Kamis, 06 Agustus 2015

INTO HIS WORLD BAB 23

WARNING : Masih pemula, masih amatiran, masih dalam proses belajar, butuh saran dan komentar yang membangun juga. Jadilah pembaca yang baik! Jangan mengkopi apapun tanpa izin! Maaf buat typos yang bertebaran disana-sini. Happy Reading!



ADAKAH YANG RINDU ??? HAHAHA :D OKEH, AKU KEMBALI BERSAMA BAB 23 YA :* 



BAB 23
Masih gelap ketika aku terbangun karena merasa panas dan sadar jika seseorang melilitku seperti ular dan suhu tubuhnya mempengaruhiku. ACnya tidak membantuku sama sekali. Aku berusaha untuk membebaskan diri dari pelukan Jung karena aku benci panas seperti ini. Setelah berhasil melepaskan pelukannya, aku termenung memikirkan apa yang terjadi semalam.
Apa dia sudah kembali? Apa dia hanya datang sesaat lalu akan pergi lagi? Apa aku benar-benar menunggunya? Apa aku mengharapkan saat-saat seperti ini terjadi setelah dia pergi?
Aku tidak ingin mengakuinya, bahwa hatiku sudah memenangkan pertarungan sengitnya dengan pikiranku yang selalu membujukku untuk menerima Kyung Soo dan melupakan semua hal yang pernah terjadi antara aku dan Jung.
Akhirnya, seberapa keraspun usahaku untuk melupakannya dan menghapus perasaanku padanya, aku tidak akan pernah berhasil karena hatiku akan menuntunku untuk pulang ke rumah, rumahku adalah Jung. Pria itu!
Seandainya aku tidak menjadi begitu bodoh karena menggantungkan semua perasaanku padanya. Mungkin akan mudah bagiku untuk lepas darinya. Ya Tuhan, keadaanku saat ini menyedihkan sekali ya. Aku seperti merasa mengemis cinta diam-diam padanya.
Menghela napas pelan, aku membalikkan tubuhku menghadapnya. Dia masih tertidur dengan nyenyak. Wajahnya damai dan dia terlihat seperti malaikat. Aku tidak percaya jika setelah dua bulan akhirnya aku bisa melihat dia lagi ketika aku membuka mataku di pagi hari. Aku menjalankan jari telunjukku menelusuri wajahnya, dahinya melewati mata, berseluncur ria di hidung mancungnya, lalu berhenti di bibir merah mudanya yang lembut.
Bibir itu, bibir pertama yang menyentuh bibirku. Bibir yang rasanya semanis gula saat mengecupku. Betapa aku merindukan cowok di depanku ini. Tidak akan ada yang mengerti siksaan yang kurasakan tiap kali kenyataan menghantamku jika dia sudah tidak ada di dekatku lagi.
Saat melihatnya pertama kali kemarin malam itu seperti siksaan-siksaan dan tekanan-tekanan juga rasa sakit yang kurasakan ditarik keluar dari diriku dan lenyap begitu saja. Yang tersisa hanyalah amarah yang bercampur dengan rasa rinduku.
Pada akhirnya, aku harus menerima kenyataan jika aku sangat mencintainya. Jika aku tidak bisa hidup dengan baik tanpa dia selama dua bulan ini. Jika aku nyaris menangis setiap malam setelah kepergiannya. Jika aku menghabiskan waktu dengan Kyung Soo karena aku ingin mengalihkan perhatianku darinya. Jika aku hanya berpura-pura siap untuk melepasnya meski kenyataannya memikirkan hal itu saja sudah membuat hatiku teriris dan rasanya sangat sakit hingga membuatku meringis. Jika keberanianku melepas kalung itu dari leherku hanyalah pelampiasan karena rasa putus asaku dan ketidaktahuanku harus melakukan apalagi.
Kesadaran menghantamku, jika setelah dia pergi kehidupanku jadi kacau. Duniaku berhasil dia porak-porandakan dan tidak akan ada yang tahu kecuali orang yang sangat dekat denganku. Setelah kepergiannya, semua yang ada di sekelilingku berubah, aku seperti bisa melihat Jung ada di manapun setiap kali aku pergi.
Jika ini adalah cinta sesaat saja, bagaimana seseorang bisa menjelaskan rasa sakitku? Bagaimana seseorang bisa menjelaskan tingkah bodohku dengan menunggunya kembali dengan kemungkinan terburuknya? Bagaimana seseorang akan bisa menjelaskannya padaku?
Sekali lagi, aku mencintai cowok ini. Aku sangat mencintainya, Tuhan. Kumohon, jangan biarkan dia pergi lagi dariku. Aku yakin, Kau tahu dengan pasti bagaimana keadaanku selama dua bulan ini. Kumohon, dengarkan permintaanku ini, jangan biarkan dia pergi dariku lagi.
Mengingat kembali malam ulang tahunku tiga minggu yang lalu, hari itu tepat tengah malam Jimin dan Ho Seok berhasil memindahkanku dari apartemen menjadi sofa ruang santai rumah Bangtan. Entah mungkin karena aku terlalu lelah atau mungkin karena memang aku tukang tidur, jadi aku sama sekali tidak sadar jika mereka mengangkatku diam-diam dari kamarku dan setelah aku mendengarkan ceritanya bagaimana mereka bisa masuk ke apartemenku, ternyata ketika di sekolah Hye Ni diam-diam mengambil kunci cadangan apartemenku dan aku sama sekali tidak menyadarinya.
Aku dibangunkan dengan teriakan mereka semua. Jimin, Ho Seok, Seo Jin, Yoon Gi, Nam Joon, Taehyung, Hye Ni, Jin Hwa, Euna, Kyung Soo dan Kai. Orang yang membawa kue-ku adalah Kyung Soo, dengan senyuman lebar di wajahnya, dia memintaku menutup mata dan membuat sebuah permohonan.
Bawa Jung kembali padaku, Tuhan. Luluskan aku di kampus pilihanku. Kuatkan aku untuk menghadapi semua yang akan kulalui nanti. Aamiin.
Kira-kira seperti itulah harapanku di malam ulang tahun ke tujuh belasku. Setelah meniup lilinnya semua orang bertepuk tangan, lalu acara suap-suapan. Setelah itu, Kai baru menjelaskan kenapa hanya mereka berdua yang datang, katanya teman-temannya yang lain sangat kelelahan setelah sehari penuh bekerja, mereka menyesal tidak bisa datang dan aku hanya tersenyum jung menitipkan salam untuk mereka.
Malam itu, aku mendapatkan kado dari Kyung Soo, sebuah tas terbaru Dior. Jimin memberiku lipstick, dia bilang aku akan cantik memakai warna yang dipilihnya. Ho Seok memberiku kupluk berwarna merah muda dengan namaku. Nam Joon memberikanku heels yang luar biasa. Seo Jin mengatakan jika kue tart itu adalah kado darinya. Yoon Gi memberiku microphone, katanya aku harus menyimpan benda itu dengan baik. Kai memberiku cokelat Belgia, katanya cokelat itu akan selalu membuatnya lekat di hatiku, serius itu adalah alasan yang konyol. Hye Ni dan Euna membelikanku koleksi gaun terbaru dari Charles & Keith. Jin Hwa membelikanku gelang perak yang cantik. Taehyung membelikanku boneka babi yang lucu.
Kami merayakan ulang tahunku sampai pagi, dan ketika sore menjelang kami memutuskan untuk pergi bermain, tentunya, tanpa Kyung Soo dan Kai karena mereka memiliki pekerjaan.

