Minggu, 23 Agustus 2015

INTO HIS WORLD BAB 29

WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran disana-sini. Happy Reading!



BAB 29



Ruangan ini penuh sesak oleh orang-orang berkelas yang sudah diundang ke acara pertunangan paling besar tahun ini. Apalagi orang yang akan ditunangkan itu berasal dari kalangan pengusaha kaya yang tentunya hal itu menarik begitu banyak perhatian masyarakat umum.
Bocornya berita mengenai kehancuran rumah tangga putra semata wayangnya, kakek Jung, Jeon Hwa Yo terlihat lelah dan wajahnya pucat. Mungkin keadaan ini memberikan tekanan padanya hingga membuatnya terlihat sakit. Aku memperhatikannya dari jauh karena aku benar-benar tidak ingin menarik perhatian siapapun.
Tidak, belum saatnya aku muncul dan menunjukan diriku di hadapan tamu di sini. Jadi, Jung memintaku untuk menunggu di luar ballroom. Aku kembali memperhatikan wajah-wajah tamu itu dan tidak menemukan tanda-tanda keberadaan seorang wanita yang mungkin akan mirip dengan sosok Jeon Allysa, ibunya pacarku.
Aku tahu keadaan sekarang ini sudah pasti menekannya, dia mungkin sudah hidup dengan tenang di Las Vegas dan juga bahagia, tapi sekembalinya dia kemari bukannya membuatnya senang dia malah di hadapkan dengan situasi seperti ini. Tapi ini adalah satu-satunya cara untuk menyadarkan Jeon Hwa Yo jika dia salah. Memisahkan kebahagiaan cucunya itu adalah hal yang salah.
Setiap manusia di dunia ini berhak untuk mendapatkan kebahagiaannya sendiri dan tidak ada seorangpun yang berhak mengaturnya dan menentukan mana yang baik dan tidak baik karena pada dasarnya, orang itu sendirilah yang tahu mana yang baik dan yang tidak baik untuk hidupnya sendiri. Tugas orang lain hanyalah menasihati dan memberi pandangan lainnya agar orang itu bisa memperhatikan dan membandingkan, tidak memandang sesuatu hanya dari dirinya sendiri. Hanya itu. Tindakan memisahkan dan mencoba mengatur-atur hidup cucunya itu adalah sebuah kesalahan yang harus diperbaiki dan dengan rencana ini kuharap dia akan sadar jika apa yang sudah dia lakukan itu salah.
Teman-teman kami hanya muncul sebentar lalu pergi setelah menyapa kakek Jung dan menyapa ayahnya juga, mereka pamit karena harus segera ke bandara. Sedang Jin Hwa, Euna dan Hye Ni tetap ada di pesta untuk memantau keadaan.
Tuhan, semoga semuanya berjalan dengan lancar!
“Jadi, kau gadis itu. Gadis yang saat ini tengah menyedot perhatian publik dan juga gadis yang dipilih oleh putraku untuk menjadi pendampingnya?”
Suara asing itu membuatku tersentak. Tubuhku berbalik dan mataku membulat saat menatap seorang wanita yang entah kapan sudah ada di sini.
Tanpa diberitahu ataupn dijelaskan, aku tahu siapa dia. Wanita ini, matanya yang dingin itu sudah memberitahu dan menjelaskan semuanya padaku. Dia adalah Jeon Allysa. Ibunya Jung.
