Jumat, 07 Agustus 2015

INTO HIS WORLD BAB 24

WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran disana-sini. Happy Reading!

OKEH, AKU UDAH MUTUSIN SEBELUM PERGI KERUMAH OM DAN NGINEP DI SANA KEMUNGKINAN NYAMPE HARI MINGGU DAN OTOMATIS NGGAK BISA NGEPOST AKU POST BAB 24 SEKARANG.. !! SEMOGA NGGAK BOSEN YA,, BENTAR LAGI TAMAT KOK INSYA ALLAH DOAIN AJA :)




BAB 24


Ruangan ini sunyi diselimuti dengan ketegangan yang mengelilingku sejak lima menit yang lalu ketika Jung mengatakan kata ‘kek’. Iya, memang benar aku sudah melihat kakeknya dua malam yang lalu menyampaikan pidato peresmian hotel ini, tapi rasanya sangat berbeda saat aku bertatapan langsung dengan Mr Jeon. Dia memiliki aura yang bisa membuat siappaun gemetar ketakutan.
Kelihatan dari wajahnya jika dia adalah seseorang dengan watak keras. Lalu apa maksudnya Jung menyuruhku kemari? Menemui kakeknya? Untuk apa? Ya ampun, dia benar-benar sudah gila! Masalah yang dia buat dalam hubungan kami saja belum dijelaskannya sama sekali padaku lalu tiba-tiba saja dia memintaku datang ke hotelnya untuk bertemu dengan kakeknya.
“Tidak bisa, Jungkook. Kau tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi pendampingmu. Aku sudah memilihkan seorang gadis yang tepat untuk menjadi pasanganmu dan gadis ini, dia tidak berasal dari kalangan terhormat seperti kita, jika kau masih ingin hidup dengan tenang tanpa kekangan dariku maka kau harus menerima gadis pilihanku.”
Hatiku berderak patah saat mendengar rentetan kalmiat beku dengan bahasa inggris yang sangat fasih yang baru saja keluar dari mulut Mr Jeon.
“Kakek, kau tidak bisa melakukan ini! Kita sudah membuat perjanjiannya, aku sudah menerima tawaranmu untuk melepaskan dunia musik dan menjadi pewarismu dengan syarat kau tidak boleh mengganggu hubunganku dengan Yoora.”
“Aku adalah pemegang kendali di sini, Jungkook. Kau tidak bisa melakukan apapun. Kau tahu benar siapa aku jika kau ingin hidup gadis ini dan teman-temanmu itu bahagia kau harus mendengarkan dan menurutiku.”
“Aku mecintainya, kek. Bisakah kau menghargai keinginanku sekali saja?”
“Cinta tidak akan membuatmu kaya, cinta tidak akan membuatmu menjadi seperti sekarang. Semua orang diluar sana, mengagumimu karena kau sukses di usiamu saat ini dan itu tidak dilandaskan oleh cinta. Cinta sama sekali tidak penting untuk hidup ini, Jungkook. Sekarang, kau memiliki dua pilihan itu! Terima gadis itu atau teman-temanmu dan gadis ini akan melihat mimpi buruk mereka menjadi kenyataan.”
Mr Jeon pergi dari ruangan ini setelah dia menyelesaikan perkataannya. Air mataku jatuh begitu saja. Desiran-desiran aneh pada aliran darahku masih terasa. Jantungku berpacu kencang. Tidak, tidak seperti ini. Jung dijodohkan dengan gadis lain. Dia sengaja tidak menghubungiku karena kakeknya. Demi aku dan teman-temannya, dia tidak menghubungi kami dan menerima perintah kakeknya. Dia terpaksa meninggalkan Bangtan.
“Jelaskan padaku! Kenapa kau tidak pernah menghubungiku atau salah satu diantara kami semua selama dua bulan ini.”
