WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam
proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca
yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran
disana-sini. Happy Reading!
BAB 29
Ruangan
ini penuh sesak oleh orang-orang berkelas yang sudah diundang ke acara
pertunangan paling besar tahun ini. Apalagi orang yang akan ditunangkan itu
berasal dari kalangan pengusaha kaya yang tentunya hal itu menarik begitu
banyak perhatian masyarakat umum.
Bocornya
berita mengenai kehancuran rumah tangga putra semata wayangnya, kakek Jung,
Jeon Hwa Yo terlihat lelah dan wajahnya pucat. Mungkin keadaan ini memberikan
tekanan padanya hingga membuatnya terlihat sakit. Aku memperhatikannya dari jauh
karena aku benar-benar tidak ingin menarik perhatian siapapun.
Tidak,
belum saatnya aku muncul dan menunjukan diriku di hadapan tamu di sini. Jadi,
Jung memintaku untuk menunggu di luar ballroom. Aku kembali memperhatikan
wajah-wajah tamu itu dan tidak menemukan tanda-tanda keberadaan seorang wanita
yang mungkin akan mirip dengan sosok Jeon Allysa, ibunya pacarku.
Aku
tahu keadaan sekarang ini sudah pasti menekannya, dia mungkin sudah hidup
dengan tenang di Las Vegas dan juga bahagia, tapi sekembalinya dia kemari
bukannya membuatnya senang dia malah di hadapkan dengan situasi seperti ini.
Tapi ini adalah satu-satunya cara untuk menyadarkan Jeon Hwa Yo jika dia salah.
Memisahkan kebahagiaan cucunya itu adalah hal yang salah.
Setiap
manusia di dunia ini berhak untuk mendapatkan kebahagiaannya sendiri dan tidak
ada seorangpun yang berhak mengaturnya dan menentukan mana yang baik dan tidak
baik karena pada dasarnya, orang itu sendirilah yang tahu mana yang baik dan
yang tidak baik untuk hidupnya sendiri. Tugas orang lain hanyalah menasihati
dan memberi pandangan lainnya agar orang itu bisa memperhatikan dan membandingkan,
tidak memandang sesuatu hanya dari dirinya sendiri. Hanya itu. Tindakan
memisahkan dan mencoba mengatur-atur hidup cucunya itu adalah sebuah kesalahan
yang harus diperbaiki dan dengan rencana ini kuharap dia akan sadar jika apa
yang sudah dia lakukan itu salah.
Teman-teman
kami hanya muncul sebentar lalu pergi setelah menyapa kakek Jung dan menyapa
ayahnya juga, mereka pamit karena harus segera ke bandara. Sedang Jin Hwa, Euna
dan Hye Ni tetap ada di pesta untuk memantau keadaan.
Tuhan,
semoga semuanya berjalan dengan lancar!
“Jadi,
kau gadis itu. Gadis yang saat ini tengah menyedot perhatian publik dan juga
gadis yang dipilih oleh putraku untuk menjadi pendampingnya?”
Suara
asing itu membuatku tersentak. Tubuhku berbalik dan mataku membulat saat menatap
seorang wanita yang entah kapan sudah ada di sini.
Tanpa
diberitahu ataupn dijelaskan, aku tahu siapa dia. Wanita ini, matanya yang
dingin itu sudah memberitahu dan menjelaskan semuanya padaku. Dia adalah Jeon
Allysa. Ibunya Jung.
“Mrs
Jeon, senang bisa bertemu dengan Anda,” ujarku gelapan sambil membungkuk
hormat.
Dalam
hati, aku meringis bodoh. Aku tidak tahu harus bertingkah bagaimana sekarang.
“Tidak
perlu seperti itu. Aku sudah dengar banyak hal tentang dirimu. Aku juga yakin
putraku itu tidak mungkin memilih gadis sembarangan untuk menjadi pendamping
hidupnya. Aku mengerti kenapa dia melakukan semua ini, membocorkan rahasia
keluarga adalah tindakan lancang dan seharusnya dia mendapatkan hukuman, tapi
dia melakukan ini karena dia mencintaimu dan memperjuangkan cintanya padamu, kau sudah masuk ke hidupnya terlalu jauh,
Kim Yoora hingga mungkin dia tidak pernah bisa memikirkan bagaimana dia akan hidup
jika tidak ada kau disampingnya. Aku juga pernah seperti itu, dulu. Mencintai
seseorang dengan begitu dalam hingga rasanya rela mengorbankan apapun demi
kebahagiaannya. Aku merestui hubungan kalian. Aku senang akhirnya aku bisa
bertemu langsung denganmu. Jaga putraku baik-baik. Aku mungkin tidak pantas
disebut sebagai ibunya karena aku tidak pernah menjadikan diriku ini sebagai
sosok ibu untuk Jungkook selama ini, tapi satu hal yang tidak akan pernah bisa
dipungkiri, jika aku adalah sosok yang melahirkannya. Aku tetap menyayanginya.
Keluarlah bersamaku sekarang, drama hebat akan segera dimulai,” ujar Mrs Jeon
panjang lebar padaku. Wanita cantik ini membawaku melangkah bersamanya memasuki
ballroom dari pintu samping.
Awalnya
tidak begitu banyak orang yang memperhatikan kami, tapi begitu wanita ini
membawaku menghampiri Mrs Han, ibunya Han Nara, mendadak aku merasakan adanya
begitu banyak mata yang menatap langsung ke tempat kami berdiri.
“Aku
tidak ingin mengatakan ini sebenarnya, tapi aku harus mengatakannya demi
kebahagiaan putraku. Aku tidak menyetujui hubungan ini dan aku hanya akan
membiarkan putraku menikah dengan gadis ini saja, bukan putrimu.” Aku tidak
bisa melakukan apapun saat mendengar ibu Jung berkata seperti itu pada Mrs Han.
Mrs
Han tersenyum miring, mata tajamnya memandangku sinis. Apakah paman sudah
bicara dengannya mengenai aku atau belum? Jika memang sudah kenapa dia masih
memandangku dengan tatapan mengerikannya itu?
“Kau
tidak perlu mengeluarkan taringmu untuk memberitahu padaku tentang gadis ini,
Mrs Jeon. Aku selalu menghormati sosokmu karena memang menurutku kau pantas
untuk itu. Aku sudah tahu apa yang harus kulakukan karena gadis yang kau bawa
kehadapanku ini adalah keponakan dari teman lamaku, Mark. Aku tidak mungkin
sekejam itu untuk menghancurkan kebahagiaannya dengan putramu. Untuk itu kau
tidak perlu khawatir. Serahkan semuanya padaku dan biarkan aku yang memainkan
peran malam ini,” desisnya.
Tubuhku
bergidik ngeri saat mendengarnya. Dia memiliki aura yang berbahaya dan itu sangat
menakutkan.
“Bagus
kalau begitu. Aku senang kau mau mengerti.” Dua wanita itu berpelukan formal
setelahnya.
Pembawa
acara membuka acara pada malam hari ini dan semuanya berjalan dengan lancar.
Hingga tiba saatnya acara inti yaitu pemasangan cincin. Hatiku berdebar-debar
dengan cemas.
Jung,
kakeknya, ayahnya, dan ibunya sudah ada di atas panggung berukuran sedang itu
bersama dengan Han Nara dan kedua orangtuanya. Seorang wanita membawa kotak
cincin berwarna merah dan menyerahkannya pada Mrs Han.
Wanita
eropa itu meminta microphone pada si pembawa acara dan dengan bingung gadis itu
memberikan microphonenya. Mrs Han mengeluarkan lagi aura menyeramkannya dan
berhasil membuat semua tamu yang hadir menatap padanya. Menunggu apa yang akan
dia katakan.