“Mrs Jeon, senang bisa bertemu dengan Anda,” ujarku gelapan sambil membungkuk hormat.
Dalam hati, aku meringis bodoh. Aku tidak tahu harus bertingkah bagaimana sekarang.
“Tidak perlu seperti itu. Aku sudah dengar banyak hal tentang dirimu. Aku juga yakin putraku itu tidak mungkin memilih gadis sembarangan untuk menjadi pendamping hidupnya. Aku mengerti kenapa dia melakukan semua ini, membocorkan rahasia keluarga adalah tindakan lancang dan seharusnya dia mendapatkan hukuman, tapi dia melakukan ini karena dia mencintaimu dan memperjuangkan cintanya padamu, kau sudah masuk ke hidupnya terlalu jauh, Kim Yoora hingga mungkin dia tidak pernah bisa memikirkan bagaimana dia akan hidup jika tidak ada kau disampingnya. Aku juga pernah seperti itu, dulu. Mencintai seseorang dengan begitu dalam hingga rasanya rela mengorbankan apapun demi kebahagiaannya. Aku merestui hubungan kalian. Aku senang akhirnya aku bisa bertemu langsung denganmu. Jaga putraku baik-baik. Aku mungkin tidak pantas disebut sebagai ibunya karena aku tidak pernah menjadikan diriku ini sebagai sosok ibu untuk Jungkook selama ini, tapi satu hal yang tidak akan pernah bisa dipungkiri, jika aku adalah sosok yang melahirkannya. Aku tetap menyayanginya. Keluarlah bersamaku sekarang, drama hebat akan segera dimulai,” ujar Mrs Jeon panjang lebar padaku. Wanita cantik ini membawaku melangkah bersamanya memasuki ballroom dari pintu samping.
Awalnya tidak begitu banyak orang yang memperhatikan kami, tapi begitu wanita ini membawaku menghampiri Mrs Han, ibunya Han Nara, mendadak aku merasakan adanya begitu banyak mata yang menatap langsung ke tempat kami berdiri.
“Aku tidak ingin mengatakan ini sebenarnya, tapi aku harus mengatakannya demi kebahagiaan putraku. Aku tidak menyetujui hubungan ini dan aku hanya akan membiarkan putraku menikah dengan gadis ini saja, bukan putrimu.” Aku tidak bisa melakukan apapun saat mendengar ibu Jung berkata seperti itu pada Mrs Han.
Mrs Han tersenyum miring, mata tajamnya memandangku sinis. Apakah paman sudah bicara dengannya mengenai aku atau belum? Jika memang sudah kenapa dia masih memandangku dengan tatapan mengerikannya itu?
“Kau tidak perlu mengeluarkan taringmu untuk memberitahu padaku tentang gadis ini, Mrs Jeon. Aku selalu menghormati sosokmu karena memang menurutku kau pantas untuk itu. Aku sudah tahu apa yang harus kulakukan karena gadis yang kau bawa kehadapanku ini adalah keponakan dari teman lamaku, Mark. Aku tidak mungkin sekejam itu untuk menghancurkan kebahagiaannya dengan putramu. Untuk itu kau tidak perlu khawatir. Serahkan semuanya padaku dan biarkan aku yang memainkan peran malam ini,” desisnya.
Tubuhku bergidik ngeri saat mendengarnya. Dia memiliki aura yang berbahaya dan itu sangat menakutkan.
“Bagus kalau begitu. Aku senang kau mau mengerti.” Dua wanita itu berpelukan formal setelahnya.

Pembawa acara membuka acara pada malam hari ini dan semuanya berjalan dengan lancar. Hingga tiba saatnya acara inti yaitu pemasangan cincin. Hatiku berdebar-debar dengan cemas.
Jung, kakeknya, ayahnya, dan ibunya sudah ada di atas panggung berukuran sedang itu bersama dengan Han Nara dan kedua orangtuanya. Seorang wanita membawa kotak cincin berwarna merah dan menyerahkannya pada Mrs Han.
Wanita eropa itu meminta microphone pada si pembawa acara dan dengan bingung gadis itu memberikan microphonenya. Mrs Han mengeluarkan lagi aura menyeramkannya dan berhasil membuat semua tamu yang hadir menatap padanya. Menunggu apa yang akan dia katakan.
“Malam ini, ada beberapa hal yang harus kuutarakan sebelum aku membiarkan putriku memasangkan cincin di jemari Jeon Jungkook. Aku setuju untuk melakukan pertunangan ini dan menerima usul dari Jeon Hwa Yo karena pada awalnya kupikir ini akan sangat menguntungkan untukku dan perusahaanku juga setelah kerja sama yang akan segera terjalin antara kedua perusahaan itu, tidak ada salahnya jika putriku mendapatkan calon pendampingnya yang memang pantas bersamanya. Tapi ternyata aku salah. Semua kebusukan yang disimpan baik-baik oleh pria tua itu, Mr Jeon, akhirnya terkuak juga. Bagaimana dia dengan tidak berpikir lagi telah menghancurkan kehidupan putranya sendiri, ayahnya Jeon Jungkook. Aku malu. Aku malu karena aku sempat berpikir jika nantinya putriku akan bahagia jika aku menjodohkannya dengan Jeon Jungkook, aku malu karena aku bahkan menerima perjodohan ini tanpa berpikir panjang. Kehancuran yang terjadi di keluarga Jeon, yang akhirnya terungkap juga sudah menyadarkanku, jika seandainya putriku nenikah dengan Jeon Jungkook dia pasti tidak akan bahagia sama seperti yang terjadi pada Jeon Allysa. Lihat wanita cantik itu, kalian semua mungkin melihatnya tersenyum dan tertawa, tapi kalian tidak pernah tahu jika di dalam hatinya dia menderita. Hidup bersama dengan orang yang tidak pernah mencintai dan dicintai olehnya itu lebih buruk dari menyaksikan mimpi buruk menjadi kenyataan. Aku tidak sekejam itu untuk merenggut kesenangan dan kehidupan putriku yang selalu kuangankan akan bahagia. Aku, sekalipun jahat, aku tetaplah ibunya. Jeon Hwa Yo, dengan ini aku memutuskan untuk membatalkan pertunangan ini dan aku harap kita tetap bisa melanjutkan bisnis kita. Sekian dan terima kasih.”
Semua orang berteriak saat melihat tubuh kakeknya Jung tumbang. Pengawal-pengawal yang setia berdiri di dekatnya menangkapnya begitu saja dan segera membawanya pergi dari sana.
Mau tidak mau akhirnya aku memutuskan untuk ikut naik ke atas panggung menghampiri Jung yang kelihatan shock. Keadaan yang sama terjadi dengan yang lain. Keadaan mendadak ricuh saat para wartawan berhasil menerobos masuk ke dalam. Tamu-tamu undangan berlari dan dengan cepat mencoba untuk menghindari kericuhan itu.
Jung menarikku bersamanya dan yang lain mengikuti kami dari belakang. Aku tidak tahu jika para wartawan bisa menjadi monster dalam sekejab saja.
“Kita akan kemana?”
“Aku sudah menyiapkan kendaraan di luar. Kita harus segera pergi dari sini, para wartawan bisa menerobos masuk ke dalam itu adalah rencana Hyung-Hyung kita yang agak sedikit berbahaya, tapi ini sangat efektif. Kakekmu sedang dalam perjalan menuju rumah sakit. Kita harus menyusul kesana sekarang juga.”
Entah kapan, Jin Hwa, Euna dan Hye Ni sudah ada di dekat kami.
Berhasil tiba di luar gedung, kami langsung naik ke mobil, Jung memberitahu ayah dan ibunya untuk segera menyusul ke rumah sakit. Sedang Han Nara dan kedua orangtuanya lebih memilih untuk kembali ke hotel tempat mereka menginap saja.