Untuk sesaat Jung masih diam sebelum dia menghela napasnya dan mulai berbicara. “Hari itu ketika aku bertemu dengan kakek di pesawat untuk yang pertama kalinya setelah dua tahun. Selama ini, dia selalu memantau semua kegiatanku dan dia mengetahui tentangmu dan hubungan kita. Dia juga tahu tentang statusmu. Begitu kami tiba di Paris, dia melarangku untuk menghubungi kalian semua dan mempercepat pengangkatanku sebagai penggantinya. Dia mengancamku jika aku tidak menuruti kemauannya maka dia akan mengganggumu dan teman-teman. Aku tidak bisa membiarkan dia menyakiti kalian. Kau tidak akan tahu apa yang bisa dia lakukan pada kalian semua jika aku tidak menuruti keinginannya. Aku menerima permintaannya itu dengan syarat dia tidak boleh ikut campur dalam hubungan kita. Dia menyetujuinya karena aku mengancam akan menghancurkan kerja samanya dengan Key Group yang baru saja dibicarakan waktu itu.”
Jung berhenti menatapku yang kini memandang kosong ke depan namun masih mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulutnya.
“Semua kegiatanku terpantau, Yoora. Aku tidak bisa menghubungi kalian bukan karena aku tidak ingin, tapi jika sampai dia tahu kalau aku masih berhubungan dengan kalian semua, maka hidup kalian dalam bahaya. Aku tidak ingin itu terjadi. Aku hanya bisa memantaumu dari jauh selama dua bulan ini dan yang paling menyakitkan adalah kau sering berkencan dengan Kyung Soo dan semua media berpendapat jika kalian sudah resmi berpacaran. Kau tidak tahu bagaimana tersiksanya aku di sana waktu itu. Begitu pulang ke Korea, aku pikir aku memiliki kesempatan untuk bertemu denganmu dan Tuhan berpihak padaku karena rupanya tidak perlu menunggu tiba di Seoul kau ternyata juga ada di Jeju. Aku melihatmu malam itu dan rasanya aku ingin memelukmu dan mengatakan jika semuanya tetap baik-baik saja. Aku melihatmu mabuk dan memutuskan untuk menemui kalian di tempat parkir. Tapi ternyata ada pelayan bodoh yang berhasil mendapatkan foto kita dan aku sudah memecatnya. Malam itu, aku tidak melihat kalung itu melingkar di lehermu, tapi aku masih berusaha untuk berpikir positif. Kau pasti marah padaku karena kelakuanku. Tapi serius, Yoora. Aku benar-benar merindukanmu, ketika mendapatkan video kau bernyanyi dengan Hye Ni aku merasa rasa rinduku sedikit berkurang. Aku juga menderita selama dua bulan ini, bukan hanya kau, tapi aku juga.”
Aku tidak bisa menahan raunganku dan melepaskannya begitu saja. Jung memelukku dengan erat, mencoba menenangkan rontaanku. Aku memukul  punggungnya berkali-kali. Ya Tuhan, kenapa harus seperti ini? Tolong, redakan rasa sakitku dan rasa sakitnya.
“Kenapa harus seperti ini, Jung? Kenapa dunia ini seolah tidak mengizinkan kita untuk bersama-sama? Sekarang, kakekmu berniat memisahkanku darimu. Tidak cukupkah siksaan untukku selama dua bulan ini? Tidak cukupkah aku menangisimu tiap malam? Bagaimana aku bisa menjalani semua ini, Jung? Aku tidak bisa. Aku tidak bisa.” Aku meraung dalam pelukan posesifnya. Aku juga merasakannya jika dia menangis.
“Kita akan hadapi ini bersama-sama, Chagiya. Aku mencintaimu, aku tidak ingin bernasip sama dengan ayahku karena ulah kakekku. Aku akan menghancurkan perusahaan ini jika dia sampai melukaimu atau teman-teman kita,” tegasnya.
Bukan hanya aku, ternyata selama dua bulan ini dia juga mengalami siksaan yang sama denganku. Harusnya aku tidak egois dengan mengira jika hubungan kami tidak penting lagi untuknya sementara kenyataannya sangatlah berbeda.