“Malam
ini, ada beberapa hal yang harus kuutarakan sebelum aku membiarkan putriku
memasangkan cincin di jemari Jeon Jungkook. Aku setuju untuk melakukan
pertunangan ini dan menerima usul dari Jeon Hwa Yo karena pada awalnya kupikir
ini akan sangat menguntungkan untukku dan perusahaanku juga setelah kerja sama
yang akan segera terjalin antara kedua perusahaan itu, tidak ada salahnya jika
putriku mendapatkan calon pendampingnya yang memang pantas bersamanya. Tapi
ternyata aku salah. Semua kebusukan yang disimpan baik-baik oleh pria tua itu,
Mr Jeon, akhirnya terkuak juga. Bagaimana dia dengan tidak berpikir lagi telah
menghancurkan kehidupan putranya sendiri, ayahnya Jeon Jungkook. Aku malu. Aku
malu karena aku sempat berpikir jika nantinya putriku akan bahagia jika aku
menjodohkannya dengan Jeon Jungkook, aku malu karena aku bahkan menerima
perjodohan ini tanpa berpikir panjang. Kehancuran yang terjadi di keluarga
Jeon, yang akhirnya terungkap juga sudah menyadarkanku, jika seandainya putriku
nenikah dengan Jeon Jungkook dia pasti tidak akan bahagia sama seperti yang
terjadi pada Jeon Allysa. Lihat wanita cantik itu, kalian semua mungkin melihatnya
tersenyum dan tertawa, tapi kalian tidak pernah tahu jika di dalam hatinya dia
menderita. Hidup bersama dengan orang yang tidak pernah mencintai dan dicintai
olehnya itu lebih buruk dari menyaksikan mimpi buruk menjadi kenyataan. Aku
tidak sekejam itu untuk merenggut kesenangan dan kehidupan putriku yang selalu
kuangankan akan bahagia. Aku, sekalipun jahat, aku tetaplah ibunya. Jeon Hwa
Yo, dengan ini aku memutuskan untuk membatalkan pertunangan ini dan aku harap
kita tetap bisa melanjutkan bisnis kita. Sekian dan terima kasih.”
Semua
orang berteriak saat melihat tubuh kakeknya Jung tumbang. Pengawal-pengawal
yang setia berdiri di dekatnya menangkapnya begitu saja dan segera membawanya
pergi dari sana.
Mau
tidak mau akhirnya aku memutuskan untuk ikut naik ke atas panggung menghampiri
Jung yang kelihatan shock. Keadaan
yang sama terjadi dengan yang lain. Keadaan mendadak ricuh saat para wartawan
berhasil menerobos masuk ke dalam. Tamu-tamu undangan berlari dan dengan cepat
mencoba untuk menghindari kericuhan itu.
Jung
menarikku bersamanya dan yang lain mengikuti kami dari belakang. Aku tidak tahu
jika para wartawan bisa menjadi monster dalam sekejab saja.
“Kita
akan kemana?”
“Aku
sudah menyiapkan kendaraan di luar. Kita harus segera pergi dari sini, para
wartawan bisa menerobos masuk ke dalam itu adalah rencana Hyung-Hyung kita yang agak sedikit berbahaya, tapi ini sangat
efektif. Kakekmu sedang dalam perjalan menuju rumah sakit. Kita harus menyusul
kesana sekarang juga.”
Entah
kapan, Jin Hwa, Euna dan Hye Ni sudah ada di dekat kami.
Berhasil
tiba di luar gedung, kami langsung naik ke mobil, Jung memberitahu ayah dan
ibunya untuk segera menyusul ke rumah sakit. Sedang Han Nara dan kedua
orangtuanya lebih memilih untuk kembali ke hotel tempat mereka menginap saja.
Sepuluh
menit kemudian, kami semua sudah berkumpul di ruang gawat darurat untuk melihat
keadaan kakeknya Jung. Jimin dan yang lainnya sudah pasti ada di atas udara
saat ini. Seharusnya mereka melihat bagaimana usaha mereka untuk mengacaukan
pertunangaan ini berhasil dengan sukses.
Dokter
keluar dari ruangan ini dengan wajah sendu. “Bagaimana keadaan ayahku, Dok?”
Ayah
Jung berdiri dari duduk cemasnya segera setelah melihat pria berseragam putih
yang menangani ayahnya keluar dari ruangan itu.
“Maafkan
kami, Pak. Kami sudah mengusahakan yang terbaik, tapi kejadian tadi itu sudah
mengejutkannya hingga memberi serangan langsung pada jantungnya yang memang
sudah lemah karena usia. Tubuhnya sudah tidak bisa menanggung sakit dan
jantungnya sudah tidak bisa membendung keterkejutan yang ia alami. Dia ingin
bertemu dengan kalian semua. Kalau begitu saya permisi dulu.” Dokter itu
melimbai pergi meninggalkan kami semua yang terpaku.
Ayah
Jung dan ibunya masuk lebih dulu ke dalam, aku menggenggam tangan Jung,
berusaha untuk memberinya kekuatan untuk menghadapi ini.
“Semuanya
akan baik-baik saja. Aku akan mendampingimu dan akan selalu berada di sisimu,”
ujarku pelan.
Wajahnya
tampak sendu. Penampilannya kacau, sama sepertiku. Akhirnya, kami menyusul
masuk ke dalam. Jung meremas tanganku yang digenggamnya.
Kakeknya,
pria yang selama ini terlihat begitu angkuh, keras, dan egois itu sekarang
tergeletak dengan lemah di atas bankar rumah sakit tanpa bisa melakukan apapun.
Semua
alat-alat rumah sakit yang menempel pada tubuhnya sudah dilepas kecuali mesin
pendeteksi detak jantung. Detak jantungnya lemah dan pelan.
Dia
menatap kami semua satu per satu. Matanya sayu, semua keegoisan dan keangkuhan
telah lenyap dari dirinya dan sekarang yang tersisa hanyalah penderitaan dan
rasa sakit.
“Maafkan
aku, aku tahu dan aku sudah sadar jika apa yang telah kulakukan adalah sebuah
kesalahan. Aku akan pergi sebentar lagi, aku ingin kalian semua memaafkanku dan
mengakhiri semua penderitaanku ini. Aku tahu ini terlambat, dan aku tidak
memiliki kesempatan untuk memperbaiki semuanya lagi. Maafkan aku,” desisnya
terbata-bata.
Air
mata mengalir dari mataku. Aku tidak tahu jika akhirnya akan seperti ini. Tadinya,
kupikir kakek Jung akan tetap sehat dan dia akan merestui kami lalu menghadiri
pesta pernikahan kami empat tahun lagi. Aku tidak tahu kalau akan begini
jadinya.
“Ayah,
semuanya sudah kami maafkan. Ayah tidak perlu memohon maaf dari kami karena
kami sudah memaafkan ayah sejak dulu.” Itu ayahnya Jung, mata pria itu merah
karena menahan tangis.
“Kami
semua sudah memaafkan kesalahanmu, ayah.” Ibu Jung berusaha untuk tegar.
“Terima
kasih karena sudah memaafkanku, dan aku ingin pernikahan cucuku dengan Kim Yoora
diatur semeriah mungkin. Selamat tinggal.”
Itulah
perkataan terakhirnya sebelum matanya terpejam untuk selamanya. Aku merasakan
tubuh Jung gemetar di sampingku. Tanganku meraihnya, memeluknya dengan erat,
berharap bisa mengurangi sedikit rasa sakitnya.
“Tenanglah,
Jung. Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan selalu ada di sini untukmu,”
bisikku padanya.
Pria
ini sekalipun dia mengatakan dia membenci kakeknya, tapi jauh di lubuk hatinya,
dia tetap menyayangi kakeknya. Meski dia tidak pernah mencoba untuk
mengakuinya.
Aku
mengerti, dia telah kehilangan orang yang ia sayangi, itulah kenapa dia
menangis sampai sesegukan di pelukanku. Dokter dan suster masuk ke ruang gawat
darurat ini dan langsung mengurus tubuh Jeon Hwa Yo yang telah terbujur kaku.
Mesin pendeteksi detak jantung itu menunjukkan garis lurus dan napasnya sudah
menghilang dari tubunya.[]
HYE NI
KEMBARAN :*
EUNA
MANTAN :D
SUAMI :*
PACARS :*
Wah! Mati? Wohoho, aku ingin ceritanya dilanjut sampai Pak Kim keluar dari penjara, biar dia liat anaknnya udah nikah. Gitu... *saran Thanks tagnya ya! Hwaiting
BalasHapus