“Sepertinya, kau sedang memikirkan sesuatu yang penting di kepalamu?”
Aku tersentak menoleh ke samping dan melihat Jung sudah membuka matanya dan dia kelihatan segar. Apa dia sudah bangun dari tadi?
Menghela napas, aku memutuskan untuk mengabaikannya dan mulai beranjak dari tempat tidur. Aku merasakan tatapannya menembus punggungku saat aku membuka lemari berukuran sedang di kamar ini dan mengambil pakaian yang akan kukenakan hari ini.
“Kapan kau akan berhenti mengabaikanku?” bisiknya yang masih terdengar dengan jelas di telingaku.
“Kapan kau akan berhenti menyakitiku?” balasku tanpa menatapnya dan masuk ke kamar mandi.
Amarah dalam diriku belum selesai. Jangan dia kira dengan dia memelukku semalaman, lalu ketika pagi aku akan tersenyum padanya dan mengatakan jika aku mencintainya. Baiklah, aku memang mencintainya, aku merindukannya, tapi tetap saja, apa yang sudah dia lakukan itu telah melewati batasannya. Bisa-bisanya dia tidak menghubungiku selama dua bulan. Mungkin jika gadis lain diluar sana akan menerima cowok lain jadi pacar barunya tanpa memikirkan apa-apa lagi, aku tidak melakukannya karena aku terlalu bodoh.
Setelah menyelesaikan kegiatanku di kamar mandi aku keluar dan melihat Jung masih terbaring diatas tempat tidur. Aku menghiraukannya dan berjalan menuju meja rias untuk mengeringkan rambutku.
“Aku minta maaf karena aku sudah menyakitimu, Chagiya. Maafkan aku. Aku akan menjelaskan semuanya padamu, tapi tidak di sini. Kita akan pergi nanti,” ujarnya. Jung beranjak dari tempat tidur itu dan keluar dari kamarku.
Sebenarnya, aku bingung harus bertingkah bagaimana di depannya. Tidak mungkin aku harus berteriak gembira atau menangis sambil berteriak padanya. Jadi yang bisa kulakukan hanya bersikap tak acuh padanya.
Lima menit kemudian aku turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama yang lain. Suasana tampak canggung pagi ini. Semua orang terlihat diam, tidak ada lemparan lelucon atau acara saling ledek yang biasanya selalu terjadi di meja makan.
Jung duduk di samping Jimin tepat di hadapanku, karena itu aku enggan untuk mengangkat wajahku dari piring berisi ikan salmon ini. Kalau aku mengangkat wajahku dikit saja maka mataku akan langsung menangkapnya.
“Yoora, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu, bisa kita pergi sekarang?”
Aku terkejut saat mendengar Jimin tiba-tiba berbicara. Dia mengangkat salah satu alisnya menunggu jawabanku, aku mengangguk saja.
“Apa kau sudah membatalkan janjimu dengan Sehun?”
Perhatianku teralih menatap Ho Seok yang tampak dingin denganku. Ya Tuhan, aku bahkan melupakan soal Sehun dan janji untuk menemaniku melihat pengumuman itu.
Oppa, maafkan aku, tapi aku tidak bisa membatalkan janjiku dengannya.”
Ho Seok menatapku kesal. “Yoora-ssi, aku benar-benar tidak percaya kau bisa melakukan hal seperti ini! Itu artinya persahabatan kita tidak sama sekali berarti untukmu.”
Pria itu beranjak dari kursinya dan menghilang dari ruang makan resort begitu saja. Sebenarnya, ada apa ini! Aku tidak bisa membatalkan janjiku dengan Sehun. Tidak bisa, lagipula mereka akan mengadakan konser dunia minggu depan dan itu artinya tidak akan ada satupun diantara mereka yang akan bisa menemaniku. Kalau bukan Sehun siapa lagi yang mau menemaniku.
Aku tidak berminat pergi dengan Hye Ni dan Euna. Pokoknya aku tidak akan membatalkan janjiku dengan Sehun.


“Ho Seok Hyung. Dia membenci Sehun, Yoora. Masalah ini sudah lama, untuk kami semua, ini mungkin tergolong basi. Yang belum basi itu adalah masalahmu dan Kookie.” Jimin terkikik begitu melihatku mengembungkan pipiku.
“Jangan bahas masalah aku dan dia. Kita sekarang hanya akan membahas tentang Ho Seok Oppa dan Sehun Oppa,” tegasku.
“Baiklah, aku hanya bercanda. Sebenarnya, aku juga terkejut saat dia datang semalam dan untuk fireworks yang sangat mahal itu juga,” ujar Jimin.
“Ayolah, Oppa. Jangan mengulur-ulur terus.” Aku mencubit lengannya karena kesal.
Jimin meringis sambil mengusap-usap lengannya. Aku terkekeh melihatnya seperti itu. Well, setelah sarapan tadi, Jimin langsung membawaku pergi ke taman bunga ini. Aku sedikit bersyukur karena dia membawaku pergi karena jika tidak Jung akan membawaku pergi dan aku belum siap untuk apapun yang akan kudengar darinya.
Aku menyandarkan tubuhku di kap mobil bersama dengan Jimin. Anginnya sejuk sekali.
“Ho Seok memiliki seorang sahabat dari kecil. Nama gadis itu, Kwon Haneul. Sebenarnya, aku tidak terlalu banyak tahu, tapi seingatku Ho Seok pernah mengatakan jika dia dan Sehun terlibat perkelahian sengit ketika mereka masih di high school dulu dan itu semua karena gadis itu. Ya, begitulah ceritanya. Intinya adalah Ho Seok masih membenci Sehun sampai sekarang, itulah kenapa dia tidak suka jika kau pergi dengan Sehun,” jelas Jimin.
“Jadi, maksudmu adalah, Ho Seok Oppa jatuh cinta pada gadis bernama Kwon Haneul itu dan Sehun Oppa juga jatuh cinta pada gadis itu lalu mereka bertengkar karena memperebutkannya. Wah, beruntung sekali, dia pasti sangat cantik sampai dua cowok itu bertengkar demi memperebutkannya ya.” Jimin mendorong pelan kepalaku.
“Bodoh! Belum tentu seperti itu ceritanya. Ho Seok tidak pernah ingin bercerita keseluruhan ceritanya pada kami. Jadi, hanya itulah yang kuketahui.”
“Kenapa dia tidak ingin menceritakannya? Kurasa jika dua orang pria memperebutkan seorang gadis itu sudah biasa, apa yang membuat Ho Seok Oppa tidak ingin cerita?”
“Mana kutahu. Sekarang, kau bisa menghormati perasaan Ho Seok dengan tidak pergi bersama Sehun, Yoora.”
“Tidak bisa seperti itu, Oppa. Aku tidak berjanji padamu untuk membatalkan janjiku dengan Sehun Oppa. Aku tetap akan pergi dengannya,” ujarku dengan cengiran lebar.
Jimin mendelik tak percaya padaku. “Setelah tahu masalahnya, kau masih tidak ingin membatalkan janjimu dengan dia? Kau belum melihat seorang Ho Seok marah ya. Jangan buat keadaan yang semakin membaik ini, menjadi tambah rumit, Yoora.”
Oppa, aku juga kesal karena Ho Seok Oppa mengatakan aku sama sekali tidak menghargai persahabatan kita. Dia salah, aku sangat menghargai persahabatan kita. Jika tidak, aku tidak mungkin meninggalkan Kyung Soo dan teman-temannya malam itu dan ikut ke rumahmu. Aku selalu lebih mementingkan kalian semua. Aku harus mencaritahu masalah Ho Seok dengan Sehun lebih jauh, karena itu aku tidak bisa membatalkan janjiku dengan Sehun. Dia pribadi yang cukup sulit membuka diri pada orang asing, tapi sekarang dia sudah menerima kehadiranku seperti Kai dan yang lainnya,” jelasku.
“Kalau Ho Seok Hyung sampai tahu kau tetap pergi dengan Sehun, bisa ada perang dunia ketiga, Yoora-ssi. Kenapa kau ini keras kepala sekali!”
  Aku memutar bola mataku. “Bagaimana dia bisa tahu? Kalian akan pergi selama satu minggu untuk memulai tour dunia kalian kan? Kau tenang saja, Oppa. Aku akan menjalankan rencana serapi mungkin jadi tidak akan ada satupun media yang tahu kalau aku sedang pergi dengan Sehun EXO.”
“Terserah! Terserah kau saja! Yang jelas, aku sudah memperingatkanmu.” Aku tersenyum padanya.
Kemungkinan besar aku harus menanyakan siapa gadis yang waktu itu diceritakan Sehun padaku. Apa dia gadis yang sama atau tidak. Jika mereka adalah dua orang yang berbeda, itu berarti Ho Seok tidak perlu lagi mengangkat senjata jika aku menyebut nama Sehun.
Selama ini, aku hanya pernah pergi berdua dengan Kyung Soo, sisanya aku berkumpul bersama mereka semua bukannya jalan-jalan keluar bedua. Dengan Kris, aku lebih sering mengobrol lewat telepon. Aku juga cukup dekat dengan Kai mengingat jika dia memang pribadi yang supel. Minggu depan ketika hari pengumuman tiba, aku akan keluar berdua dengan member EXO lainnya, semoga Tuhan menyelamatkanku dari hujatan cewek-cewek ‘agak’ gila, yang mengaku mencintai EXO setengah mati.
“Lalu, bagaimana hubunganmu dengan Kookie?”
Aku melirik Jimin sekilas. “Aku bingung, Oppa. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana dihadapannya. Jadi, aku tak mengacuhkannya. Menurutmu aku harus apa?”
Jimin menggelengkan kepalanya. “Kupikir, kau harus membicarakannya dengan Kookie. Setelah kau mendengar penjelasannya kemungkinan besar kau akan mengerti, mengapa dia tidak pernah menghubungimu. Dan mungkin juga ada sesuatu yang serius dibalik itu semua. Jangan pernah menyerah terhadapnya, Yoora. Dia mencintaimu, kau harus selalu mengingat itu.”
Aku menghembuskan napas lelah. “Aku belum berpikir untuk menyerah, Oppa.”
“Bagus. Kau sudah tahu tentang masalalunya, Yoora. Mulai dari hubungan orangtuanya, kekerasan hati kakeknya, dan patah hati pertamanya. Kau memiliki begitu banyak alasan untuk tetap bertahan disampingnya selain rasa cintamu itu. Dia juga sudah tahu tentang statusmu, hubungan keluargamu yang runyam, dan dari semua itu dia tidak lari meninggalkanmu. Untuk itu, kau dilarang untuk menyerah pada hubungan kalian, Yoora. Atau aku akan marah besar padamu.”
Aku mengangguk padanya. “Terima kasih karena sudah menasehatiku, Oppa.”
“Sudah tugasku. Oya, akhir pekan nanti, jangan lupa kau harus datang ke pesta pemindahan jabatan kakakku. Kau adalah tamu kehormatan ayah.” Dia nyengir lebar padaku.
“Nah, kau sangat beruntung karena memiliki sahabat sepertiku, Oppa. Tentu saja, aku akan datang. Aku tidak akan melewatkan momen bahagiamu.” Jimin merangkulku.
“Terima kasih, Yoora-ssi.’
“Aku tidak menerima ucapan terima kasih, Oppa. Aku hanya menerima makanan enak,” ujarku. Kami tertawa setelahnya.

Jimin mengantarku ke hotel milik keluarga Jeon setelah obrolan tadi. Jung menghubungiku memintaku untuk menemuinya. Awalnya aku tidak mau, tapi setelah Jimin mengancamku habis-habisan akhirnya aku menurut juga padanya.
“Jangan permalukan dirimu sendiri, Yoora. Kemungkinan besar, kau akan bertemu dengan kakeknya di dalam sana. Aku peringatkan padamu, kakeknya itu seram sekali. Kau harus berhati-hati.”
Aku menangguk pada Jimin dan melangkah keluar dari mobil sewaan Ja Yeon. Aku melambaikan tangan padanya lalu berjalan masuk ke gedung super mewah ini sekali lagi.
Jantungku berdegup dengan kencang. Semua orang menatapku aneh. Ini bukanlah penampilan terbaikku,  tapi ya sudahlah toh aku tidak memiliki cukup banyak waktu untuk bersiap apalagi berdandan atau mungkin hanya sekedar untuk mengganti bajuku.
“Maaf Nona, ada yang bisa saya bantu?”
Aku tersenyum sopan pada resepsionis ini. “Aku Yoora Fletcher. Ada janji temu dengan COE Jeon Jungkook.”
Sekalipun pakaianku tidak layak saat ini, tapi nada bicaraku menunjukan jika aku bukan orang sembarangan. Aku anak presiden Korea! Ah baiklah, aku anak haram mantan presiden Korea Selatan.
“Ah iya, Anda sudah ditunggu oleh Sir Jeon di ruang temu. Nona, mari saya antar.”
Wah, Sir, kau luar biasa! Aku tidak yakin harus melanjutkan hubungan kita atau tidak. Rasanya, aku kecil sekali jika dibandingkan denganmu.
Wanita ini membawaku menelusuri lorong-lorong hotel dan berhenti di ruangan dengan tulisan korea yang tidak kumengerti. Yang pasti ini pasti ruangan sang CEO.
“Silakan masuk, Nona.” Resepsionis ini membukakan pintunya untukku. Aku tersenyum sopan padanya lalu melangkah masuk dengan kaki-kakiku yang bergetar.
Ya ampun, kenapa aku harus segugup ini hanya karena akan bertemu dengan Jeon Jungkook! Padahal semalam, aku tidur dalam pelukannya.
“Yoora, akhirnya kau datang juga.” Begitu masuk aku disambut dengan senyum sumringah dari Jung. Dahiku berkerut bingung menatapnya, dia mengedipkan matanya padaku. Mau tak mau aku tersenyum lebar padanya juga.
Pria itu berjalan menghampiriku, merangkul pinggangku dengan posesif.
“Dia adalah Kim Yoora, kekasihku, kek!”
Tubuhku membeku saat mendengar kalimat yang terlontar dari mulutnya. Setelah itu aku baru sadar, jika diruangan ini ada orang lain selain aku dan Jung. Seorang pria paruh baya dengan aura yang menyeramkan.
Jimin benar, kakeknya Jung itu seram sekali! []




KEMBARAN :*

CALON SUAMI :*

JIMINNIE :*

2 komentar: