Minggu, 02 Agustus 2015

INTO HIS WORLD BAB 21

WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran disana-sini. Happy Reading!!



BAB 21



Setelah momen-momen penuh haru tadi, akhirnya aku dan Euna memutuskan untuk kembali menemui teman-teman yang entah apa yang sedang mereka lakukan sekarang. Mungkin mereka sedang menikmati wine. Aku sudah tujuh belas dan kurasa aku akan mencoba minum malam ini.
Sampai di meja yang letaknya di tengah-tengah ruangan, aku mendudukan tubuhku di antara Seo Jin dan Ho Seok, sedang Euna tentunya duduk di samping kekasihnya.
“Bagaimana? Dimana Jimin?”
Aku tersenyum pada Ho Seok. “Kau tidak akan percaya, Oppa. Mr Park akhirnya menyadari kesalahannya. Jimin Oppa diizinkan untuk melanjutkan karir bermusiknya dan akhir minggu nanti adalah pemindahan jabatan perusahaan ke tangan Ja Yeon Oppa,” seruku senang.
Semuanya menarik napas lega dan perlahan-lahan saraf-saraf kami yang tegang sejak tadi merileks begitu saja. Malam ini adalah waktu untuk berpesta!
“Kalau begitu, kita bisa menikmati pesta malam ini tanpa ada beban pikiran lagi,” seru Nam Joon. Aku terkekeh melihatnya. Dia tentunya sangat senang dan pasti beban di pundaknya agak berkurang karena dia adalah leader grup.
Dari meja milik kami yang letaknya ada ditengah-tengah ruangan besar nan mewah ini, aku bisa melihat jelas kearah panggung berukuran sedang di depan sana. Alunan musik lembut memanjakan telinga tamu-tamu di sini.
Orang-orang di sini pastilah berasal dari kalangan pebisnis. Mereka sibuk dengan obrolan masing-masing dan kemungkinan mencoba untuk mencari celah agar dapat melakukan kerja sama.
Dunia bisnis adalah dunia yang cukup berbahaya meski terlihat begitu menggiurkan dipandang dari luar, tapi manusia-manusia yang menjalankan bisnis dan tercebur kedalamnya itu adalah manusia-manusia yang memiliki banyak sekali topeng di wajahnya. Artinya, mereka dapat bersikap ramah pada rekannya, tapi ketika membalik punggung mereka akan saling menjatuhkan, persaingan bisnis saat ini benar-benar ketat, siapa yang tidak kuat maka dia akan dikalahkan dan tersingkirkan.
Mungkin saat ini, Jung sudah berubah seperti itu. Mengingat jika dia adalah pemilik saham bisnis paling besar di Asia saat ini, dia tidak mungkin tersingkirkan. Perusahaan pamanku yang berbasis di Amerika sebenarnya lebih besar lagi dibandingkan milik Jung, tapi karena mereka menjalankan bisnis dibidang yang berbeda itu membuat mereka tidak bersaing dan lagipula, basis mereka lain.
Aku memperhatikan wajah-wajah penuh tawa orang-orang disekelilingku ini, mereka semua penipu kelas kakap, aku sudah banyak mendengar dari pamanku jika dunia bisnis selain berbahaya juga sangat kejam. Bahkan tanpa sepengetahuan media ada juga yang saling membunuh.
Acara amal dibuat untuk membantu yang susah, mereka semua mendonasikan begitu banyak uang, berlomba-lomba untuk dipuji orang lain, mendapat sanjungan dan dikenal sebagai dermawan, dengan dasar saling membantu, kebanyakan dari para pebisnis itu hanya ingin mencari muka.
Aku sudah sangat sering datang keacara amal dulu sewaktu masih tinggal di Miami. Dan sudah sangat sering juga menyaksikan hal-hal yang memuakkan seperti itu.
“Oya, Yoora-ssi, kau yakin akan baik-baik saja? Atau mungkin lebih baik kita pulang sekarang saja?” tanya Seo Jin.
“Tidak, Oppa. Ya ampun, kurasa kita benar-benar harus berpesta malam ini. Aku membutuhkan minuman.”
“Seingatku, di Amerika baru boleh minum jika sudah berumur sembilan belas,” ujar Nam Joon.
“Tentu, itu benar, tapi ini bukan Amerika. Ini Seoul!” seruku.
Mereka tertawa melihat tingkahku dan kembali diam menyaksikan orang-orang bodoh menyampaikan pidato tak berguna mereka di depan sana.

Setelah orang berjas abu-abu gelap itu turun dari panggung, pembawa acara kembali berbicara dalam bahasa Korea tentunya dan otomatis aku tidak mengerti apa yang orang itu katakan.
“Dia bilang itu adalah kata sambutan terakhir dan acara pemotongan pita lalu, pidato peresmian dari pemilik perusahaan,” ujar Hye Ni. Aku nyengir lebar padanya. Ya ampun, dia sangat pengertian.
Aku kembali melihat kearah panggung. Jantungku berdebar gugup, sudah lama sejak terakhir kali aku merasakan ada kupu-kupu yang berterbangan di perutku dan malam ini, aku kembali merasakannya. Tiga orang pria berjas hitam menaiki panggung dan salah satu dari tiga orang itu adalah Jeon Jungkook. Dia terlihat lebih berkharisma sekarang. Aku bisa merasakan suasana di sekelilingku menegang, teman-temanku tampak membeku sama sepertiku.
Pandanganku buram karena air yang perlahan menggenang di mataku. Ya Tuhan, aku tidak ingin mengakuinya. Aku tidak bisa mengakuinya. Setelah dua bulan, akhirnya aku melihat dia lagi, dia ada di dekatku.
Rasanya benar-benar seperti  mimpi. Kukira aku tidak akan pernah melihatnya lagi setelah dia pergi meninggalkanku sendirian di balkon sekolah.
Aku memalingkan wajahku, memutuskan untuk tidak menatap panggung itu. Ho Seok dan Seo Jin menggenggam tanganku. Aku melihat mereka bergantian, mereka terlihat memberi semangat padaku.
Dia..dia di sini! Dia benar-benar ada di sini!” lirihku pelan.
“Jika kau ingin pergi, kita akan pergi dari sini sekarang juga, Yoora. Kita bisa melanjutkan pestanya di pantai,” ujar Ho Seok.
“Kami benar-benar tidak ingin melihatmu sedih, Yoora. Kita pulang sekarang,” tegas Jin Hwa.
Aku menggeleng pelan. Tidak, kalau aku pergi sekarang, semua orang akan tahu jika Kim Yoora adalah gadis yang lemah. Dia belum move on dari Jeon Jungkook, dia adalah gadis yang menyedihkan.
“Tidak, kita akan tetap ada di sini. Aku tidak akan membiarkan diriku kelihatan lemah di hadapan siapapun,” desisku.
Semua orang menghela napas pasrah. Aku tahu aku memang sedikit keras kepala.
Semua orang bertepuk tangan begitu pria yang kuyakini adalah kakeknya Jung memotong pita merahnya. Itu artinya inti acara ini sudah selesai. Wanita bergaun biru terang yang membawa guntingnya turun dari atas panggung setelah bersalaman. Tinggalah si pembawa acara dan tiga pria dari keluarga Jeon. Ah tidak, siapa pria yang berdiri di sisi kanan kakek Jung? Apa dia ayahnya? Tidak mirip!
“Pria yang satunya itu adalah orang kepercayaan kakeknya Kookie, bukan ayahnya jika itu yang kau pikirkan,” celetuk Nam Joon.
Kakek Jung mengatakan sesuatu dalam bahasa Korea, aku menghela napas bodoh. Aku benar-benar harus belajar bahasa Korea.
“Dia bilang, dia bahagia karena akhirnya, hotel baru milik JJ Group telah resmi di buka. Malam ini, kalian semua bisa menikmati kemewahan hotel ini sepuasnya dan juga bisa menikmati acara dansa nanti. Kurasa, tidak perlu panjang lebar, terima kasih untuk semua orang yang sudah bekerja keras dan selamat menikmati pestanya,” sampai Hye Ni lagi padaku.
“Yoora-ssi, mau berdansa bersamaku?” tanya Yoon Gi tiba-tiba dengan seulas senyum di wajahnya.
Aku nyengir padanya dan menerima uluran tangan Yoon Gi dengan senang hati. Sudah lama sekali rasanya sejak terakhir kali ada pria yang mengajakku berdansa. Terakhir adalah satu bulan yang lalu saat Kyung Soo tiba-tiba datang ke pesta perayaan kelulusan aku, Hye Ni, Euna dan Jin Hwa. Dia bilang dia diundang oleh Jimin dan dia tidak ingin melewatkan memberiku selamat dan ikut menikmati pestanya. Malam itu, apartemenku penuh dengan kebahagiaan, aku ingat jika bersama mereka rasa sedihku sedikit berkurang. Kyung Soo mengajakku berdansa di tengah ruang santai sementara yang lain hanya memperhatikan sampai akhirnya, Taehyung ikut-ikutan berdansa dengan Hye Ni, lalu Jin Hwa dan Euna menyusul.
Yoon Gi membawaku ke ballroom hotel yang letaknya di samping ruangan megah ini. Ballroom-nya juga tidak kalah mengesankan. Hanya orang-orang berkantung tebal yang bisa menyewa salah satu kamar di hotel ini tentunya. Designnya sangat keren!
Alunan musik dansa klasik menyambut kami begitu kami tiba di ballroom. Sudah ada berpuluh-puluh pasangan yang memenuhi lantai dansa. Berdansa dengan anggun. Jika melihat yang seperti ini, aku jadi ingat pesta dansa di dongeng Odette dan Odille, ya cerita yang itu, cerita Black Swann. Aku tidak suka Cinderella kurasa aku sudah pernah mengatakannya. Odette adalah satu-satunya tokoh fiksi kesukaanku. Jika di dalam novel aku selalu suka sosok Eugene Markham dan tokoh pria yang selalu kusukai adalah Damen Auguste, cowok keren itu selalu menjadi pangeran impianku. Sedang pangeran di dunia nyataku entah masih mengingatku atau kemungkinan besar dia sudah mendapatkan penggantiku.
Setelah berhasil bergabung dengan pasangan lain, aku meletakan satu tanganku di pundak Yoon Gi, satu tanganku lagi digenggamnya dan tangannya yang lain diletakkan di pinggangku. Dia tersenyum padaku.
Aku jarang sekali mendapat kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan Oppa yang satu ini, tiap kali berkumpul Taehyung, Jimin dan Ho Seok akan lebih mendominasi suasana, mereka yang paling suka melempar lelucon, Nam Joon dan Seo Jin kadang-kadang lucu kadang-kadang tidak. Ah mereka berdua itu akan lucu saat sedang makan.
Saat ini, tiba-tiba saja dia mengajakku berdansa, aku harus mengabadikan momen ini dengan baik. Mereka semua adalah sahabatku. Orang-orang yang berarti untukku dan menyayangiku. Meski terkadang ada beberapa dari mereka yang masih sungkan untuk menunjukkan perasaan mereka yang sebenarnya, tetap saja setiap kali ada masalah yang menerpa, mereka akan siap membentuk benteng dan menghalau masalah bersama-sama.
Aku cukup baik dalam hal berdansa, kakiku melangkah seirama dengan kaki Yoon Gi, mengikuti musik yang benar-benar menghanyutkan. Semua orang tampak tidak jauh berbeda dari kami.
“Sejauh ini, kau masih bisa mengatur emosimu dengan baik, aku senang, kau bisa bersikap begitu bijak, Yoora. Jangan seperti kekasih Taehyung itu,” ujar Yoon Gi dan agak sedikit berbisik diakhir.
Dahiku berkerut mendengarnya. “Kenapa, Oppa? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.”
“Sudah seharusnya kau mengetahui ini, Yoora. Sebenarnya masalah ini sudah lama berlalu, tapi aku tetap tidak bisa melupakannya. Aku mungkin agak pendiam, tapi aku menyaksikan apa-apa saja yang terjadi di sekelilingku. Taehyung sangat mencintai gadis itu. Dia adalah sosok yang paling aneh diantara kami semua, hanya karena melihat seorang gadis jogging dia sudah langsung menyatakan jika dia jatuh cinta pada gadis itu. Ketika itu, kami sedang sibuk mempersiapkan album debut kami. Tidak ada yang percaya ucapannya, dia memang seperti itu, aneh dan konyol. Kami pikir, dia mengada-ada, bercanda seperti biasa. Tapi, kami salah ternyata dia serius dengan apa yang diucapkannya. Semakin dekat hari debut, semakin sering Taehyung keluar diam-diam dari dorm yang ternyata untuk menemui gadis itu. Manajer kami memaklumi hal itu, boleh-boleh saja untuk kami memiliki teman kencan, asalkan dia bisa mengerti kesibukan kami dan bersedia menjalani hubungan sembunyi-sembunyi,” cerita Yoon Gi.
Dia menghela napas lalu kembali menyambung ceritanya. “Taehyung tahu, ada banyak resiko jika dia sampai berpacaran dengan gadis asing yang belum kami ketahui siapa dan darimana asalnya karena dia hanya bilang kalau dia jatuh cinta pada seorang gadis tanpa memberitahu siapa. Sampai ketika kami berhasil debut dan perlahan mulai dikenal masyarakat. Suatu malam, Taehyung kembali ke rumah dalam keadaan kacau, katanya gadis itu tidak menerimanya, gadis itu tidak suka pada pekerjaannya. Kau tahu, Yoora. Perasaan pria itu bisa jadi lebih lembut dan sensitive dibandingkan dengan kalian para perempuan, untuk yang pertama kalinya, aku melihat sosok pria yang selama ini bertingkah aneh dan konyol itu tertunduk, menangis pilu jika pekerjaan yang telah dipilihnya itu membawa petaka untuknya, dia bilang jika dia sudah salah memutuskan untuk menjadi seorang Idol karena pekerjaannya dia kehilangan gadis yang dia sukai,” jelas Yoon Gi.
“Mendengar raungan Taehyung malam itu, aku memutuskan untuk mencaritahu siapa gadis yang dengan berani merusak mental temanku. Ketika aku tahu ternyata dia hanya siswi biasa yang baru masuk high school, aku jadi tambah kesal padanya, bahkan mungkin rasa kesal itu berubah menjadi benci seiring berjalannya waktu. Belum selesai masalah Taehyung, Jungkook ikut-ikutan patah hati karena gadis yang baru saja akan dia tembak ternyata berciuman dengan seorang pria yang satu kelas dengannya. Dua temanku patah hati dalam waktu yang berdekatan. Aku dan yang lain benar-benar membenci dua gadis itu. Tapi, seiring berjalannya waktu semuanya membaik, hanya saja pribadi Kookie sedikit berubah sedang Taehyung berhasil menyembunyikan semuanya dengan baik. Sampai akhirnya, kami semakin sibuk dengan konser keliling dunia kami dan melupakan apa yang sudah terjadi meski tidak benar-benar lupa. Lalu, kau datang dengan ‘hati malaikat’mu. Memperbaikki semua keadaan, menghapus rasa sakit dan perlahan membuat kami melupakan kebencian kami pada dua gadis itu. Tapi, aku. Aku mungkin merasa sedikit lebih baik, tapi aku tetap tidak bisa melupakannya. Bagaimana cara dua gadis itu mencampakkan teman-temanku, mematahkan hati mereka. Aku hanya tidak bisa, entahlah, aku juga tidak mengerti, bahkan Seo Jin sudah bisa memaafkan Euna, tapi aku tetap kesal entah itu pada Euna ataupun pada Hye Ni.” Yoon Gi tersenyum masam padaku.
Aku terdiam sambil menggerakkan tubuh kami tetap mengikuti dansanya. Aku sudah mendengar kisahnya dari Hye Ni, sudah mendengar penjelasan dari Jung. Dan hari ini aku mendengarkan sudut pandang Yoon Gi tentang masalah-masalah di masalalu mereka.
Oppa, kita tidak pernah benar-benar melupakan hal-hal yang terjadi dalam hidup kita, apalagi hal-hal itu sampai membuat kita menangis karena sakit. Kita hanya belajar untuk menerima dan mengikhlaskan. Kita hanya perlu untuk paham jika apapun yang terjadi itu pasti adalah yang terbaik sekalipun  itu membuat kita menangis. Dengan menerima dan paham kita pasti bisa melewatinya. Tentu hal itu butuh waktu. Mungkin yang lain sudah memutuskan untuk memaafkan karena mereka sudah menerima semuanya. Dan kau, kau belum memaafkan karena kau belum menerima apa yang sudah terjadi. Pribadi orang berbeda-beda, Oppa dan bukan salahmu jika kau masih belum bisa memaafkan. Nanti ketika kau sudah siap untuk memaafkan, maka maafkanlah. Karena memaafkan tidak akan membuat kita terlihat lemah atau kalah, justru dengan memaafkan kita akan terlihat lebih bijak dan lebih baik dari yang dimaafkan.” Aku tersenyum lebar padanya.
Dia ikut tersenyum padaku. “Kau tahu, kehadiranmu diantara kami semua benar-benar adalah sebuah keajaiban. Seandainya, hatimu belum dimiliki Kookie, mungkin aku akan berusaha untuk mendapatkannya. Meski harus bersaing dengan Do Kyung Soo sekalipun.” Aku terkekeh mendengarnya.
“Sudah cukup! Hey Min Yoon Gi, kau harus membiarkan dia berdansa denganku!” seru seseorang, begitu menoleh itu adalah Seo Jin.
Yoon Gi nyengir pada Seo Jin. “Tentu, Hyung. Aku sudah mendapatkan jatahku, sekarang giliranmu,” candanya.
Setelah Yoon Gi melepaskanku, Seo Jin menyambutku untuk kembali berdansa, sampai pada akhirnya, setelah Ho Seok dan Jimin ikut-ikutan ingin berdansa denganku dan merasakan kakiku pegal luar biasa, kami memutuskan untuk mengambil minuman dan aku sudah bilang kalau aku akan minum malam ini.

Setelah dansa panjang, minum alkohol, lalu mabuk, akhirnya kami semua memutuskan untuk pulang.
Aku sedikit-sedikit masih memiliki kesadaranku saat kami berhasil tiba di mobil dengan tersaruk-saruk. Jimin membantuku berjalan karena dia tidak mabuk sama sekali. Sedang Hye Ni yang sudah mulai tidak waras itu dibantu oleh Taehyung, Euna tetap segar karena dia hanya minum satu gelas.
Yang prianya, hanya Nam Joon dan Ho Seok yang terlihat ngelantur.
“Kalian ada di sini!”
Suara dingin itu, samar-samar aku mendengar seseorang berbicara, sepertinya aku mengenal suaranya. Ya ampun, kurasa aku sudah mulai gila juga! Siapa yang berbicara, sedari tadi hanya ada makian Hye Ni dan gerutuan Taehyung.
“Maaf, kami kemari sebagai rombongan Park Ja Yeon.” Itu Seo Jin. Mengapa dia bicara seperti itu?
Aku akhirnya membalikkan tubuhku setelah dibantu Jimin. Sumpah, aku benar-benar tidak bisa merasakan kaki-kakiku lagi. Rasanya aku seperti sedang melayang-layang.
Mata sayuku menangkap seseorang yang berdiri dua meter dari kami semua. Setelah memperhatikan lamat-lamat, aku akhirnya tahu siapa itu. Dia adalah Jeon Jungkook, CEO JJ Group. Wah, dia repot sekali sampai-sampai harus menemui kami di sini. Kamikan bukan tamu sungguhan yang diundang secara langsung olehnya, kami hanya tamu dadakan yang diajak oleh Ja Yeon.
Oppa, dia pemilik hotel inikan? Kenapa dia ada di sini, Oppa? Ya ampun, kepalaku pusing sekali, Oppa. Kepalamu, kepalamu ada dua,” gumamku tidak jelas.
“Dia benar-benar mabuk ternyata,” desis Jimin.
“Aku tidak mabuk, Oppa. Aku hanya..entahlah rasanya aku seperti melayang diudara. Aku bahkan tidak bisa merasakan kakiku.”
“Kurasa kami harus pulang sekarang,” ujar Taehyung.
Setelah memasukan kekasih mabuknya ke dalam mobil dia langsung menggas mobilnya. Aku dibantu Jimin masuk ke dalam mobil lalu dia menggas mobilnya juga. Jin Hwa dan Euna dibelakang kami dan mobil terakhir berisikan Ho Seok, Nam Joon, Yoon Gi serta Seo Jin.
Sebelum masuk ke dalam mobil aku sempat menangkap tatapan sedih Jung. Persetan! Dia sudah melupakanku! Dia bukan Jeon Jungkook kekasihku lagi. Iya, dia adalah seorang CEO besar sekarang. Kau harus melupakannya, Yoora. Tidak, kau hanya perlu belajar untuk menerima kenyataan dan mengikhlaskan. Ada banyak pria yang ingin bersanding denganmu dan kau harus benar-benar memikirkan baik-baik perasaan Kyung Soo. Dia jauh lebih baik dari CEO besar itu.
Benakku terus menghasutku, kurasa lima gelas alkohol tadi sudah mengambil alih semua kewarasan yang kumiliki.  
Oppa, aku ingin memberitahumu sesuatu, tapi kau harus berjanji padaku jika kau tidak akan memberitahukan hal ini pada siapapun! Sebenarnya, aku merindukan cowok brengsek itu, Oppa! Aku sangat merindukannya.”
Hal terakhir yang kuingat sebelum kegelapan merenggutku adalah wajah sedih Jimin.[]



OPPARS :*

PACAR :*

HYE NI

JIN HWA

EUNA

KEMBARAN :*


1 komentar: