya saja kau tidak bisa
mendengarnya.”
Dia
mengecupku lagi dan membalikan tubuhku, Jung menindihku dan mengunciku di
bawahnya. “Katakan lagi,” lirihnya di sela-sela ciumannya.
“Aku
mencintaimu, Jeon Jungkook.”
Erangan
senang muncul dari mulutnya dan dia melumat bibirku dengan rakus. Satu erangan
juga keluar dari mulutku.
“Jangan
mengerang, Yoora. Aku tidak ingin kita melakukannya sebelum menikah,” katanya.
Wajahku
memanas dan aku mendorongnya turun dari tubuhku. Dia kembali berbaring di
sampingku dengan perasaan senang luar biasa sampai-sampai aku bisa
merasakannya.
“Rasanya
aku seperti hidup kembali.”
Aku
terkekeh saat melihat wajah berseri-serinya yang menurutku sangat lucu. Jika
diingat-ingat lagi dia adalah mantan Idol dan sekarang menyandang jabatan
sebagai seorang CEO, lalu sekarang dia memasang wajah super berseri-seri dengan
senyuman konyol di wajah tampannya. Aku bahkan bisa melihat binar-binar bahagia
di matanya. Mengetahui jika alasan dibalik kebahagiaannya adalah aku membuatku
tidak bisa menahan senyumanku.
“Aku
senang karena kau bisa merasa seperti itu.”
“Terima
kasih karena sudah hadir di hidupku, Yoora.” Dia memelukku erat, melilitku dan
membuatku tidak bisa melakukan apapun lagi. Untunglah aku sudah mendinginkan
ACnya.
“Selamat
tidur, Cintaku.” Dia mengecup pelipisku. Mataku terpejam dengan damai, kurasa
malam ini akan menjadi malam paling nyenyak disepanjang kehidupanku.[]
HAN NARA :*
EUNA
KEMBARAN AKOEH:*
SUAMI-SUAMI KESS:*
PACAR:*
Waaa~ Neomu Joha!
BalasHapus