Sepuluh menit kemudian, kami semua sudah berkumpul di ruang gawat darurat untuk melihat keadaan kakeknya Jung. Jimin dan yang lainnya sudah pasti ada di atas udara saat ini. Seharusnya mereka melihat bagaimana usaha mereka untuk mengacaukan pertunangaan ini berhasil dengan sukses.
Dokter keluar dari ruangan ini dengan wajah sendu. “Bagaimana keadaan ayahku, Dok?”
Ayah Jung berdiri dari duduk cemasnya segera setelah melihat pria berseragam putih yang menangani ayahnya keluar dari ruangan itu.
“Maafkan kami, Pak. Kami sudah mengusahakan yang terbaik, tapi kejadian tadi itu sudah mengejutkannya hingga memberi serangan langsung pada jantungnya yang memang sudah lemah karena usia. Tubuhnya sudah tidak bisa menanggung sakit dan jantungnya sudah tidak bisa membendung keterkejutan yang ia alami. Dia ingin bertemu dengan kalian semua. Kalau begitu saya permisi dulu.” Dokter itu melimbai pergi meninggalkan kami semua yang terpaku.
Ayah Jung dan ibunya masuk lebih dulu ke dalam, aku menggenggam tangan Jung, berusaha untuk memberinya kekuatan untuk menghadapi ini.
“Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan mendampingimu dan akan selalu berada di sisimu,” ujarku pelan.
Wajahnya tampak sendu. Penampilannya kacau, sama sepertiku. Akhirnya, kami menyusul masuk ke dalam. Jung meremas tanganku yang digenggamnya.
Kakeknya, pria yang selama ini terlihat begitu angkuh, keras, dan egois itu sekarang tergeletak dengan lemah di atas bankar rumah sakit tanpa bisa melakukan apapun.
Semua alat-alat rumah sakit yang menempel pada tubuhnya sudah dilepas kecuali mesin pendeteksi detak jantung. Detak jantungnya lemah dan pelan.
Dia menatap kami semua satu per satu. Matanya sayu, semua keegoisan dan keangkuhan telah lenyap dari dirinya dan sekarang yang tersisa hanyalah penderitaan dan rasa sakit.
“Maafkan aku, aku tahu dan aku sudah sadar jika apa yang telah kulakukan adalah sebuah kesalahan. Aku akan pergi sebentar lagi, aku ingin kalian semua memaafkanku dan mengakhiri semua penderitaanku ini. Aku tahu ini terlambat, dan aku tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki semuanya lagi. Maafkan aku,” desisnya terbata-bata.
Air mata mengalir dari mataku. Aku tidak tahu jika akhirnya akan seperti ini. Tadinya, kupikir kakek Jung akan tetap sehat dan dia akan merestui kami lalu menghadiri pesta pernikahan kami empat tahun lagi. Aku tidak tahu kalau akan begini jadinya.
“Ayah, semuanya sudah kami maafkan. Ayah tidak perlu memohon maaf dari kami karena kami sudah memaafkan ayah sejak dulu.” Itu ayahnya Jung, mata pria itu merah karena menahan tangis.
“Kami semua sudah memaafkan kesalahanmu, ayah.” Ibu Jung berusaha untuk tegar.
“Terima kasih karena sudah memaafkanku, dan aku ingin pernikahan cucuku dengan Kim Yoora diatur semeriah mungkin. Selamat tinggal.”
Itulah perkataan terakhirnya sebelum matanya terpejam untuk selamanya. Aku merasakan tubuh Jung gemetar di sampingku. Tanganku meraihnya, memeluknya dengan erat, berharap bisa mengurangi sedikit rasa sakitnya.
“Tenanglah, Jung. Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan selalu ada di sini untukmu,” bisikku padanya.
Pria ini sekalipun dia mengatakan dia membenci kakeknya, tapi jauh di lubuk hatinya, dia tetap menyayangi kakeknya. Meski dia tidak pernah mencoba untuk mengakuinya.
Aku mengerti, dia telah kehilangan orang yang ia sayangi, itulah kenapa dia menangis sampai sesegukan di pelukanku. Dokter dan suster masuk ke ruang gawat darurat ini dan langsung mengurus tubuh Jeon Hwa Yo yang telah terbujur kaku. Mesin pendeteksi detak jantung itu menunjukkan garis lurus dan napasnya sudah menghilang dari tubunya.[]



HYE NI

KEMBARAN :*

EUNA 

MANTAN :D

SUAMI :*

PACARS :*

1 komentar:

  1. Wah! Mati? Wohoho, aku ingin ceritanya dilanjut sampai Pak Kim keluar dari penjara, biar dia liat anaknnya udah nikah. Gitu... *saran Thanks tagnya ya! Hwaiting

    BalasHapus