“Maafkan aku, aku tidak tahu tentang kakekmu. Aku juga merindukanmu, Jung. Maafkan aku.”
Ssstt, yang terpenting adalah kesalah pahaman diantara kita sudah selesai. Maafkan aku juga karena sudah menyakitimu.”
Aku memukul dadanya pelan. “Kau juga sakit, jangan meminta maaf padaku,” lirihku.
Aku menenggelamkan diriku dalam pelukannya. Melihat tuxedonya, aku jadi ingat lagi jika dia adalah seorang CEO saat ini. Parfum mahalnya, aroma maskulin khas miliknya, wajah dingin dihadapan orang-orang diluarsana. Haruskah aku mengakui jika aku beruntung dia memilihku untuk menjadi kekasihnya.
“Malam ini, kita akan makan malam bersama dengan klienku. Kau tidak perlu khawatir, aku sudah meminta penata rias keluarga Jeon untuk membuatmu tampil luar biasa nanti malam,” ujarnya.
Jung menenggelamkan kepalanya di lekukan leherku. “Aku takut akan membuatmu malu nanti,” desisku.
“Apa-apaan itu! Kau itu gadis yang mempesona, pintar, dan banyak pria yang mengantri untuk mendapatkan posisiku saat ini. Jangan merendahkan dirimu sendiri. Dulu kau selalu bangga karena kau sering muncul di majalah-majalah fashion Amerika dan sekarang kau akan muncul di majalah fashion Asia bersamaku.” Aku terkikik mendengarnya.
“Kau terlalu percaya diri. Orang-orang yang akan muncul di majalah seperti itu kalau bukan dari kalangan selebriti maka kalangan sosialita, aku bahkan tidak berasal dari dua golongan itu.”
“Embel-embel jika kau adalah keponakan Mark Fletcher dan putri bungsu Kim Song Joo akan selalu ada, Yoora. Kau juga berasal dari kalangan sosialita.”
Aku mengangguk mengalah padanya. “Jadi, apa kita akan berpelukan sepanjang hari dan tidak pulang ke resort?”
“Apa kau ingin melihat kamarku?”
Aku menaikan alisku sambil menatapnya dan dia menarik tanganku keluar dari ruangan ini.
“Apa saja yang ada di hotel milikmu ini, Sir? Ini design yang luar biasa menurutku. Aku selalu suka gaya-gaya klasik.”
“Semua hal mengenai rancangan diatur oleh arsiteknya ketika melihat rancangan model ini aku langsung terkesan dan memilihnya untuk bangunan hotel ini. Seperti dugaanku, rancangan itu menjadi sangat luar biasa ketika hotel ini berhasil dibangun,” jelasnya.
Jung membawaku naik ke lift dan dia menekan tombol tujuh belas dari dua puluh tiga. “Ini lift khusus yang hanya boleh dinaiki oleh aku dan kakek juga orang kepercayaannya.”
“Wah, aku merasa tersanjung karena bisa menaiki lift ini bersama dengan Anda, Sir.”
Jung terkekeh. “Aku suka mendengarmu memanggilku seperti itu.”
“Aku senang membuat Anda senang, Sir. Sudah tugasku,” balasku sambil mengedipkan mata.
“Ah bukankah minggu depan kita akan mengambil pengumuman di sekolah?” tanyanya tiba-tiba.
“Iya, semoga Tuhan meluluskanku di jurusan itu.”
“Kau mengambil kedokterankan?”
“Ya, kau tahu sendiri, betapa ketatnya persaingan di sana,” ujarku lesu.
“Hey, kau harus semangat! Pacarku adalah seorang gadis yang pintar jadi dia pasti lulus.” Aku nyengir padanya dan melingkarkan lenganku di pinggangnya.
Lift berdenting tanda kami sudah tiba di lantai tujuh belas. Aku yakin Jung menempati salah satu Royal Suite di hotel ini, lagipula dia pemiliknya mana mungkin dia tinggal di kamar biasa.
