WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam
proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca
yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran
disana-sini. Happy Reading!!
BAB 21
Setelah
momen-momen penuh haru tadi, akhirnya aku dan Euna memutuskan untuk kembali
menemui teman-teman yang entah apa yang sedang mereka lakukan sekarang. Mungkin
mereka sedang menikmati wine. Aku
sudah tujuh belas dan kurasa aku akan mencoba minum malam ini.
Sampai
di meja yang letaknya di tengah-tengah ruangan, aku mendudukan tubuhku di
antara Seo Jin dan Ho Seok, sedang Euna tentunya duduk di samping kekasihnya.
“Bagaimana?
Dimana Jimin?”
Aku
tersenyum pada Ho Seok. “Kau tidak akan percaya, Oppa. Mr Park akhirnya menyadari kesalahannya. Jimin Oppa diizinkan untuk melanjutkan karir
bermusiknya dan akhir minggu nanti adalah pemindahan jabatan perusahaan ke
tangan Ja Yeon Oppa,” seruku senang.
Semuanya
menarik napas lega dan perlahan-lahan saraf-saraf kami yang tegang sejak tadi
merileks begitu saja. Malam ini adalah waktu untuk berpesta!
“Kalau
begitu, kita bisa menikmati pesta malam ini tanpa ada beban pikiran lagi,” seru
Nam Joon. Aku terkekeh melihatnya. Dia tentunya sangat senang dan pasti beban
di pundaknya agak berkurang karena dia adalah leader grup.
Dari
meja milik kami yang letaknya ada ditengah-tengah ruangan besar nan mewah ini,
aku bisa melihat jelas kearah panggung berukuran sedang di depan sana. Alunan
musik lembut memanjakan telinga tamu-tamu di sini.
Orang-orang
di sini pastilah berasal dari kalangan pebisnis. Mereka sibuk dengan obrolan
masing-masing dan kemungkinan mencoba untuk mencari celah agar dapat melakukan
kerja sama.
Dunia
bisnis adalah dunia yang cukup berbahaya meski terlihat begitu menggiurkan
dipandang dari luar, tapi manusia-manusia yang menjalankan bisnis dan tercebur
kedalamnya itu adalah manusia-manusia yang memiliki banyak sekali topeng di
wajahnya. Artinya, mereka dapat bersikap ramah pada rekannya, tapi ketika membalik
punggung mereka akan saling menjatuhkan, persaingan bisnis saat ini benar-benar
ketat, siapa yang tidak kuat maka dia akan dikalahkan dan tersingkirkan.
Mungkin
saat ini, Jung sudah berubah seperti itu. Mengingat jika dia adalah pemilik
saham bisnis paling besar di Asia saat ini, dia tidak mungkin tersingkirkan.
Perusahaan pamanku yang berbasis di Amerika sebenarnya lebih besar lagi
dibandingkan milik Jung, tapi karena mereka menjalankan bisnis dibidang yang
berbeda itu membuat mereka tidak bersaing dan lagipula, basis mereka lain.
Aku
memperhatikan wajah-wajah penuh tawa orang-orang disekelilingku ini, mereka
semua penipu kelas kakap, aku sudah banyak mendengar dari pamanku jika dunia
bisnis selain berbahaya juga sangat kejam. Bahkan tanpa sepengetahuan media ada
juga yang saling membunuh.
Acara
amal dibuat untuk membantu yang susah, mereka semua mendonasikan begitu banyak
uang, berlomba-lomba untuk dipuji orang lain, mendapat sanjungan dan dikenal
sebagai dermawan, dengan dasar saling membantu, kebanyakan dari para pebisnis
itu hanya ingin mencari muka.
Aku
sudah sangat sering datang keacara amal dulu sewaktu masih tinggal di Miami.
Dan sudah sangat sering juga menyaksikan hal-hal yang memuakkan seperti itu.
“Oya,
Yoora-ssi, kau yakin akan baik-baik
saja? Atau mungkin lebih baik kita pulang sekarang saja?” tanya Seo Jin.
“Tidak,
Oppa. Ya ampun, kurasa kita
benar-benar harus berpesta malam ini. Aku membutuhkan minuman.”
“Seingatku,
di Amerika baru boleh minum jika sudah berumur sembilan belas,” ujar Nam Joon.
“Tentu,
itu benar, tapi ini bukan Amerika. Ini Seoul!” seruku.
Mereka
tertawa melihat tingkahku dan kembali diam menyaksikan orang-orang bodoh
menyampaikan pidato tak berguna mereka di depan sana.
Setelah
orang berjas abu-abu gelap itu turun dari panggung, pembawa acara kembali
berbicara dalam bahasa Korea tentunya dan otomatis aku tidak mengerti apa yang
orang itu katakan.
“Dia
bilang itu adalah kata sambutan terakhir dan acara pemotongan pita lalu, pidato
peresmian dari pemilik perusahaan,” ujar Hye Ni. Aku nyengir lebar padanya. Ya
ampun, dia sangat pengertian.
Aku
kembali melihat kearah panggung. Jantungku berdebar gugup, sudah lama sejak
terakhir kali aku merasakan ada kupu-kupu yang berterbangan di perutku dan
malam ini, aku kembali merasakannya. Tiga orang pria berjas hitam menaiki
panggung dan salah satu dari tiga orang itu adalah Jeon Jungkook. Dia terlihat
lebih berkharisma sekarang. Aku bisa merasakan suasana di sekelilingku
menegang, teman-temanku tampak membeku sama sepertiku.
Pandanganku
buram karena air yang perlahan menggenang di mataku. Ya Tuhan, aku tidak ingin mengakuinya. Aku tidak bisa mengakuinya.
Setelah dua bulan, akhirnya aku melihat dia lagi, dia ada di dekatku.
Rasanya
benar-benar seperti mimpi. Kukira aku
tidak akan pernah melihatnya lagi setelah dia pergi meninggalkanku sendirian di
balkon sekolah.
Aku
memalingkan wajahku, memutuskan untuk tidak menatap panggung itu. Ho Seok dan
Seo Jin menggenggam tanganku. Aku melihat mereka bergantian, mereka terlihat
memberi semangat padaku.
“Dia..dia di sini! Dia benar-benar ada di
sini!” lirihku pelan.
“Jika
kau ingin pergi, kita akan pergi dari sini sekarang juga, Yoora. Kita bisa
melanjutkan pestanya di pantai,” ujar Ho Seok.
“Kami
benar-benar tidak ingin melihatmu sedih, Yoora. Kita pulang sekarang,” tegas
Jin Hwa.
Aku
menggeleng pelan. Tidak, kalau aku pergi sekarang, semua orang akan tahu jika
Kim Yoora adalah gadis yang lemah. Dia belum move on dari Jeon Jungkook, dia adalah gadis yang menyedihkan.
“Tidak,
kita akan tetap ada di sini. Aku tidak akan membiarkan diriku kelihatan lemah
di hadapan siapapun,” desisku.
Semua
orang menghela napas pasrah. Aku tahu aku memang sedikit keras kepala.
Semua
orang bertepuk tangan begitu pria yang kuyakini adalah kakeknya Jung memotong
pita merahnya. Itu artinya inti acara ini sudah selesai. Wanita bergaun biru
terang yang membawa guntingnya turun dari atas panggung setelah bersalaman.
Tinggalah si pembawa acara dan tiga pria dari keluarga Jeon. Ah tidak, siapa
pria yang berdiri di sisi kanan kakek Jung? Apa dia ayahnya? Tidak mirip!
“Pria
yang satunya itu adalah orang kepercayaan kakeknya Kookie, bukan ayahnya jika
itu yang kau pikirkan,” celetuk Nam Joon.
Kakek
Jung mengatakan sesuatu dalam bahasa Korea, aku menghela napas bodoh. Aku
benar-benar harus belajar bahasa Korea.
“Dia
bilang, dia bahagia karena akhirnya, hotel baru milik JJ Group telah resmi di
buka. Malam ini, kalian semua bisa menikmati kemewahan hotel ini sepuasnya dan
juga bisa menikmati acara dansa nanti. Kurasa, tidak perlu panjang lebar,
terima kasih untuk semua orang yang sudah bekerja keras dan selamat menikmati
pestanya,” sampai Hye Ni lagi padaku.
“Yoora-ssi, mau berdansa bersamaku?” tanya Yoon
Gi tiba-tiba dengan seulas senyum di wajahnya.
Aku
nyengir padanya dan menerima uluran tangan Yoon Gi dengan senang hati. Sudah
lama sekali rasanya sejak terakhir kali ada pria yang mengajakku berdansa.
Terakhir adalah satu bulan yang lalu saat Kyung Soo tiba-tiba datang ke pesta
perayaan kelulusan aku, Hye Ni, Euna dan Jin Hwa. Dia bilang dia diundang oleh
Jimin dan dia tidak ingin melewatkan memberiku selamat dan ikut menikmati
pestanya. Malam itu, apartemenku penuh dengan kebahagiaan, aku ingat jika
bersama mereka rasa sedihku sedikit berkurang. Kyung Soo mengajakku berdansa di
tengah ruang santai sementara yang lain hanya memperhatikan sampai akhirnya,
Taehyung ikut-ikutan berdansa dengan Hye Ni, lalu Jin Hwa dan Euna menyusul.
Yoon
Gi membawaku ke ballroom hotel yang letaknya di samping ruangan megah ini.
Ballroom-nya juga tidak kalah mengesankan. Hanya orang-orang berkantung tebal
yang bisa menyewa salah satu kamar di hotel ini tentunya. Designnya sangat keren!
Alunan
musik dansa klasik menyambut kami begitu kami tiba di ballroom. Sudah ada
berpuluh-puluh pasangan yang memenuhi lantai dansa. Berdansa dengan anggun.
Jika melihat yang seperti ini, aku jadi ingat pesta dansa di dongeng Odette dan
Odille, ya cerita yang itu, cerita Black Swann. Aku tidak suka Cinderella
kurasa aku sudah pernah mengatakannya. Odette adalah satu-satunya tokoh fiksi
kesukaanku. Jika di dalam novel aku selalu suka sosok Eugene Markham dan tokoh
pria yang selalu kusukai adalah Damen Auguste, cowok keren itu selalu menjadi
pangeran impianku. Sedang pangeran di dunia nyataku entah masih mengingatku
atau kemungkinan besar dia sudah mendapatkan penggantiku.
Setelah
berhasil bergabung dengan pasangan lain, aku meletakan satu tanganku di pundak
Yoon Gi, satu tanganku lagi digenggamnya dan tangannya yang lain diletakkan di
pinggangku. Dia tersenyum padaku.
Aku
jarang sekali mendapat kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan Oppa yang satu ini, tiap kali berkumpul
Taehyung, Jimin dan Ho Seok akan lebih mendominasi suasana, mereka yang paling
suka melempar lelucon, Nam Joon dan Seo Jin kadang-kadang lucu kadang-kadang
tidak. Ah mereka berdua itu akan lucu saat sedang makan.
Saat
ini, tiba-tiba saja dia mengajakku berdansa, aku harus mengabadikan momen ini
dengan baik. Mereka semua adalah sahabatku. Orang-orang yang berarti untukku
dan menyayangiku. Meski terkadang ada beberapa dari mereka yang masih sungkan
untuk menunjukkan perasaan mereka yang sebenarnya, tetap saja setiap kali ada
masalah yang menerpa, mereka akan siap membentuk benteng dan menghalau masalah
bersama-sama.
Aku
cukup baik dalam hal berdansa, kakiku melangkah seirama dengan kaki Yoon Gi,
mengikuti musik yang benar-benar menghanyutkan. Semua orang tampak tidak jauh
berbeda dari kami.
“Sejauh
ini, kau masih bisa mengatur emosimu dengan baik, aku senang, kau bisa bersikap
begitu bijak, Yoora. Jangan seperti kekasih Taehyung itu,” ujar Yoon Gi dan
agak sedikit berbisik diakhir.
Dahiku
berkerut mendengarnya. “Kenapa, Oppa?
Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.”
“Sudah
seharusnya kau mengetahui ini, Yoora. Sebenarnya masalah ini sudah lama
berlalu, tapi aku tetap tidak bisa melupakannya. Aku mungkin agak pendiam, tapi
aku menyaksikan apa-apa saja yang terjadi di sekelilingku. Taehyung sangat
mencintai gadis itu. Dia adalah sosok yang paling aneh diantara kami semua,
hanya karena melihat seorang gadis jogging
dia sudah langsung menyatakan jika dia jatuh cinta pada gadis itu. Ketika itu,
kami sedang sibuk mempersiapkan album debut kami. Tidak ada yang percaya
ucapannya, dia memang seperti itu, aneh dan konyol. Kami pikir, dia
mengada-ada, bercanda seperti biasa. Tapi, kami salah ternyata dia serius
dengan apa yang diucapkannya. Semakin dekat hari debut, semakin sering Taehyung
keluar diam-diam dari dorm yang
ternyata untuk menemui gadis itu. Manajer kami memaklumi hal itu, boleh-boleh
saja untuk kami memiliki teman kencan, asalkan dia bisa mengerti kesibukan kami
dan bersedia menjalani hubungan sembunyi-sembunyi,” cerita Yoon Gi.
Dia
menghela napas lalu kembali menyambung ceritanya. “Taehyung tahu, ada banyak
resiko jika dia sampai berpacaran dengan gadis asing yang belum kami ketahui
siapa dan darimana asalnya karena dia hanya bilang kalau dia jatuh cinta pada
seorang gadis tanpa memberitahu siapa. Sampai ketika kami berhasil debut dan
perlahan mulai dikenal masyarakat. Suatu malam, Taehyung kembali ke rumah dalam
keadaan kacau, katanya gadis itu tidak menerimanya, gadis itu tidak suka pada
pekerjaannya. Kau tahu, Yoora. Perasaan pria itu bisa jadi lebih lembut dan sensitive dibandingkan dengan kalian
para perempuan, untuk yang pertama kalinya, aku melihat sosok pria yang selama
ini bertingkah aneh dan konyol itu tertunduk, menangis pilu jika pekerjaan yang
telah dipilihnya itu membawa petaka untuknya, dia bilang jika dia sudah salah
memutuskan untuk menjadi seorang Idol karena pekerjaannya dia kehilangan gadis
yang dia sukai,” jelas Yoon Gi.
“Mendengar
raungan Taehyung malam itu, aku memutuskan untuk mencaritahu siapa gadis yang
dengan berani merusak mental temanku. Ketika aku tahu ternyata dia hanya siswi
biasa yang baru masuk high school, aku
jadi tambah kesal padanya, bahkan mungkin rasa kesal itu berubah menjadi benci
seiring berjalannya waktu. Belum selesai masalah Taehyung, Jungkook ikut-ikutan
patah hati karena gadis yang baru saja akan dia tembak ternyata berciuman dengan seorang pria yang satu kelas
dengannya. Dua temanku patah hati dalam waktu yang berdekatan. Aku dan yang
lain benar-benar membenci dua gadis itu. Tapi, seiring berjalannya waktu
semuanya membaik, hanya saja pribadi Kookie sedikit berubah sedang Taehyung
berhasil menyembunyikan semuanya dengan baik. Sampai akhirnya, kami semakin
sibuk dengan konser keliling dunia kami dan melupakan apa yang sudah terjadi
meski tidak benar-benar lupa. Lalu, kau datang dengan ‘hati malaikat’mu.
Memperbaikki semua keadaan, menghapus rasa sakit dan perlahan membuat kami
melupakan kebencian kami pada dua gadis itu. Tapi, aku. Aku mungkin merasa
sedikit lebih baik, tapi aku tetap tidak bisa melupakannya. Bagaimana cara dua
gadis itu mencampakkan teman-temanku,
mematahkan hati mereka. Aku hanya tidak bisa, entahlah, aku juga tidak
mengerti, bahkan Seo Jin sudah bisa memaafkan Euna, tapi aku tetap kesal entah
itu pada Euna ataupun pada Hye Ni.” Yoon Gi tersenyum masam padaku.
Aku
terdiam sambil menggerakkan tubuh kami tetap mengikuti dansanya. Aku sudah
mendengar kisahnya dari Hye Ni, sudah mendengar penjelasan dari Jung. Dan hari
ini aku mendengarkan sudut pandang Yoon Gi tentang masalah-masalah di masalalu
mereka.
“Oppa, kita tidak pernah benar-benar
melupakan hal-hal yang terjadi dalam hidup kita, apalagi hal-hal itu sampai
membuat kita menangis karena sakit. Kita hanya belajar untuk menerima dan
mengikhlaskan. Kita hanya perlu untuk paham jika apapun yang terjadi itu pasti
adalah yang terbaik sekalipun itu
membuat kita menangis. Dengan menerima dan paham kita pasti bisa melewatinya.
Tentu hal itu butuh waktu. Mungkin yang lain sudah memutuskan untuk memaafkan
karena mereka sudah menerima semuanya. Dan kau, kau belum memaafkan karena kau
belum menerima apa yang sudah terjadi. Pribadi orang berbeda-beda, Oppa dan bukan salahmu jika kau masih
belum bisa memaafkan. Nanti ketika kau sudah siap untuk memaafkan, maka
maafkanlah. Karena memaafkan tidak akan membuat kita terlihat lemah atau kalah,
justru dengan memaafkan kita akan terlihat lebih bijak dan lebih baik dari yang
dimaafkan.” Aku tersenyum lebar padanya.
Dia
ikut tersenyum padaku. “Kau tahu, kehadiranmu diantara kami semua benar-benar
adalah sebuah keajaiban. Seandainya, hatimu belum dimiliki Kookie, mungkin aku
akan berusaha untuk mendapatkannya. Meski harus bersaing dengan Do Kyung Soo
sekalipun.” Aku terkekeh mendengarnya.
“Sudah
cukup! Hey Min Yoon Gi, kau harus membiarkan dia berdansa denganku!” seru
seseorang, begitu menoleh itu adalah Seo Jin.
Yoon
Gi nyengir pada Seo Jin. “Tentu, Hyung.
Aku sudah mendapatkan jatahku, sekarang giliranmu,” candanya.
Setelah
Yoon Gi melepaskanku, Seo Jin menyambutku untuk kembali berdansa, sampai pada
akhirnya, setelah Ho Seok dan Jimin ikut-ikutan ingin berdansa denganku dan
merasakan kakiku pegal luar biasa, kami memutuskan untuk mengambil minuman dan
aku sudah bilang kalau aku akan minum malam ini.
Setelah
dansa panjang, minum alkohol, lalu mabuk, akhirnya kami semua memutuskan untuk
pulang.
Aku
sedikit-sedikit masih memiliki kesadaranku saat kami berhasil tiba di mobil
dengan tersaruk-saruk. Jimin membantuku berjalan karena dia tidak mabuk sama
sekali. Sedang Hye Ni yang sudah mulai tidak waras itu dibantu oleh Taehyung,
Euna tetap segar karena dia hanya minum satu gelas.
Yang
prianya, hanya Nam Joon dan Ho Seok yang terlihat ngelantur.
“Kalian
ada di sini!”
Suara
dingin itu, samar-samar aku mendengar seseorang berbicara, sepertinya aku
mengenal suaranya. Ya ampun, kurasa aku sudah mulai gila juga! Siapa yang
berbicara, sedari tadi hanya ada makian Hye Ni dan gerutuan Taehyung.
“Maaf,
kami kemari sebagai rombongan Park Ja Yeon.” Itu Seo Jin. Mengapa dia bicara
seperti itu?
Aku
akhirnya membalikkan tubuhku setelah dibantu Jimin. Sumpah, aku benar-benar
tidak bisa merasakan kaki-kakiku lagi. Rasanya aku seperti sedang
melayang-layang.
Mata
sayuku menangkap seseorang yang berdiri dua meter dari kami semua. Setelah
memperhatikan lamat-lamat, aku akhirnya tahu siapa itu. Dia adalah Jeon
Jungkook, CEO JJ Group. Wah, dia repot sekali sampai-sampai harus menemui kami
di sini. Kamikan bukan tamu sungguhan yang diundang secara langsung olehnya,
kami hanya tamu dadakan yang diajak oleh Ja Yeon.
“Oppa, dia pemilik hotel inikan? Kenapa
dia ada di sini, Oppa? Ya ampun,
kepalaku pusing sekali, Oppa.
Kepalamu, kepalamu ada dua,” gumamku tidak jelas.
“Dia
benar-benar mabuk ternyata,” desis Jimin.
“Aku
tidak mabuk, Oppa. Aku
hanya..entahlah rasanya aku seperti melayang diudara. Aku bahkan tidak bisa
merasakan kakiku.”
“Kurasa
kami harus pulang sekarang,” ujar Taehyung.
Setelah
memasukan kekasih mabuknya ke dalam mobil dia langsung menggas mobilnya. Aku
dibantu Jimin masuk ke dalam mobil lalu dia menggas mobilnya juga. Jin Hwa dan
Euna dibelakang kami dan mobil terakhir berisikan Ho Seok, Nam Joon, Yoon Gi
serta Seo Jin.
Sebelum
masuk ke dalam mobil aku sempat menangkap tatapan sedih Jung. Persetan! Dia
sudah melupakanku! Dia bukan Jeon Jungkook kekasihku lagi. Iya, dia adalah
seorang CEO besar sekarang. Kau harus melupakannya, Yoora. Tidak, kau hanya
perlu belajar untuk menerima kenyataan dan mengikhlaskan. Ada banyak pria yang
ingin bersanding denganmu dan kau harus benar-benar memikirkan baik-baik
perasaan Kyung Soo. Dia jauh lebih baik dari CEO besar itu.
Benakku
terus menghasutku, kurasa lima gelas alkohol tadi sudah mengambil alih semua
kewarasan yang kumiliki.
“Oppa, aku ingin memberitahumu sesuatu,
tapi kau harus berjanji padaku jika kau tidak akan memberitahukan hal ini pada
siapapun! Sebenarnya, aku merindukan cowok
brengsek itu, Oppa! Aku sangat
merindukannya.”
Hal
terakhir yang kuingat sebelum kegelapan merenggutku adalah wajah sedih Jimin.[]
OPPARS :*
PACAR :*
HYE NI
JIN HWA
EUNA
KEMBARAN :*
KUKI GAK PEKA!! *tendang kaleng
BalasHapus