Merangkul pinggangku dengan posesif, dia membawaku berjalan bersamanya. Setiap orang yang berpapasan dengan kami akan membungkuk dengan hormat. Hingga dia berhenti di depan pintu dengan tulisan korea yang tidak kumengerti.
Jung membuka pintunya dan membawaku masuk. Begitu tiba di dalam hal yang pertama kali kulakukan adalah berdecak dengan kagum. Luar biasa!
Royal Suite ini sangat cantik, elegan, mewah dan sangat romantis bagi pasangan-pasangan yang mungkin akan berbulan madu. Dengan design gaya Victorianya membuat kita seperti berada di masa lampau. Keren!
“Wah, ini keren sekali!”
“Kau belum melihat kamar suite utama di lantai paling atas. Lebih bagus lagi dari ini,” ujarnya.
Menghiraukannya, aku berlari kecil membuka pintu menuju kamar mandinya dan ya Tuhan, ini adalah kamar mandi yang mengagumkan.
“Apa kau suka?”
“Tentu saja, aku akan mandi di sana nanti,” ujarku kagum.
Suasana di sini benar-benar romantis dengan lampu temaram. Aku membuka sewaterku dan membiarkan dress santai tanpa lenganku saja yang membalut tubuhku.
“Apa kau sudah tidak memiliki pekerjaan lagi?”
Jung menggeleng sambil melepas tuxedonya, meletakkannya sembarangan di sofa malas, melepas dasinya juga, membuka dua kancing kemejanya, lalu membuka sepatu mengilapnya, kaus kakinya, dan melangkah mendekatiku.
Menatapnya bingung dan reflek berteriak saat dia mendorongku ke atas tempat tidur super empuk ini. Dia ikut menjatuhkan dirinya di sampingku.
“Kau membuatku takut.”
Jung tertawa. “Untuk apa takut? Aku tidak akan melakukan sesuatu yang lebih dari menciummu, memelukmu seerat-eratnya, dan sedikit menyentuhmu di sana-sini.”
Aku memukul kepalanya. “Dasar pervert!”
Wajahku memanas dan mungkin warnanya sudah berubah menjadi semerah tomat. Dia makin jadi menertawakanku. “Sudah lama sekali aku tidak melihat wajah memerahmu itu, Chagiya. Kau menggemaskan sekali,” ujarnya.
Mengembungkan pipiku, aku membenarkan posisi berbaringku menempati bantal tidur dan Jung malah berbaring di atas perutku.
“Aku bisa sesak napas nanti, Jung. Bantal ini lebih empuk untuk menjadi alas kepalamu.”
“Kau ini, apa salahnya jika aku sedikit bermanja-manja padamu. Akukan rindu padamu, Chagiya.”
Memutar bola mataku, aku bangkit dari posisi tidurku, mengangkat sedikit kepalanya dan memindahkannya ke pahaku.
“Sejak aku kecil, belum pernah ada siapapun yang mengelus kepalaku sampai aku tertidur atau menyanyikan lagu tidur untukku, Yoora. Aku tidak pernah dibacakan dongeng. Aku tidak tahu bagaimana rasanya sarapan bersama keluarga yang utuh. Aku tidak memiliki tempat untuk bercerita ketika aku kecil. Semuanya selalu kulewati sendirian. Selalu sendiri,” lirihnya sedih.
Aku mengernyit, hatiku sesak saat dia kembali mengingat masalalunya. Tanganku akhirnya bergerak mengelus pelan kepalanya. Menyentuh helaian rambutnya yang lembut.
“Apa kau mau mendengarku bernyanyi?”
Jung memejamkan matanya, terlihat menikmati tanganku dikepalanya. “Bernyanyilah, Chagiya. Suatu saat, aku juga akan bernyanyi untukmu.”
~~
geojismal gatassdeon uri geu siganeul tteoollimyeo
nunmureul heullijyo geuge neol chajneun bangbeopppu
cheombuteo wae naemam apeuge halkkeomyeon waewa
dasi anolsudo isseulkkeoran yegam
jogeumman deo bogo sipeunde
eotteohge hanayo eotteohgehaeyaman hanayo
uriga igeot bakke andwaesseossnayo
cheoeumbuteo mwonga jalmosdoengeosieossnabwayo
eotteohge sarangi geurae cham eoryeounde
geudaeeopsneun haruharu
onjongil maeumapa jugeulgeot gateunde
nuneulgamabwado geudae meorissoge tteoollaseo
na chameulsuga eopseo
dubeondasi mosbol jasineopsneungeol
amuri urireul gallanohado
geu eotteongeosdo mageul su eopseo
eotteohge hanayo eotteohge doelkkayo
eotteohge haeyaman halkkayo
geudaeeopsneun naneun deo saraseo mwogadwae
dasihanbeon sijakhandamyeon deo jalhalkkeoya
~~
Ketika sore tiba, Jung membangunkanku dari tidur nyenyakku dan mengingatkanku dengan makan malam itu. Entah kenapa aku merasa akan terjadi sesuatu yang buruk, tidak mungkin itu hanya perasaanku saja.
Penata rias yang katanya adalah penata rias keluarganya ini sudah tiba di sini sejak lima menit yang lalu, sedang aku masih sibuk menikmati berendam di kamar mandi cantik ini. Well, belum tentu aku akan kesini lagi nanti, jadi selagi dapat kesempatan aku akan memanfaatkannya sebaik mungkin.
“Apa kau masih lama? Aku juga harus mandi!”
Jung mengetuk kembali pintu itu untuk yang ke tiga kalinya. Kurasa aku baru sebentar, kenapa dia berlebihan sekali. Baiklah, aku sudah berada di sini sejak satu jam yang lalu, tapi akukan membutuhkan waktu lebih lama untuk membersihkan diriku, kurasa gadis-gadis lain juga seperti itu.
Dengan kesal akhirnya aku beranjak dari Jaccuzi, memakai kimono setelah mengeringkan diriku dengan handuk. Membuka pintu kamar mandi dan Jung berdiri di sana siap untuk mengetuk kembali pintunya. Tangannya menggantung di udara dan aku berjalan melewatinya.
“Apa saja yang kau lakukan di dalam?” gerutunya.
“Mandi,” balasku tak acuh. Aku tahu saat dia memutar bola matanya sebelum masuk ke kamar mandi dengan menutup pintunya cukup keras.
Penata rias itu sudah menyiapkan gaun untukku dan gaun ini adalah koleksi terbaru dari Christian Dior. Aku duduk di depan kaca rias dan wanita ini mulai sibuk mengeringkan rambutku.
“Nona, mau jenis make up seperti apa?”
“Buat yang sederhana saja, jangan terlalu berlebihan aku hanya akan menghadiri makan malam.”
“Tapi, dari yang saya dengar Tuan Muda mengajak Anda menghadiri makan malam yang sangat penting. Anda harus tampil luar biasa, Nona.”
“Baiklah, gunakan yang formal saja, aku tetap tidak suka jika harus mengenakan make up dengan berlebihan karena nanti susah untuk dibersihkan,” ujarku.
“Baik, Nona.”
Wanita itu menggelung rambutku keatas dan menyanggulnya. Tangannya sibuk mengambil peralatan make up yang akan digunakannya. Mataku terpejam saat dia mulai sibuk merias wajahku.
“Anda memiliki kecantikan alami, Nona. Anda memang tidak perlu menggunakan make up berlebihan karena dengan make up sederhana saja Anda sudah terlihat mempesona,” ujarnya.
 “Saya sering melihat Anda di televise bersama member EXO dan saya merasa wajar saja jika dua pria itu memperebutkan, Nona, karena memang ada sesuatu di dalam diri Anda yang membuat Anda kelihatan berbeda dari yang lain. Apalagi setelah bertemu dengan Anda secara langsung hari ini, Saya jadi bisa membuktikan sendiri kalau Anda memiliki aura alami untuk membuat seseorang tertarik dan menyukai Anda,” ujarnya lagi sambil memakaikan lipstick di bibirku.
Setahuku setelah membuat wajah tampak sangat pucat, selanjutnya menghias bagian mata dan lalu bibir dan hidung, alis, dan perona pipi. Mungkin akan selesai sebentar lagi karena memang make up sederhana lebih cepat selesai dibandingkan dengan make up untuk menghadiri pesta prom.
  Aku mendengar pintu terbuka dan itu pasti Jung yang sudah selesai dengan acaranya di kamar mandi. “Aku akan keluar sebentar,” ujarnya. Lalu terdengar suara pintu terbuka lagi dan tertutup.
Mau kemana dia? Ah mungkin melihat persiapan untuk jamuan makan malamnya.
“Dia pria yang tampan. Anda sangat beruntung bisa mendapatkannya. Kudengar nanti malam akan ada ayah dari Tuan Muda yang baru saja datang dari Melbourne untuk mengikuti jamuan makan malam itu.”
“Apa? Kau tahu darimana?”
“Semua orang sudah mengetahuinya, Nona. Apa Tuan Muda tidak memberitahu Anda?”
Aku menggelengkan kepalaku pelan. Gawat! Aku akan bertemu dengan ayah Jung. Apa yang harus kulakukan!
“Tidak perlu khawatir, Nona. Setahu saya, Watak ayah Tuan Muda dan kakeknya sangatlah berbeda.”
Aku sedikit menghembuskan napas lega begitu mendengar penuturan wanita ini. Dia kelihatanya tahu cukup banyak mengenai keluarga Jeon.
“Apa ibunya akan datang juga?” tanyaku.
Wanita ini sedang memoleskan perona wajah. “Tidak, Nona. Nyonya sudah tidak pernah lagi kembali ke Korea sejak memutuskan berpisah ketika Tuan Muda masih kecil. Terakhir yang kudengar Nyonya tinggal di Las Vegas,” jelasnya.
Kota berbahaya itu. Kenapa ibu Jung memilih untuk tinggal di sana? “Jika aku boleh tahu siapa nama ibu Jung?”
“Jeon Allysa. Sebelum menikah namanya Cho Allysa. Ayahnya dari Korea dan ibunya dari Mexico. Tuan Muda lebih mirip ibunya dalam hal kepribadian, tapi dalam fisik dia mirip ayahnya. Jeon Allysa adalah seorang wanita karir yang sangat sukses diusia mudanya waktu itu. Orangtuanya sangat bangga padanya, ditangan anak perempuan satu-satunya itu mereka menyaksikan saham perusahaan semakin meningkat kian hari. Pesona yang dimiliki oleh ibu Tuan Muda juga membuat banyak pria mengincarnya dan berusaha untuk meminangnya. Tapi orangtuanya ternyata merencanakan perjodohan dengan putra tunggal Jeon Hwa Yoo. Seingatku, Nyonya Allysa tidak pernah ingin menikah dengan ayah Tuan Muda karena dia mencintai orang lain. Cho Allysa sebelum menikah adalah seorang gadis dengan kepribadian kaku. Dia dingin dan tegas. Semua orang segan padanya, dia dihormati. Tapi tidak ada yang pernah tahu jika sebenarnya dia hidup dalam kepalsuan, dia diperlakukan layaknya boneka oleh kedua orangtuanya. Dia menjalankan perusahaan keluarga agar bisa menyelamatkan nyawa kekasihnya. Dia hidup dibawah titah orangtuanya. Lagi-lagi, dia harus menerima perjodohan itu untuk menyelamatkan pria yang dia cintai.” Aku medengarkan dengan sangat baik. Wanita ini bisa bicara dalam bahasa inggirs dengan fasih, kurasa keluarga Jeon memiliki standar untuk para karyawannya.
“Lalu? Apa lagi yang terjadi?”
“Banyak yang terjadi, Nona. Aku sudah lama bekerja di sini bahkan aku juga ikut membantu merias Nyonya di hari pernikahannya dulu. Wajahnya datar, tidak ada rona bahagia di sana. Rumah tangga mereka berjalan dengan buruk, tidak ada sapaan, tidak ada perkenalan, tidak ada sarapan bersama, tidak makan siang, atau pun makan malam. Rumah besar itu seperti tidak berpenghuni, mereka juga tidur di kamar terpisah karena saya bekerja sebagai penata rias pribadi Nyonya Allysa. Sampai suatu hari, Nyonya bercerita jika mertuanya meminta seorang cucu, pewaris lebih tepatnya, mau tidak mau dua insan itu menurutinya. Hingga tiga minggu kemudian, Nyonya Allysa dinyatakan dokter positif hamil. Semuannya berjalan sepeti biasa, saling diam. Saya bahkan tidak pernah melihat mereka bedua mengobrol. Hingga Tuan Muda lahir, keadaan memburuk, Nyonya Allysa mendapati kabar dari orang kepercayaannya jika suaminya memiliki affair di belakangnya. Sejak saat itu, mereka berdua selalu bertengkar padahal Tuan Muda masih bayi. Saya sering kasihan karena Tuan Muda terlantar begitu saja. Keadaan seperti itu berlangsung sangat lama hingga Tuan Muda berumur tujuh tahun menuju delapan tahun. Malam itu keadaan sudah benar-benar diluar kendali, saya ingat saya berusaha untuk membuat Tuan Muda tidak menyaksikan ayahnya memukul ibunya, tapi semuanya terlambat. Malam itu, Nyonya memutuskan untuk pergi dan tidak akan pernah kembali ke sini.”
Terpaku, bayangan-bayangan yang terlihat di kepalaku sangat mengerikan, bagaimana Jung-ku bisa menghadapinya? Karena hal itulah, dia terkadang berpikir dan bertindak manja, kekanak-kanakan, egois, keras kepala. Tapi terkadang dia begitu keras, dingin, kaku, kasar, dan tegas. Dia menyaksikan hal-hal yang tidak seharusnya dia saksikan ketika dia masih kecil.
“Sudah selesai, Nona. Anda bisa memakai gaunnya dan sepatunya juga,” decak senang wanita ini.
Aku kembali mendapatkan fokusku dan melihat jika dia sudah selesai dengan pekerjaannya. Aku melihat bayanganku yang tertangkap cermin. Wanita ini menggelung rambutku, sederhana tapi tetap elegan. Aku tersenyum lebar, beranjak dari kursi menghampiri gaun formal yang sudah dipesan Jung. Gaun ini cantik sekali! Christian Dior adalah salah satu perancang favoritku.
Masuk kembali ke kamar mandi, memakai gaun ini dengan hati-hati, jangan sampai merusak dandananku ini. Begitu aku keluar, Jung sudah kembali kemari dan dia tampak terpaku menatapku.
Tersenyum gugup, aku memutuskan untuk melangkah kembali ke meja rias dan melihat bagaimana keadaanku sekarang. Apa kecantikan gaun ini hilang ketika aku memakainya.
“Nona, semua orang akan memerhatikan Anda malam ini,” seru si penata rias. “Baiklah, kalau begitu tugasku sudah selesai sekarang, saya permisi dulu.” Dia membungkuk memberi hormat pada Jung dan padaku.
“Aku malas untuk mengatakan hal ini, tapi kau terlihat sangat cantik malam ini,” ujarnya sambil tersenyum mematikan.
Mau tidak mau tubuhku menunjukan reaksi anehnya, aku merasakan gelenyar panas merambati wajahku. “Ini adalah waktunya kita turun ke bawah.”[]




KEMBARAN :D

KOOKIE :*


2 komentar: